Bisnis.com, Jakarta- Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya memiliki prestasi gemilang di sekolah. Selain memperoleh nilai rapor yang memuaskan, mereka ingin agar buah hatinya lulus ujian nasional (UN). Khusus sekolah menengah atas (SMA), orang tua juga berharap anaknya bisa melanjutkan ke perguruan tinggi ternama.
Sayangnya, kurikulum SMA dan sederajat hanya mempersiapkan siswa menghadapi UN. Padahal, murid harus menghadapi ujian Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) setelah UN. Tak heran, banyak orang tua berbondong-bondong mendaftarkan buah hatinya ke bimbingan belajar.
Permasalahan tersebut membuat bimbingan belajar tumbuh bak cendawan di musim hujan. Para pemain di bisnis ini pun berlomba-lomba menawarkan modul pelajaran efektif dan suasana belajar yang nyaman bagi siswa. Bahkan, banyak juga bimbingan belajar yang menyediakan program jaminan masuk perguruan tinggi negeri favorit.
Pelaku usaha yang mencoba peruntungan di bisnis bimbingan pelajar adalah Ace, 46. Ketertarikannya pada dunia pendidikan dan keinginan berbisnis, membulatkan tekat Ace membuka lembaga pengajaran informal Salemba Group pada 2003 di bilangan Depok, Jawa Barat.
Lebih lanjut, prospek bimbingan belajar bagi siswa SMA, sangat menjanjikan. Tingginya target kelulusan sekolah dan sengitnya persaingan seleksi masuk universitas, membuat peminat bimbingan belajar tak pernah surut.
“Jumlah siswa melonjak kala pemerintah menetapkan standar kelulusan UN harus 4.00 pada 2004. Saat itu, siswa yang terdaftar di Salemba Group mencapai lebih dari 1.000 orang,” ujar pria asal Sumedang, Jawa Barat ini.
Berkaca dari fenomena tersebut, Ace fokus membuka program bagi siswa SMA. Tak hanya fokus pada materi dan proses pengajaran, Salemba Group memiliki target agar muridnya bisa tembus Universitas Indonesia (UI).
“Minat siswa untuk masuk UI sangat tinggi jika dibandingkan universitas negeri lainnya,” ujar Alumni Teknik Gas dan Petrokimia UI tersebut.
Salemba Group menawarkan beberapa program yang bisa siswa pilih di antaranya kelas SMA UN, SMA SIMAK UI, dan Kelas UI. Perbedaan tiap program terletak pada jumlah pertemuan dan jenis modul yang diberikan. Ace mematok harga mulai dari Rp2,7 juta—Rp4,7 juta per semester.
Selain tiga program di atas, Ace juga membuat program khusus yaitu jaminan masuk UI. Program yang mulai direalisasikan sejak 2006 tersebut lahir karena tingginya permintaan dari orang tua. Jumlah biaya yang harus dibayar untuk program ini mencapai Rp54 juta.
“Banyak orang tua rela melakukan apa saja agar anaknya bisa masuk UI. Meskipun biayanya relatif mahal, permintaan terus datang. Jika siswa tidak lolos, kami akan kembalikan 50% dari biaya yang telah dibayar. Tingkat kelulusan siswa mencapai 75-80%,” ujarnya.
Seiring berjalan waktu, Ace pun mulai melebarkan sayap bisnisnya. Jika dulu dia hanya fokus untuk menerima siswa SMA, kini Salemba Group membuka kelas bagi siswa sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP). Bertambahnya kelas ternyata berbanding lurus dengan peningkatan jumlah cabang dan siswa. Saat ini, Salemba Group telah memiliki 14 cabang yang tersebar di Jabodetabek. Total murid yang terdaftar hingga saat ini mencapai 3.461 siswa.
Meskipun peluangnya sangat besar, bisnis bimbingan belajar memiliki tantangan tersendiri. Dia menambahkan, tantangan yang harus dihadapi adalah membuat modul pelajaran yang efektif dan mengikuti perkembangan kurikulum nasional.
“Target utama kami adalah siswa bisa lulus dengan nilai memuaskan. Makanya, kami harus meningkatkan kualitas modul dan mengikuti perkembangan pendidikan saat ini. Semakin banyak siswa yang berhasil, semakin tinggi pula tingkat kepercayaan masyarakatm” tambahnya.
Ketika ditanya soal tingkat persaingan, dia mengaku bahwa jumlah pemain yang bermunculan makin banyak. Bahkan, saat ini di wilayah Depok ada 21 merek bimbingan belajar. Namun demikian, Ace tak khawatir dengan sengitnya persaingan.
“Pemain baru akan terus bermunculan. Bimbingan belajar akan bertahan asal visinya pendidikannya jelas, bukan sekadar cari keuntungan.”