Bisnis.com, JAKARTA - Semakin moncernya bisnis jasa cuci sepatu membuat banyak orang tertarik untuk mencoba terjun ke usaha tersebut. Seperti yang dilakukan Ageng Kaloko dengan membuka jasa cuci sepatu Wosisus di Yogyakarta sejak awal Januari 2015.
Ide untuk menggeluti bisnis ini didukung peralatan pembersih sepatu yang dimiliki dan selama ini digunakan untuk koleksi sepatunya saja.
“Saya pikir kenapa tidak dijadikan usaha saja, soalnya sudah banyak orang yang sangat peduli terhadap sepatu,” katanya.
Dia juga melihat belum banyak orang yang menawarkan jasa cuci sepatu di kawasan Yogyakarta dan sekitarnya, sehingga peluang bisnis yang dimilikinya sangat besar.
Akhirnya, dengan modal kurang dari Rp1 juta, dia memulai usaha dari kamar kos-kosannya di kawasan Sleman, Yogyakarta.
Saat itu, modal awal digunakan untuk membeli cairan pembersih sepatu dan berbagai peralatan seperti sikat, juga untuk persediaan kemasan sepatu.
Ageng pun mulai mempromosikan jasanya dengan menyebarkan selebaran di kawasan kampus serta melalui forum jual beli online, dengan tujuan menggaet konsumen dari kalangan mahasiswa.
Dia juga melihat pasar dari jasanya tersebut semakin meluas, tak sekadar menyasar kolektor sepatu, mahasiswa yang hanya memiliki beberapa sepatu kesayangan pun bisa menjadi target empuk.
Untuk itu, dia pun membanderol jasanya dengan harga yang relatif terjangkau. Untuk sepasang sepatu wanita flatshoes, pelanggan hanya dikenai biaya sebesar Rp20.000, untuk sepatu sneaker seharga Rp25.000 dan untuk sepatu boot serta kulit ditarif Rp35.000.
Agar lebih banyak yang tertarik menggunakan jasanya, dia pun memberikan layanan jemput-antar gratis untuk pelanggan di kawasan kota Yogyakarta, dengan minimal pesanan dua pasang sepasang sepatu.
“Dalam sehari bisa mengerjakan tiga hingga lima pasang sepatu, karena masih dikerjakan sendiri jadi belum bisa menerima lebih banyak,” katanya.
Urusan persediaan peralatan dan bahan pencucian sepatu, diakuinya sangat mudah ditemukan, mulai dari penggunaan sikat gigi untuk menjangkau sudut-sudt sempit, hingga menggunakan cairan pembersih yang bisa dipesan secara online.
Hanya saja, hingga saat ini dia belum memiliki alat khusus untuk mengeringkan sepatu, dan terpaksa dilakukan secara manual dengan memanfaatkan panas matahari.
Karena itu, proses pengerjaan sepatu membutuhkan waktu sekitar dua hingga tiga hari.
Karena melihat peluang yang masih sangat besar ke depannya, Ageng juga semakin serius menjalani bisnis ini.
Dalam waktu dekat, dia segera menyewa sebuah kios untuk dijadikan workshop yang bisa didatangi pelanggan.
“Selama ini banyak yang tidak percaya kalau menggunakan sistem ketemuan untuk serah terima barang, jadi punya kios khusus itu mutlak jika ingin memperbesar pasar,” katanya.
Dia optimistis usaha yang dijalaninya akan bisa bertahan dan terus berkembang ke depannya, seiring makin tumbuhnya tingkat ekonomi masyarakat Indonesia.