Bisnis.com, JAKARTA — Nama Fahmi Hendrawan, desainer pakaian muslim untuk laki-laki, kini makin dikenal baik di kancah mode dalam negeri maupun internasional.
Label fesyen Fahmi, Fatih Indonesia, yang dirilis pada 2015 sekarang semakin diminati publik. Desain pakaian muslim laki-laki--yang populer dengan sebutan baju koko--kreasinya terbilang modern dan stylish tapi bernuansa khas Indonesia.
Pasalnya, Fahmi memadukan kreasinya dengan kombinasi batik garutan sehingga menjadi alternatif baru di lini desain baju koko Indonesia. Hasil karyanya pun tidak hanya bisa dikenakan untuk beribadah, tapi juga bisa untuk kegiatan sehari-hari baik pada acara formal maupun non formal.
Mendirikan Fatih Indonesia
Sejatinya Fahmi bukanlah pegiat mode sebelum membangun Fatih Indonesia pada Juni 2015. Bahkan, awalnya dia sempat bekerja sebagai Relationship Manager di Bank Bukopin pada 2010-2013.
Setelah mengundurkan diri, laki-laki asal Garut, Jawa Barat (Jabar) ini sempat menggeluti dunia entertainment bermodalkan suaranya untuk bernyanyi.
“Saya sempat fokus jadi musisi, jadi pemain musikal, jadi penyanyi latar, baru pada 2015 saya bangun Fatih Indonesia,” ungkapnya.
Fahmi yang merasa bahwa pekerjaannya sebagai musisi tidak terlalu berkembang, memutuskan untuk pulang ke kampung halaman. Tak disangka, di sanalah ide untuk membangun Fatih Indonesia muncul.
Fahmi terinspirasi untuk membuat lini bisnis pakaian muslim ketika sedang mengaji dan membuka Alquran secara acak. Saat itu, dia membuka Surat Al A’raf ayat 31 yang artinya: “Hai anak Adam, pakailah pakaian bagus saat memasuki masjid.”
“Enggak tahu kenapa rasanya ayat itu menyentuh sekali, dekat dengan kenyataan bahwa saya kalau salat merasa enggak pernah pakai baju bagus. Saya merasa enggak nyiapin baju khusus yang bagus untuk salat, biasa-biasa saja gitu. Dari sana saya kepikiran untuk membuat baju muslim laki-laki,” terangnya.
Sejak saat itu, Fahmi mulai meriset bisnis pakaian muslim dan fokus membuat rencana bisnis. Tak ingin ditipu dan gagal dalam berbisnis, dia turun langsung ke lapangan untuk melakukan survei bisnis, mencari bahan terbaik, merekrut sendiri penjahit, sampai belajar membuat baju.
Karena tekadnya yang kuat untuk berbisnis, Fahmi sampai magang di Pasar Mayestik, Jakarta. Di sana, dia mengikuti apa saja kegiatan yang dilakukan si penjahit di tempatnya magang. Mulai dari membeli dan memilih bahan, mengangkut bahan yang akan dibuat, membuat pola, hingga proses jahit selesai.
Merasa rencana bisnis yang dibuatnya sudah matang, Fahmi pun memutuskan untuk mendirikan Fatih Indonesia. Pakaian laki-laki menjadi fokus bisnisnya.
“Seperti yang kita ketahui, tren busana muslim di Indonesia saat ini sedang berkembang sekali. Apalagi, ada impian bahwa Indonesia akan menjadi pusat fesyen muslim dunia pada 2020. Namun, tren busana muslim perempuan yang lebih terlihat perkembangannya, banyak sekali desainer-desainer yang membuat lini baju muslim untuk perempuan. Di satu sisi saya berpikir kenapa busana muslim laki-laki tidak terlalu terlihat?” jelasnya.
Ciri khas baju Fatih Indonesia adalah perpaduan bahan berwarna polos dengan kombinasi batik garutan. Ada dua hal yang menjadi alasan Fahmi memilih batik garutan.
Pertama, dia berasal dari Garut. Kedua, karena dia merasa batik asal daerahnya itu belum begitu dikenal.
