Bisnis.com, JAKARTA -Ternyata banyak bicara tidak selalu identik dengan jiwa para pedagang atau penjual. Jika hal itu masih dipahami dan dijadikan modal untuk mendagangkan produknya, maka justru hal itu akan membuat pembeli menjadi kurang respek.
Lalu, kiat apa yang harus dilakukan, bukankah pembeli atau konsumen membutuhkan penjelasan tentang produk yang akan diperkenalkan itu sebelum dia menentukan apakah dibeli atau tidak?
Tokoh entrepreneur Indonesia, Ciputra justru berpikir lain. Justru berpikir sedikit bicara, banyak berpikir. Oh ya? Ya. Inilah pendapat Pak Ci:
Dalam dunia bisnis, orang cenderung banyak bicara. Tentu saja sudah jelas kita tidak mungkin melakukan komunikasi tanpa kata-kata.
Seorang entrepreneur yang ingin menjual sebuah produk atau layanannya akan mencoba meyakinkan calon pembeli potensial di depannya. Ia normalnya akan menjadi seseorang yang berbicara sangat banyak dan calon pembeli ini akan menjadi pendengar setia yang mengangguk-angguk saja sepanjang percakapan. Itulah bagaimana bisnis berputar di dunia.
Masalahnya adalah bahwa saat staf penjualan ini berbicara, ia memfokuskan pada apa yang disampaikan. Pembeli akan mendengarkan (kadang tidak) dan akan berpikir (kadang tidak). Dan karena penjual lebih suka berbicara banyak, mereka hampir tidak pernah menyisihkan waktu untuk mendengar dan terlebih lagi berpikir lebih jernih.
Namun, seberapa banyak informasi yang bisa dikumpulkan penjual saat berbicara terlalu banyak?
Kini saatnya kita menyisihkan waktu untuk lebih banyak mendengarkan mereka. Mungkin ada pembeli yang menyimpan informasi untuk diri mereka sendiri dan tidak mau berbagi dengan kita. Jadi saat penjual sungguh-sungguh memahami bahwa bisnis tidak melulu mengenai produk untuk dijual tetapi juga dan utamanya mengenai ekspektasi pembeli, penjual akan lebih sedikit berbicara dan lebih banyak berpikir.