Bisnis.com, JAKARTA—Perusahaan perlu melakukan berbagai inovasi demi mempertahankan aset tak berwujud (intangible asset) terutama berupa brand atau merek, agar perusahaan bisa terus bertahan dan pelanggan tidak beralih ke perusahaan sejenis.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Ito Warsito mengatakan intangible asset harus dibangun secara terus-menerus. Brand, lanjutnya, bergantung bagaimana perusahaan memelihara perusahaan itu ke depan.
“Coca Cola itu logonya sudah berubah berkali-kali, tapi dia berusaha memperkenalkan brand lama dengan cara baru. Brand harus dibangun dan perusahaan harus siap investasi secara terus-menerus supaya brand tetap dipercaya sama masyarakat,” ujarnya dalam acara ‘Intangible Asset Creation Strategy: Managing & Measuring The Value of Brand and Customer Equity’, Rabu (17/7/2013).
Ito mengatakan berkaca dari situ, muncul istilah value creation atau penciptaan nilai. Kini perusahaan tidak lagi sekedar membuat barang lalu menjualnya, tapi sudah memunculkan intangible asset yang nilainya lebih tinggi daripada aset fisik yang dimilikinya.
“Brand tidak bisa tidak dikelola. Brand harus di-maintain dan seterusnya supaya in the top of mind para customer. Inovasi jadi kata penting di sini. Perlu inovasi, menciptakan hal-hal baru untuk terus-menerus memperkenalkan brand supaya jadi favorit para customer dan tetap dikenal masyarakat,” ujarnya.
Menurutnya, aset tak berwujud (intangible asset) seperti brand tidak datang dengan sendirinya. Aset tak berwujud sama seperti aset-aset yang sifatnya fisik yang harus dipelihara supaya tetap menjadi daya tarik bagi customer.
Aset tak berwujud memang tidak tercantum dalam buku secara akuntansi. Nilai itu tidak terlihat tapi bisa diidentifikasi. Bahkan, menurut Ito, aset-aset tak berwujud itulah yang bisa menjadi jaminan keberlangsungan hidup suatu perusahaan serta tinggi-rendahnya harga saham perusahaan di bursa efek Indonesia.
“Intangible asset itu banyak contohnya, bisa dalam bentuk brand, trademark, paten, dan sebagainya,” ujarnya. (Fatia Qanitat
)