Bisnis.com, JAKARTA - Sebanyak 10 tim dari delapan perguruan tinggi nasional memasuki babak final dalam kompetisi meraih penghargaan inovasi hortikultura yang diselenggarakan PT East West Seed Indonesia (Ewindo) di gedung Nusantara, Purwakarta, Jawa Barat.
"Mereka kami seleksi dari 34 tim dari 17 perguruan tinggi seluruh Indonesia yang mengikuti ajang ini," kata Direktur Sales dan Marketing Ewindo, Afrizal Gindow di Jakarta, Selasa.
Dia mengungkapkan hal itu saat ditemui di sela-sela penjurian grand final Panah Merah Innovation Award. Gelaran yang bertemakan Bertani Sayuran Pintar untuk Produksi Pangan Berkelanjutan diikuti sejumlah perguruan tinggi, seperti UI, IPB, ITB, UGM, Unpad, Unibraw, UNEJ, USU, Unila, Unsud, Unlam, dan UMY.
Panelis dan dewan juri lomba inovasi ini adalah Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian IPB Kudang Boro Seminar, Pakar Teknologi Informasi UGM I Wayan Mustika, Kepala Laboratorium Pusat Mikroelektronika ITB Irman Idris, dan Direktur R&D Ewindo Asep Harpenas.
Afrizal mengungkapkan, tidak menyangka animo peserta bakal demikian besar dibandingkan dengan penyelenggaraan penghargaan inovasi pada 2015, hal ini menunjukkan banyaknya generasi milenial yang mulai menyukai sektor pertanian.
Afrizal menerangkan revolusi berikutnya dalam sejarah pertanian adalah Smart Farming, di mana semakin banyak petani, agribisnis, agroindustri dan konsumen mulai mengadopsi teknologi tinggi dan inovasi berbasis data digital.
Menurut Afrizal, ada tiga aspek sistem pertanian untuk menghadapi perubahan dari pertanian tradisional menjadi pertanian modern. Pertama adalah Precision Agriculture, yaitu menerapkan sensor digital untuk memantau dan mengukur secara akurat air yang dibutuhkan, struktur tanah, kandungan bahan organik, tingkat kelembaban air, kadar mineral, hasil panen, topografi lapangan, serta serangan hama dan patogen.
Kedua, Management Information System, yaitu mengumpulkan, menyimpan pemrosesan dan mendistribusikan data untuk menggambarkan operasi dan fungsi pertanian. Ketiga, Agricultural Automation and Robotics, yaitu menerapkan robot, mesin otomatis dan intelijen untuk meningkatkan efisiensi dan produksi pertanian.
“Salah satu kunci keberhasilan pengembangan industri hortikultura adalah kekuatan riset dan inovasi khususnya berbasis data digital. Mengembangkan budaya riset dan inovasi ini merupakan tugas kita bersama terutama dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat,” ujar Afrizal.
Dengan demikian, intensifikasi dengan memanfaatkan teknologi digital dan inovasi budidaya tanaman menjadi salah satu solusi utama untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi hortikultura. Termasuk dengan penemuan varietas unggul yang sesuai dengan selera pasar dan teknologi produksi yang efisien.
"Lomba Ide dan Inovasi Mahasiswa di Bidang Hortikultura ini diharapkan dapat menjaga dan meningkatkan antusias memahasiswa pada bidang riset dan inovasi. Sehingga, akan semakin banyak mahasiswa yang mencintai ilmu pengetahuan dan teknologi dan pada akhirnya dapat memajukan bangsa dan negara menjadi bangsa yang besar dan sejajar dengan bangsa maju lainnya," ujar Afrizal.
Penasihat Komite Panah Merah Innovation Award 2018, Fransiska Fortuna mengatakan, sosialisasi ke sejumlah universitas dilaksanakan sejak April 2018, proses seleksik dari karya yang masuk diselenggarakan sejak September 2018, sehingga tepilih sepuluh finalis.
Menurut Siska, seleksi dilakukan oleh tim dari Ewindo setingkat manager senior melalui kriteria kebaruan, teknologi digital, dan pertanian modern. Dalam ajang ini tim dari UGM berhasil memenangkan penghargaan pertama untuk karya kombinasi budidaya tanaman dan perikanan, sedangkan nomor dua dari IPB untuk karya kecerdasan buatan untuk tanaman, serta ketiga dari Universitas Muhamadiyah Yogyakarta untuk karya sistem irigasi otomatis.