Bisnis.com, JAKARTA - Dalam beberapa tahun terakhir bisnis kuliner terus berkembang di tanah air. Berbagai restoran dan pengusaha kuliner lainnya saling bertarung memberikan pelayanan terbaik bagi konsumen mereka, salah satunya dengan memberikan fasilitas delivery atau pesan-antar.
Hal itu didukung dengan kebiasaan masyarakat yang mulai mengidamkan segala hal serba instan, termasuk makanan yang tinggal menunggu di antar ke tempat mereka berada, tanpa harus menghabiskan waktu di jalanan yang macet untuk menuju restoran.
Semakin banyaknya fasilitas pesan-antar makanan yang diberikan, secara langsung mendorong permintaan terhadap perlengkapan yang dapat menjaga makanan dan minuman tetap segar ketika sampai ke tangan pemesan.
Untuk itu, diperlukan sebuah tempat khusus berupa tas yang dilengkapi bahan yang dapat menjaga panas atau dingin dari makanan. Tas juga dirancang agar mudah ditempatkan di sepeda motor yang biasanya digunakan kurir untuk mengantarkan makanan atau barang pesanan.
Peluang bisnis pun hadir dari produksi tas delivery yang dirancang khusus untuk menjaga kesegaran makanan tersebut. Tak heran, para produsen tas delivery pun mulai bermunculan karena bisnis ini dinilai akan terus berkembang.
Salah satu pemain yang berkecimpung di bisnis pembuatan tas kurir makanan adalah Aswin, yang memulai bisnisnya di Surabaya sejak November 2014.
Ide bisnis ini didapatkan ketika dia mengalami kebingungan saat menjalankan start-up bisnis website delivery makanan. Saat itu dia belum memiliki tas khusus untuk mengirimkan makanan kepada pelanggan.
Ketika mencari produsen yang dapat membuat tas delivery, ternyata harga yang ditawarkan tidak sesuai dengan budget yang dimilikinya, serta memerlukan jumlah minimal order tertentu, padahal dia hanya membutuhkan sebuah tas.
“Berbekal pengetahuan kami dalam mendesain produk, maka kami coba untuk membuat konstruksi tas delivery dan mulai membuatnya ke tukang jahit,” katanya.
Melihat banyak vendor kuliner yang ternyata membutuhkan produk serupa, terutama bagi start-up yang membutuhkan branding, akhirnya Aswin menyeriusi bisnis tersebut dan melempar desain produknya ke pasaran.
Bak gayung bersambut, tas buatannya pun direspons baik. Pesanan akhirnya mulai berdatangan, apalagi saat website tasdelivery.comdirilis. Pemesannya tak hanya datang dari Surabaya, tapi dari berbagai daerah di Indonesia.
Tas delivery tersebut bisa menjadi solusi untuk pengiriman makanan dan minuman dengan hemat dan mudah bagi pengguna motor. Juga bisa digendong, diselempang atau ditenteng, sehingga bisa digunakan untuk berjualan sambil berjalan kaki di area car free day.
“Ini cara mudah untuk mengantarkan produk makanan atau minuman agar bisa tetap segar dan hangat ketika sampai ke tangan pembeli. Selain itu, juga bisa menjadi tempat iklan mobile,” imbuhnya.
Karena menyasar para wirausahawan yang tengah merintis bisnis kuliner, Aswin tidak menetapkan minimum pembelian, serta membuka pembuatan tas delivery dengan desain yang diinginkan konsumen sesuai dengan citra merek bisnis mereka.
“Calon pembeli bisa mengajukan desain sendiri, atau kami bantu membuat desainnya yang disesuaikan dengan kebutuhan klien dari pemilihan bahan, model dan konstruksinya,” katanya.
Dalam sehari, tasdelivery.com maksimal membuat dua buah tas. Jumlahnya sengaja dibatasi agar kualitas dapat terjaga, apalagi jika ada pesanannya yang menginginkan desain yang cukup rumit.
Selain itu, karena terbatasnya penjahit yang mampu membuat tas delivery sesuai dengan standar yang ditetapkan, seringkali Aswin merasa kewalahan karena pesanan yang overload dan tidak bisa ditangani.
“Sekarang kami mencoba untuk membatasi pemesanan, selain untuk menjaga kualitas, juga supaya setiap pesanan bisa selesai tepat waktu,” katanya.
