Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tertarik Jajal Usaha Kemitraan Makanan? Perhatikan 3 Hal ini

Pengamat Bisnis Waralaba Proverb Consulting Erwin Halim mengatakan bisnis kuliner masih menjadi primadona. “Bisnis kuliner sangat diminati karena pangsa pasar besar dan periode balik modal yang terbilang cepat. Calon mitra biasanya melihat potensi bisnis dari dua faktor ini,” ujar Erwin.nn
 Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Bisnis kuliner merupakan usaha yang tak lekang dimakan waktu. Banyak pelaku usaha mencoba peruntungan dengan menawarkan aneka jenis makanan. Salah satu jenis makanan yang diminati konsumen Nusantara adalah ayam goreng tepung alias fried chicken.

Saat ini, banyak pelaku usaha menjajakan menu fried chicken dengan harga terjangkau. Fenomena ini mengindikasikan semakin banyak masyarakat yang gemar mengonsumsi ayam goreng tepung.

Bukan itu saja, banyak pula pelaku usaha yang menawarkan skema kemitraan gerobak fried chicken. Mereka berlomba-lomba memberikan berbagai promosi untuk menarik calon mitra. Misalnya, nilai investasi rendah, fasilitas lengkap, hingga periode balik modal yang cepat.

Pengamat Bisnis Waralaba Proverb Consulting Erwin Halim mengatakan bisnis kuliner masih menjadi primadona. “Bisnis kuliner sangat diminati karena pangsa pasar besar dan periode balik modal yang terbilang cepat. Calon mitra biasanya melihat potensi bisnis dari dua faktor ini,” ujar Erwin.

Namun demikian, calon mitra harus mencermati skema kemitraan (business opportunity) yang ditawarkan oleh perusahaan. Ada beberapa hal yang harus mitra perhatikan sebelum memutuskan membeli paket investasi.

Pertama, menurut Erwin, mitra harus melihat rekam jejak perusahaan yang menawarkan konsep kemitraan. Salah satunya adalah laporan keuangan perusahaan tersebut. “Jika perusahaan tidak memiliki laporan keuangan, calon bisa bisa melihat penjualan dari masing-masing cabang selama 1-2 tahun terakhir. Jadi mitra bisa melihat ‘kesehatan’ bisnis tiap-tiap cabang,” katanya.

Kedua, jangan tergiur dengan promosi banyaknya jumlah gerai. Menurut Erwin, perusahaan boleh saja mencantumkan jumlah gerai yang dibuka atau jumlah mitra yang telah bergabung. Namun, jumlah tersebut hanya menunjukkan ketertarikan dari konsumen, bukan valid atau tidaknya prospek bisnis.

Ketiga, perhatikan lokasi. Seringkali, lokasi tempat tinggal calon mitra dan perusahaan berbeda kota atau bahkan berbeda pulau. Oleh karena itu, sebelum membeli paket investasi, calon mitra harus memikirkan biaya antar barang. “Paket kemitraan biasanya tidak meliputi biaya pengiriman. Calon mitra harus cermat menghitung total biaya yang dikeluarkan. Selain itu, calon mitra harus memperhatikan juga risiko barang rusak.”

Kendati ada beberapa hal yang harus diperhatikan, Erwin tak menampik bahwa peluang berbisnis kuliner dengan skema kemitraan cukup prospektif. Oleh karena itu, dia menyarankan agar calon mitra berkonsultasi dengan asosiasi waralaba atau konsultan di bidang yang sama.

“Calon mitra harus melihat rekam jejak perusahaan secara menyeluruh. Jangan sampai mereka sudah bergabung, tapi bisnisnya mati di tengah jalan karena mitranya tidak profesional,” ujarnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Nurbaiti
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper