Memasuki usia kemerdekaan Indonesia ke-68, 17 Agustus 2013, kita tetap harus optimistik. Anak-anak muda Indonesia kini telah menjelma menjadi kekuatan tersendiri.Mereka menjadi kekuatan rakyat (power to the people- meniru slogan di era generasi Baby Boom di AS), kekuatan brand ke pentas global, ekonomi, sosial dan politik. Dalam bingkai manajemen strategik, mereka disebut disrupted innovator.
Ini adalah abad anak muda (generasi internet/ Net Gener). Di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, diam-diam mereka menjadi ‘hero’. Kultur baru di era internet –interaksi-berbagi, kolaborasi, dan pemberdayaan--menyempurnakan misi tersebut.
Eranya berbalik, menurut Don Tapscott (penulis Grown up digital: Yang muda yang mengubah dunia) yang tua kini perlu belajar dari yang muda (generasi paling cerdas). Ada delapan Norma Net Gener yaitu (1) Kebebasan (2) Kustomisasi (3) Penyelidikan /Kurator (4) Integritas (5) Kolaborasi (6) Hiburan (7) Kecepatan (8) Inovasi.
Abad Net Gener (generasi yang lahir Januari 1977-Desember 1997) muncul setelah 1997, era lahirnya Apple-era Steve Jobs, Google, Youtube, dan Facebook. Mark Zuckerberg mengawali kultur kolaborasi-cikal bakal Facebook, pada Januari 2004, ketika mempersiapkan ujian kuliah sejarah seni, Roma di zaman Kaisar Augustus. Dia mengoptimalkan situs web, forum diskusi, dan menempatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan kuliahnya di situs itu. Dalam 24 jam, teman-temannya membantu dengan mengisi kekosongan dengan catatan-catatan yang jelas. Mereka akhirnya lulus mata kuliah tersebut.
Diaspora Indonesia
Ada dua pilihan kiprah anak Bangsa. Mereka bisa berkontribusi sebagai pahlawan lokal (profesional, pengusaha, ilmuwan) yang mampu menembus pasar mancanegara atau warga global (diaspora).
Sekitar 5,8 juta orang Indonesia kini merantau di mancanegara. Profesinya bermacam-macam. Yevgeny Kuznetsov,ekonom senior di Bank Dunia, dalam kajiannya Why is Diaspora Pontential So Elusive menyebutnya Diaspora atau pengelana di negeri orang. Kontribusi mereka berjenjang mulai dari sekedar mengirim uang, donasi, investasi, jaringan pengetahuan dan inovasi, hingga reformasi institusi.
Profil diaspora Indonesia juga relatif sama. Profesinya bermacam-macam dan menyebar seantero dunia mulai dari Asean, Dubai, hingga AS. Beberapa contoh, inovator terkemuka di AS, Sehat Sutardja (pemilik Marvell Technology). Martina Kuniadi & Christian Tan, pasangan yang menjalankan bisnis financial planning, health, and wellness lewat Blessing & Giving LLC. Profesor Nelson Tansu, pakar teknologi nano.Ada juga Muhammad Arief Budiman, motor riset di Orion. Dia merupakan salah satu dari enam eksekutif kunci perusahaan genetika Technologies Group. Profesor Dr. Khoirul Anwar tercatat sebagai ilmuwan top di Jepang. Dia pemegang dua paten penting di bidang telekomunikasi. Salah satunya, paten sistem telekomunikasi 4G berbasis Orthogonal Frequency Division Multiplexing.
Diaspora bisa menjadi salah satu elemen kunci Indonesia menuju negara ekonomi maju sebagaimana ramalan The McKinsey Global Institute/MGI (The Archipelago Economy: Unleashing Indonesia’s Potential). MGI meramalkan pada 2030, RI akan menjadi kekuatan ketujuh ekonomi dunia, dengan 135 juta kelas menengah, US$1,8 triliun potensi pasar di sektor konsumer, pertanian-perikanan, sumberdaya dan pendidikan, namun memerlukan 113 juta pekerja terampil.
Made in Indonesia
Selain diaspora, sejumlah pemuda sukses mengusung brand Indonesia di pentas dunia. Singgih Susilo Kartono, pencipta radio magno dari Kandangan, Wonosobo. Radio, dari bahan kayu pinus dan sonokeling yang peduli lingkungan (green business) ini, 95% mampu diserap pasar AS, Kanada, Eropa, dan Jepang. Lain lagi, Joe Taslim, aktor laga lokal yang mampu menembus Hollywood, sebagai pemeran Jah, di Fast & Furious 6.
