Bisnis.com, JAKARTA - Banyak orang yang kerap merasa cemas saat akan menghadapi sesi wawancara, baik untuk melamar pekerjaan, mendapatkan beasiswa, dan sebagainya. Sebab, tahapan wawancara kerap menjadi penentu terakhir lolosnya seseorang dalam sebuah proses seleksi.
Untuk itu, jangan meremehkan persiapan sebelum wawancara. Bagi orang yang sangat cerdas dan pandai bercakap-cakap sekalipun, persiapan sebelum sesi wawancara adalah hal yang tetap harus dilakukan.
Untuk menghadapi sebuah wawancara, hal pertama yang harus dipersiapkan dengan baik adalah melatih komunikasi nonverbal yang baik. Sebab, saat proses wawancara, kepercayaan diri seseorang akan ditelaah dengan seksama.
Komunikasi nonverbal itu mencakup beberapa hal, seperti sikap berdiri, kontak mata, dan cara berjabat tangan. Kesan nonverbal pertama itu dapat menjadi awal yang baik—atau bisa jadi akhir yang cepat—bagi proses interview seseorang.
Persiapan kedua adalah menyesuaikan penampilan dengan tradisi instansi yang dituju. Menurut konsultan karir dari Monster, Carole Martin, sangatlah penting untuk memahami apa yang akan dikenakan saat interview.
“Mengenakan pakaian resmi seperti jas atau blazer, atau pakaian yang tidak terlalu formal, itu semua sebaiknya menyesuaikan dengan budaya instansi dan posisi yang akan Anda lamar. Jika perlu, cari tahu apakan instansi tersebut memiliki dresscode,” katanya.
Ketiga, ada baiknya menjadi pendengar yang baik. Pewawancara pasti akan memberika banyak informasi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Jika tidak disimak dengan baik, Anda bisa jadi kehilangan peluang yang sangat besar.
Perlu diketahui, sala satu teknik komunikasi yang baik mencakup sikap mendengarkan dan membiarkan lawan bicara tahu bahwa Anda sedang mendengarkan mereka. Amati pewawancara, dan sesuaikan diri dengan gaya pembicaraannya.
Saran keempat adalah jangan bicara terlalu banyak. Jangan memberi tahu lebih dari yang ingin diketahui oleh pewawancara, karena hal tersebut dapat menjadi sebuah kesalahan fatal yang membuat Anda langsung dicoret dari daftar seleksi.
“Kebanyakan orang yang tidak mempersiapkan diri sebelum wawancara melantur saat menjawab pertanyaan. Itulah pentingnya persiapan sebelum wawancara, dengan memahami deskripsi kerja dan menyesuaikannya dengan kemampuan yang Anda miliki,” papar Carol.
Kiat keenam adalah gunakanlah bahasa yang baik, agar Anda terlihat profesional selama sesi wawancara. Jangan menggunakan bahasa gaul atau membicarakan topik yang menyinggung isu sensitif seperti SARA, haluan politik, maupun orientasi seksual.
Ketujuh, tetaplah rendah hati dan jangan bersikap ‘sok’. Carol mengatakan karakter seseorang akan menjadi kunci sukses sebuah wawancara. Anda harus dapat menyeimbangkan rasa percaya diri, profesionalisme, dan sopan santun.
“Bahkan ketika Anda ingin unjuk kebolehan di depan pewawancara, jangan sampai percaya diri berlebihan. Namun, jangan juga bersikap terlalu tertutup. Bisa-bisa sesi wawancara akan dihentikan dan Anda disuruh keluar ruangan secepatnya.”
Persiapan kedelapan adalah pastikan Anda menjawab dengan baik apa yang ingin diketahui pewawancara. Saat pewawancara meminta Anda memberi contoh prestasi pada masa lalu, sebenarnya mereka ingin mengulik soal perilaku dan etos kerja Anda.
Jadi, jika Anda gagal memberikan contoh yang spesifik, berarti Anda gagal menjawab pertanyaan. Tidak hanya itu, Anda juga kehilangan kesempatan untuk unjuk kemampuan dan membahas soal skill yang Anda miliki.
Kesembilan, bertanyalah. Carol mengamati sebagian besar peserta wawancara menjawab “tidak” saat ditanya “apa ada pertanyaan?” Padahal, bertanya selama proses interview adalah salah satu cara untuk menunjukkan seseorang memang tertarik dengan instansi yang diincar.
Menurutnya, bertanya juga menjadi cara untuk mengetahui apakah posisi yang diincar sesuai untuk Anda atau tidak. Cara bertanya yang baik adalah dengarkan pertanyaan yang ditujukan kepada Anda, lalu tanya kembali untuk mendapatkan informasi tambahan.
Persiapan kesepuluh adalah jangan terlihat putus asa. Jangan bersikap seolah-olah Anda terlalu ingin diterima, karena hal tersebut membuat Anda tampak putus asa dan tidak percaya diri.
“Jangan datang ke wawancara dengan sikap ‘saya mohon, tolong terima saya’. Sebaliknya bersikaplah tenang, kalem, dan penuh percaya diri. Anda harus yakin Anda layak mendapatkan pekerjaan itu, dan buatlah pewawancara meyakini itu juga.” ()