Namun, Fahmi tak menutup kemungkinan ke depannya Fatih Indonesia akan mengombinasikan batik dari daerah lain. Dia mengungkapkan ada beberapa perajin batik daerah lain yang sudah menawarkan diri untuk berkolaborasi dengannya.
Potongan baju koko Fatih Indonesia rata-rata dibuat Fahmi dengan model slim fit, dikombinasikan dengan batik yang diletakkan secara tidak monoton. Motif batik terkadang ditaruh di samping, di bagian dada, bagian bawah, dan sebagainya.
Warna yang digunakan juga relatif lebih cerah dibandingkan merek-merek lainnya. Selain putih dan warna netral lainnya, Fahmi tak ragu menggunakan warna hijau, merah, biru, ungu, pastel, toska, dan lain-lain.
Menyesuaikan dengan era digital, Fatih Indonesia turut mempromosikan diri di media sosial, seperti Instagram. Untuk offline, brand ini cukup sering mengikuti bazaar pakaian di pusat perbelanjaan di Jakarta.
Gelaran fesyen besar pun tak lupa diikuti, baik di dalam maupun di luar negeri. Misalnya, Muslim Fashion Festival, Indonesia Fashion Week, Asia Islamic Fashion Week di Malaysia, Japan Halal Expo, dan sebagainya.
Pada 2017, Fatih Indonesia sempat diajak oleh Pemerintah Indonesia untuk berangkat ke Moskow, Rusia untuk pameran.
Namun, perjalanan Fahmi membesarkan Fatih Indonesia selama tiga tahun terakhir juga diwarnai duka. Pada awal mendirikan merek ini, dia pernah ditipu hingga hampir kehilangan seluruh sisa tabungannya sebesar Rp400 juta.
Peristiwa itu membuatnya harus memulai usaha dari awal. Tetapi, sekarang Fahmi sudah merasakan buah kerja kerasnya dan bahkan tahun lalu Fatih Indonesia mampu membukukan pendapatan bersih senilai Rp1,2 miliar.
Masa Kecil Fahmi Hendrawan
Fahmi mengaku bahwa jiwa kewirausahaannya sudah ditanamkan sejak dini oleh neneknya. Dia bercerita orang tuanya bercerai dan kemudian dia dibesarkan oleh nenek dari pihak ibu.
Neneknya mengajari Fahmi untuk mandiri. Sang nenek pun menyuruhnya untuk berjualan donat dan es krim keliling kampung.
“Dari situ mungkin terbentuk nilai-nilai untuk jualan. Cuma, karena masih kecil jadi belum ada pikiran kalau sudah besar bakal jadi pengusaha atau berjualan,” ungkapnya.
Saat masih duduk di bangku SD, Fahmi menyadari kecintaannya terhadap musik. Jadi, selain berjualan keliling kampung, dia juga sering mengikuti lomba menyanyi mewakili sekolahnya.
Saat SMP dan SMA, Fahmi mulai diajak untuk bernyanyi dari kampung ke kampung. Bahkan, ketika SMA dia sempat menjadi penyiar radio di daerahnya.
Dari pekerjaan itu, Fahmi sampai bisa menghidupi dirinya sendiri sejak remaja dan tidak pernah meminta uang jajan dari orang tuanya.
Meski sekolah sambil bekerja, dia tak meremehkan pendidikan. Sedari kecil, Fahmi selalu terpilih untuk mewakili sekolah sebagai peserta lomba cerdas cermat.
Kecerdasan Fahmi ini membuatnya mendapatkan beasiswa dari Institut Pertanian Bogor (IPB) pada 2005 di dua jurusan sekaligus yakni jurusan Komunikasi Masyarakat dan Agri Bisnis. Dia lulus dari IPB pada 2009.
Saat ini, Fahmi juga sedang melakukan tesis untuk menyelesaikan pendidikan S2 jurusan Creative and Cultural Entrepreneurship (Internasional) di Institut Teknologi Bandung (ITB). Pada 2016, dia mendapat beasiswa Kementerian Keuangan melalui beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
Baru-baru ini, Fahmi kembali mendapatkan beasiswa Australia Award dari Pemerintah Australia untuk menjalani semester pendek di Universitas Teknologi Queensland, Australia.