Di industri fashion, ada Ni Luh Putu Ary Pertami Djelantik, Tex Saverio dan Peter Firmansyah. Niluh Djelantik, pencipta sepatu hak tinggi (high heels) lokal berlabel Nilou. Yang menakjubkan, penggemar sepatunya adalah sejumlah selebritas papan atas seperti Uma Thurman, Julia Robert (di film Eat, Pray, and Love) supermodel Gisele Bundchen, Tara Reid, dan Robyn Gibson (mantan istri Mel Gibson). Niluh Djelantik kini memiliki 36 butik di 20 negara. Produknya sudah merambah pasar AS, Eropa, Australia, dan Selandia Baru.
Gaun rancangan Tex Saverio juga disukai selebritas Hollywood. Setelah Lady Gaga dan Kim Kardashian memakai gaun karyanya untuk pemotretan di majalah Harper’s Bazaar dan Elle Amerika, giliran Jennifer Lawrence mengenakan gaunnya untuk pemotretan poster film The Hunger Games: Catching Fire.
Peter Firmansyah pria SMA dari Sumedang, sukses mengusung label PetersaysDenim untuk produk jins, kaus, dan topi. Pembeli setianya, kelompok musik cadas dunia seperti Of Mice & Man, We Shot The Moon, dan Before Their Eyes, dari AS, I am Committing A Sin, dan Silverstein dari Kanada, serta Not Called Jinx dari Jerman.
Social entrepreneur-Animator &TI
Kisah model bisnis microlending dari Aldi Haryopratomo adalah salah satu contohnya social entrepreneurs di era Net Gener. Alumni Harvard Business School (2012), dan Universitas Purdue-AS ini bersama rekan-rekannya merintis website kiva.org (www.kiva.org). Setelah sukses di Kiva, Aldi kemudian keluar dan bersama SeanDewitt, Direktur Yayasan Grameen, membangun Rekan Usaha Mikro Anda (RUMA).
Intel dalam kampanye global, Visibly Smart, mengangkat tema kearifan lokal: Batik Fractal & Jogja Hip Hop Foundation. Nancy Margried Panjaitan, bersama temannya Muhamad Lukman dan Yun Hariadi (alumni jurusan Arsitektur & Matematika ITB) adalah creator software motif batik yang cantik dan geometris yang dihasilkan dengan pola rumus matematis. Kini, orang bisa mendesain model batiknya sendiri.
Indonesia juga memiliki deretan animator kelas wahid. Ardian Syaf, komikus asal Tulungagung yang bisa bekerja di penerbit komik superhero terbesar di dunia, yaitu Marvel dan DC Comics.Rini Sugianto, staf di Weta Digital (Selandia Baru), ikut terlibat dalam film animasi Tintin (The Adventures of Tintin, 2011) yang disutradarai oleh Steven Spielberg. Rini juga terlibat dalam film superhero, seperti Iron Man, Hulk, dan Captain America, di The Avengers. Selain, ikut terlibat dalam sequel -The Hobbit: An Unexpected Journey (2012). Ada sentuhan Ronny Gani, animator muda yang bekerja di Industrial Light & Magic, Singapura (anak perusahaan Lucas Film Group), di film Pacific Rim. “Saya yang menggerak-gerakkan karakter-karakter di film itu [Pacific Rim],” jelas Ronny.
Di dunia TI ada Erward Osckar & Jimmy Pandra, pencipta hosting Wowrack yang menjadi ‘rumah’ bagi Amazon.com, Microsoft dan Kaskus. Ada juga hacker papan atas yang tinggal di London, Jim Geovedi.“Kalau mau saya bisa mengontrol internet di seluruh Indonesia,“ kata Jim kepada Deutsche Welle. Pria kelahiran 28 Juni 1979 ini adalah hacker Indonesia dengan reputasi global. Jim mampu meretas satelit, mengubah arah sampai menggeser posisi satelit.
Pahlawan-pahlawan muda di atas adalah aset bangsa yang patut disyukuri. Semoga mereka bisa menginspirasi anak-anak bangsa yang lain. Dirgahayu Indonesia.!!