Bisnis.com, JAKARTA – Dalam satu dialog di Grand Ballroom Hotel Grand Preanger Bandung, belum lama ini, tokoh pengusaha nasional Ciputra mengajak masyarakat Indonesia untuk mengembangkan jiwa entrepreneur”, jiwa yang bisa memanfaatkan peluang usaha pada masa krisis.
“Hanya entrepreneur yang dapat mengambil kesempatan untuk mengambil langkah ke depan menuju sukses pada masa kritis,” katanya.
Jika dibandingkan dengan Singapura dan Amerika Srikat, Indonesia jauh tertinggal. Singapura 7%, sedangkan Amerika Serikat mencapai 15%. Menurut Ciputra, jiwa entrepreneur dapat mengeluarkan masyarakat Indonesia dari krisis ekonomi. Jiwa entrepreneur memiliki semangat yang tinggi, mempunyai keinginan yang besar dan yang terpenting adalah percaya diri.
“Percuma saja jika kita mempunyai semangat dan keinginan yang tinggi, tetapi tidak memiliki rasa percaya diri. Usaha yang dijalani akan sia-sia,” katanya.
Entreprenur dapat menjadi pelopor dalam pembangunan Indonesia. Adanya rasa keinginan yang kuat dapat membantu masyarakat Indonesia untuk bangkit dan membuka lapangan kerja bagi yang membutuhkan.
Ciputra menggambarkan entrepreneur kurang lebih serupa dengan proses penemuan, sebuah benda inovatif. Pada hakikatnya pengalaman entrepreneurial itu sebagian besar adalah upaya untuk memprediksi masa depan dari kebutuhan konsumen.
Lihat saja beberapa entrepreneur terkenal yang sudah jatuh bangkrut dan kemudian bangkit kembali dengan bisnisnya yang baru. Henry Ford jatuh bangkrut dua kali sebelum perusahaan kaliber dunia Ford Motor didirikan dan sukses. Penting sekali bagi seorang entrepreneur untuk bisa belajar dari kegagalan atau kekecewaan mereka di masa lalu. Namun, tentu jangan sampai terlalu kecewa dan terpuruk. Segera bangkit.
Banyak entrepreneur sukses membuka dan menutup usahanya selama perjalanan karir mereka. Sebuah usaha baru biasanya membutuhkan beberapa lama untuk bisa menghasilkan laba. Jika sebuah usaha baru terus menerus merugi, tak heran jika si entrepreneur mesti menutupnya. Sebuah bisnis yang terus merugi itu insolvent. Menutup bisnis bukan sesuatu yang harus ditakuti atau dianggap aib. Mungkin itu bahkan menjadi keputusan terbaik yang harus diambil.