Aswin menyediakan stok tas untuk ukuran dan desain standar, sedangkan mayoritas pembuatan tas didasarkan pada pemesanan dengan konsep pre-order.
Adapun, untuk jenis tas yang diproduksi terdiri atas dua jenis yang dibedakan dari jenis pendinginnya, yakni styrofoam box dan cooler bag. Setiap pembuatan tas tersebut dibanderol mulai dari Rp350.000.
“Penggunaan styrofoam box lebih murah dibandingkan dengancoolerbag, jika klien memiliki bujet terbatas bisa memilih styrofoam atau sebaliknya,” paparnya.
Sementara itu, untuk proses pemasaran Aswin mengaku hanya fokus pada pemasaran secara online, dan dalam waktu dekat akan membukabooth khusus untuk memamerkan produk-produknya pada saat seminar wirausaha yang diadakan di Surabaya dan sekitarnya.
“Kami juga masuk ke komunitas pengusaha kuliner, sehingga kami bisa langsung menyasar pasar yang ingin kami bidik,” katanya.
Karena melihat prospek bisnis ini yang sangat cerah, Aswin memiliki mimpi agar produknya dapat merambah pasar Asia Tenggara pada 2017, sedangkan untuk saat ini dia terus memelajari role model pemasaran yang bisa dia terapkan untuk mewujudkan ambisinya tersebut.
“Karena kesibukan dan kemacetan yang terjadi di berbagai kota, masyarakat tidak memiliki banyak waktu pergi ke restoran, sehingga mereka lebih banyak memilih untuk pesan antar makanan. Di sanalah potensi bisnis pembuatan tas delivery juga bisa ditangkap,” katanya.
Pemain lainnya yang memproduksi tas kurir adalah Andri Syarief. Pria asal Bandung tersebut merintis bisnis ini sejak 2007 dengan modal awal sekitar Rp6 juta.
“Saya mengawali bisnis dengan membeli dua mesin jahit dan bahan berupa kain antiair, sehingga pengguna bisa tetap mengirim barang meskipun dalam keadaan hujan,” katanya.
Andri mengatakan, dengan tas kurir buatannya, klien tidak perlu memodifikasi sepeda motor yang dijadikan sebagai alat pengirim barang. Pasalnya, tas sudah memiliki tali pengikat yang dapat dipasang pada jok motor, serta bisa digendong agar lebih aman.
Sementara itu, proses produksi diawali dengan pemesanan desain dari klien, diikuti dengan pembayaran uang muka sebesar 50% dari total tagihan. Setelah itu, pesanan tas baru dikerjakan dan akan segera dikirim jika pemasan telah melunasi tagihan.
Adapun, untuk pemesanan tas kurir dengan menggunakan logo membutuhkan waktu pengerjaan selama satu pekan, dengan minimal order sebanyak tiga set, sedangkan untuk tas polos minimal pemesanan dua set dengan lama pengerjaan tiga hari.
Saat ini, Andri memproduksi dua model tas delivery, yakni tas delivery satu set dengan outer box, iner hot dan iner cold, dan satu set tas delivery yang dilengkapi rak, masing-masing model dibanderol Rp1,1 juta.
“Kami juga melayani desain custom dengan harga yang disesuaikan dengan kesepakatan, tergantung dengan bahan dan ukuran yang diinginkan,” imbuhnya.
Selama lebih dari sewindu menjalankan bisnis ini, Andri mengaku tidak memiliki strategi khusus untuk memasarkan produknya. Dia hanya memanfaatkan jasa iklan di media online dan media sosial.
“Kami juga melakukan penawaran langsung kepada target market yang kami sasar, yaitu restoran-restoran siap saji, apotik dan jasa kurir,” katanya.
Karena permintaan yang cenderung terus meningkat, Andri juga berencana untuk melakukan ekspansi lokasi produksi sebagai pengembangan bisnisnya. Pasalnya saat ini pembuatan tas delivery hanya bertempat di daerah Husen Sastranegara, Bandung.
“Saya tetap optimistis potensi pasar tas delivery ini masih sangat luas meskipun pesaingan mulai ketat, karena tetap diiringi dengan pertumbuhan restoran-restoran yang menyediakan layanan pesan antar.”