Bisnis.com, JAKARTA -- Abon bukanlah jenis makanan baru bagi masyarakat Indonesia.
Banyaknya jumlah penggemar abon membuat tidak sedikit produsen terjun ke bisnis ini. Karena persaingan yang cukup ketat, produsen pun berlomba-lomba menawarkan produk abon aneka rasa kepada konsumen.
Jika biasanya mereka menggunakan daging sapi dan ayam sebagai bahan baku abon, ada beberapa produsen yang memanfaatkan ikan untuk membuat kudapan ini.
Kudapan berwarna coklat kehitaman ini memiliki cita rasa gurih dan tekstur berserat bak kapas.
Selain rasanya khas, abon juga tahan lama. Kelebihan ini membuat banyak orang mengonsumsi abon sebagai alternatif lauk praktis pendamping nasi putih, bubur, atau isian roti.
Terkait penggunaan ikan sebagai bahan baku abon, jenis ikan yang digunakan pun bervariasi, mulai dari ikan lele, ikan tuna, ikan tengiri, hingga ikan marlin.
Kendati terbuat dari olahan hasil laut, rasa abon ikan tersebut tak kalah lezat ketimbang abon sapi atau ayam. Selain rasanya yang khas, abon ikan juga kaya akan protein dan omega 3 yang baik bagi kesehatan.
Salah satu produsen yang berhasil mengolah ikan sebagai bahan baku abon adalah Wildana A. Budiarjo.
Dia membuat abon lantaran melimpahnya pasokan ikan marlin di tempat tinggalnya di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan.
Di bawah bendera bisnis Mekar Sari, Wildana memproduksi abon ikan marlin sejak 2009.
Dia mengaku dahulu tidak banyak masyarakat yang tertarik dengan ikan marlin.
“Orang rata-rata bingung cara mengolah ikan ini karena ukuran badan ikan terlalu besar,” kata Wildana.
Namun demikian, dia ternyata melihat potensi lain dari ikan marlin.
Besarnya ukuran dan tekstur daging yang padat ternyata sangat cocok untuk dibuat abon. Bahkan, setelah diolah menjadi abon, ikan marlin memiliki tekstur layaknya abon sapi.
Wildana mengaku ikan marlin sulit didapatkan di pasar ikan pada umumnya. Ini lantaran ikan ini hidup di laut dalam.
Oleh karena itu, dia bekerja sama dengan nelayan di perairan Majene, Sulawesi Barat dan Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan untuk memenuhi kebutuhan pasok.
Dia setidaknya membutuhkan 300 kwintal ikan marlin untuk satu bulan. Dari jumlah tersebut, Wildana bisa menghasilkan 90 kwintal—100 kwintal abon ikan marlin.
Abon ikan marlin cap Mekar Sari dibanderol Rp140.000 untuk kemasan 1 kilogram dan Rp15.000 untuk kemasan 100gram.
“Margin keuntungan yang saya dapat mencapai 30%—40%,” kata Wildana.
Produk abon dihasilkan melalui beberapa teknik pengolahan makanan. Teknik tersebut adalah kombinasi antara merebus, menggoreng, dan mengeringkan. Alhasil, abon memiliki tekstur lembut, rasa gurih, dan tingkat kolesterol rendah.
Proses pembuatan abon ikan pada dasarnya mirip dengan jenis abon daging sapi atau ayam.
Wildana menjelaskan awalnya ikan merlin dipotong-potong dan dibersihkan dengan air. Dia lantas merebus potongan ikan hingga matang. Ikan yang telah matang dincang halus dan dicampurkan dengan bumbu racikan.
Selanjutnya, olahan tersebut digoreng dengan minyak panas. Tahap terakhir, Wildana mengeringkan abon yang sudah matang di dalam mesin pengering (spinner).
Setelah dikeringkan, abon ikan marlin pun siap dimasukkan ke dalam kemasan.
Kendati bisa bertahan selama 6 bulan – 1 tahun, Wildana mengklaim abon ikan marlin buatanya tidak menggunakan bahan pengawet.
“Abon ikan ini tahan lama karena mengalami proses pengeringan. Selain itu, saya sudah mendapatkan sertifikasi dari Dinas Kesehatan dan BPOM sehingga abon aman dikonsumsi,” katanya.