Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Uniknya Jam Tangan Kayu Karya 11 Mahasiswa

Berbekal kesamaan minat terhadap dunia fesyen
 Jam tangan kayu
Jam tangan kayu

Bisnis.com, JAKARTA- Jeli melihat peluang dan keinginan untuk terus berinovasi adalah kunci untuk membuka gerbang kesuksesan. Hal inilah yang dilakukan oleh 11 mahasiswa Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (ITB).

Berbekal kesamaan minat terhadap dunia fesyen, anak-anak muda ini membuat produk jam tangan terbuat dari kayu, sedangkan talinya menggunakan kain tradisional  tenun ikat Kalimantan. Mereka lantas menamakan jam tangan tersebut Woodka.

Vira, 19, salah satu penggagas Woodka mengungkapkan ide untuk memulai bisnis ini bermula karena tuntutan tugas kuliah start up business. Mereka diwajibkan membuat proposal bisnis lengkap dengan produk yang akan dijual. Mereka memilih jam tangan, karena benda ini merupakan aksesoris yang disukai oleh kaum pria dan wanita. Berangkat dari hal itu, mereka lantas melanjutkan tugas kuliah tersebut untuk dijual ke masyarakat.

Mahasiswa angkatan 2012 itu menggabungkan seni, tradisi, dan alam.

“Kombinasi antara ketiga poin ini ada di jam tangan Woodka. Kami ingin tampilkan bentuk jam yang trendi serta mengekspos keindahan tenun ikat Kalimantan dan material kayu. Tak disangka, banyak orang yang suka,” ujarnya.

Popularitas tenun ikat makin meningkat, terutama di kalangan anak muda. Menurut Vira, citra tenun Kalimantan yang kerap digunakan pada upacara adat atau acara resmi lainnya, kini lebih luwes dipakai oleh anak muda sebagai tren fesyen terkini.

“Banyak yang suka, kami juga menjual tali jam secara terpisah.”

Berbeda dengan jam tangan pada umumnya, produk tersebut dibuat dengan cara yang konvensional (handmade). Semua proses produksi dilakukan di Bandung. Kayu untuk jam tangan dibuat dari kayu pinus Jerman dan sonokeling. Sedangkan, tenun ikat didatangkan langsung dari Kalimantan

Awalnya, mereka hanya memproduksi jam tangan tersebut untuk konsumsi sendiri. Namun, seiring berjalannya waktu, jumlah kapasitas produksi terus naik menjadi 80 jam per bulan. Jumlah tersebut malah melonjak 2 kali lipat yakni mencapai 150 buah saat ini.

Vira menjual jam tangan ini seharga Rp600.000 dan tali jam Rp150.000. Melihat harga yang tak murah, konsumen yang disasar adalah kalangan menengah ke atas. Dari nominal tersebut, margin keuntungan yang diraup berkisar 50%.

Melihat pasar yang antusias dan besarnya peluang bisnis yang bisa digarap, Vira dan teman-temannya berharap bisnis mereka bisa meningkat. Mereka pun akan tetap mengeskplorasi kain tradisi lain di Indonesia, tetapi tetap menggabungkannya dengan mode terkini.

“Anak muda sekarang mulai tertarik hal-hal etnik. Hanya saja, tampilannya tidak kuno. Justru, benda fesyen dari kain tradisional tersebut harus mengikuti perkembangan zaman,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper