BISNIS.COM, JAKARTA--Warren Edward Buffett, dilahirkan pada 30 Agustus 1930 dari seorang ayahnya Howard, seorang pialang saham yang beralih menjadi anggota kongres. Anak laki satu-satunya dan anak kedua dari tiga anak, menampilkan bakat yang luar biasa untuk mencari uang dan bisnis sejak di usia yang sangat dini.
Pada usia enam tahun, Buffett membeli enam botol Coca Cola dari toko kelontong kakeknya seharga dua 25 sen dan dijual kembali yang masing-masing botol dari nikel itu mengantongi keuntungan 5%.
Sementara anak-anak lain seusianya sedang bermain, Warren sudah membuat uang. Lima tahun kemudian, Buffett mengambil langkah ke dalam dunia keuangan tingkat tinggi. Pada usia 11 tahun, ia membeli tiga saham Cities Service Preferred seharga US$38 per saham untuk dirinya dan kakaknya, Doris.
Tak lama setelah membeli saham, saham itu jatuh hingga US$27 per saham.
Ada ketakutan tapi Warren tangguh dengan tetap memiliki saham sampai rebound ke US$40. Ia segera menjual – meksipun langkah itu merupakan kesalahan sehingga dia menyesal. Ternyat saham Cities Service Preferred naik hingga US$200.
Pengalaman itu, mengajarkan kepadanya sebagai salah satu pelajaran dasar investasi: kesabaran adalah suatu kebajikan. Ini juga yang menjadi dasar entrepreneur Ciputra. Bahkan dia menekankan pada kata fokus.
Pendidikan Warren Buffett
Pada 1947, Warren Buffett berusia 17 dan baru lulus SMA. Dia tidak pernah berniat untuk kuliah, tetapi dia sudah membuat US$5.000 dari menjadi loper koran (ini sama dengan US$42.610.81 pada ukuran 2000).
Bahkan, Warren Buffet mengubah perusahaan yang tadinya mau bangkrut, di tangannya menjadi perusahaan seksi yang menarik minat banyak investor lain. Tidak heran jika harga saham Berkshire Hathaway — yang dipakai sebagai alat untuk membeli banyak perusahaan — pun terus meroket di pasar modal.
Harga saham Berkshire Hathaway medio Juli 2007 – Januari 2008 misalnya, melejit sebesar 35%. Bahkan Desember lalu, harga sahamnya menembus level tertinggi sepanjang masa, menjadi US$ 150.000 per lembar. Citra pemain saham biasanya tak jauh-jauh dari citra seorang spekulan: beli saat harga rendah, jual saat harga tinggi. Buffett bukanlah Gergo Soros, sang spekulan valas (forex) kelas kakap, yang sempat diisukan sebagai orang yang bertanggungjawab terhadap merosotnya nilai rupiah terhadap US$ pada awal keruntuhan presiden Soeharto, tahun 1998.