Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Technopreneur: Inovasimu, Duitmu!

Bisnis.com, JAKARTA - Banyak ide kreatif berbasis teknologi yang selama ini hanya menjadi teori yang mengendap dalam pikiran atau terbatas pada hasil penelitian di atas kertas. Bila pun ada yang mengejawantahkan dalam sebuah produk, tidak banyak yang

Bisnis.com, JAKARTA - Banyak ide kreatif berbasis teknologi yang selama ini hanya menjadi teori yang mengendap dalam pikiran atau terbatas pada hasil penelitian di atas kertas. Bila pun ada yang mengejawantahkan dalam sebuah produk, tidak banyak yang berani melempar hasil kreasi tersebut ke pasar.

Padahal, di era perkembangan teknologi yang semakin canggih, justru produk-produk inovatif yang memanfaatkan teknologi ter sebut sangat dibutuhkan oleh berbagai kalangan untuk memudahkan aktivitas mereka.

Tinggal bagaimana pemilik ide mampu mengembangkan dirinya menjadi seorang entrepreneur berbasis teknologi atau yang disebut dengan istilah technopreneur. Berbeda dengan entrepreneur pada umumnya, seorang technopreneur memiliki nilai lebih berupa unsur teknologi yang sulit di duplikasi.

Sayangnya, pengembangan technopreneur di Tanah Air belum maksimal. Wirausahawan yang bermain di sektor tersebut masih bisa dihitung jari. Salah satu wahana untuk menumbuhkembangkan pelaku usaha di bidang ini adalah melalui kompetisi.

Beruntung dalam 3 tahun bela kangan ini, Kementerian Riset dan Teknologi menyeleng garakan Kompetisi Technopreneurship Pemuda. Dari situ, satu per satu bibit-bibit technopreneur bermunculan.

Produk kreatif yang dihasilkan pun ikut menambah deretan teknologi baru yang bisa dikembangkan untuk kepentingan masyarakat dan bahkan diproduksi massal. Hasilnya, kantong mereka pun ikutan menebal.

Salah satunya, Achmad Ferdian syah. Juara II Kompetisi Technopreneurship Pemuda tersebut yang berhasil menciptakan Green Flame atau bahan bakar berbentuk gel dengan bahan dasar metanol yang dapat digunakan untuk memanaskan makanan katering.

Bahan bakar yang dimasukan ke dalam sebuah kaleng bekas tersebut, menurutnya, lebih praktis dan higienis digunakan di bandingkan spritus yang selama ini digunakan. Selain itu, karena berbentuk gel, bahan bakar itu tidak berbau, dan apinya biru serta 35% lebih tahan lama.

“Segmen yang saya bidik katering, hotel, dan restoran maka saya buat produk yang lebih prak tis. Ternyata produk ini di terima sehingga perputarannya cepat padahal membuatnya hanya tinggal diblender,” tuturnya.

Tidak hanya sekedar membuat bahan bakar dari kaleng, dia juga mulai melakukan inovasi dengan membuat smart stove, kompor dari bahan bakar yang sama.

Dari situ pangsa pasarnya pun ikut bertambah, dari yang semula hanya horeka (hotel restoran dan katering), dengan smart stove yang memiliki api lebih besar dan volume lebih banyak, dia mulai membidik pasar outdoor bagi para pencinta alam, TNI, hingga mahasiswa indekost

Buah inovasinya itu mulai mendatangkan cuan. Sejalan dengan perkembangan bisnisnya itu, Ferdi juga mulai mempelajari berbagai ilmu marketing untuk mengimprovisasi cara penjualan dan membidik pangsa pasar bahkan omzet usahanya meningkat hingga tiga kali lipat.

Bila sebelumnya dalam sebulan Ferdi, di bawah bendera usaha Joyfresh, hanya mampu menjual 3.000 kaleng, kini dia mampu menjual sekitar 10.000 hingga 15.000 kaleng dengan harga per kaleng Rp3.500. Adapun, kompor yang berhasil dijual saat ini setiap bulan sekitar 1.000 kompor dengan harga end user Rp45.000, dan bahan bakar isi ulang Rp13.000.

Sementara itu, Aloysius Bambang Prayitno, Asian Entrepreneur ship Award 2013 sekaligus pemilik CV IT Pro Solution berhasil membuat teknologi mesin GPS untuk tiket bus yang saat ini sudah dipasang pada bus jurusan Semarang - Cilacap.

Aloysius yang akrab disapa Awi menuturkan tujuan pembuatan mesin tersebut ialah agar harga tiket yang dibayar penumpang sesuai dengan tujuannya. Selain itu, perusahaan bus juga dapat mengetahui jumlah setoran per hari.

Selain itu, dengan adanya GPS, perusahaan dapat memonitor perilaku penumpang naik turun sehingga dapat mengoptimalkan kapasitas dan jadwal bis.

Yani Sofyan, Kabid Penguasaan dan Pengembangan IPTEK IKM Kemenristek mengatakan melalui kompetisi technopreneur, akan lahir para pencipta teknologi baru. Ajang ini, menurutnya, bukan sekadar kompetisi biasa. Para peserta lolos seleksi awal akan digodok pada pelaksanaan bootcamp.

Di sana, mereka akan mendapatkan bekal secara teori dan praktek untuk menjalankan bisnis berbasis teknologi, mulai dari pengembangan ide, pengem bangan produk, hingga cara pemasaran.

“Peserta juga diajarkan mening katkan kemampuannya mengembangkan jejaring bisnis, rencana bisnis, serta inovasi dan kreatif untuk menjadi seorang entrepreneur,” ucapnya di sela-sela Technopreneurship Bootcamp 2013, Senin (15/7/2013).

Guna membantu pengembang an produknya, kementerian akan memilih 15 dari 60 peserta untuk mendapatkan pendanaan sebesar Rp50 juta.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dewi Andriani
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper