Bisnis.com, JAKARTA -- Labu kuning, yang di sejumlah negara digunakan untuk memeriahkan perayaan Halloween, adalah salah satu bahan pangan lokal yang mudah ditemukan di berbagai daerah. Sejumlah pelaku usaha di Tanah Air beramai-ramai mengolah labu kuning menjadi berbagai macam olahan makanan.
Waluh, nama lain dari labu kuning, biasanya hanya dimanfaatkan sebatas untuk sup, sayur, atau dessert. Salah satu olahan labu kuning yang cukup akrab di lidah masyarakat Indonesia adalah kolak manis.
Di luar olahan tradisional tersebut, kini sejumlah pelaku mulai berkreasi mengolah bahan pangan yang kaya vitamin dan antioksidan itu secara lebih variatif seperti menjadi bahan bolu, dodol, pia, roti, stik, geplak dan banyak lagi.
Salah satu dari segelintir pelaku usaha yang menggeluti bidang pengolahan makanan dari labu adalah Slamet. Sejak tahun 2002 ia mendirikan usahanya dengan merek Geplak Waluh Bu Nanik Getasan.
Awalnya Slamet berkecimpung dalam usaha pembuatan telur asin sejak 1992. Namun dia mulai banting setir karena wilayah Getasan, Semarang, bukan sentra itik sehingga dia semakin sulit mendapatkan bahan baku.
Dia pun mulai melirik labu yang cukup melimpah di daerahnya. “Sebenarnya Getasan merupakan penghasil waluh, tetapi harga saat panen sangat rendah hanya sekitar Rp750 – Rp1.000 per kilogram karena saat itu belum ada yang mengolah waluh sebagai makanan komersial,” tuturnya.
Pria berusia 52 tahun ini pun mulai berpikir untuk mendirikan industri rumah tangga pengolahan waluh. Idenya yang terpikir saat itu membuat waluh sebagai bahan baku geplak.
Geplak yang merupakan makanan khas kota Bantul, Yogyakarta, lazimnya terbuat dari tepung beras dicampur parutan kelapa dan gula pasir atau gula jawa. Dia mengadopsi olahan tersebut dengan mengganti bahan bakunya menjadi labu kuning.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel