Bisnis.com, JAKARTA – Sebagian besar masyarakat masih memanfaatkan pinjaman perbankan melalui program kredit pemilikan rumah (KPR) untuk bisa mendapatkan rumah. Namun, tidak semua permohonan masyarakat yang mengajukan KPR dapat diterima oleh perbankan.
Salah satu permasalahannya adalah tidak memiliki pendapatan tetap karena mereka bekerja di sektor informal. Padahal, tidak sedikit pekerja informal yang memiliki pendapatan besar. Sebut saja pedagang, atlet, artis, bahkan para bidan.
Aidil Akbar Madjid, Perencana Keuangan dari Moneesa menemukan adanya bidan yang membuka praktek mandiri di daerah, memiliki pendapatan bersih hingga mencapai Rp40 juta bahkan ratusan juta per bulan.
Di sisi lain, seorang pedagang warung tegal pun bisa mencatatkan pendapatan sekitar Rp1,5 juta hingga Rp10 juta setiap harinya atau mencapai puluhan hingga ratusan juta perbulan. Begitu pula dengan atlet dan artis yang bisa mengantongi penghasilan ratusan hingga miliaran rupiah.
Namun sayang, besarnya pendapatan yang diperoleh para pekerja informal tersebut tidak diimbangi dengan pencatatan dan laporan keuangan yang mumpuni. “Bidan, pedagang, artis, atlet, freelancer itu beberapa contoh yang masuk dalam sektor informal dengan penghasilan besar tetapi kategori mereka tidak bankable karena tidak ada pencatatan keuangannya,” ujar Aidil, Jumat (6/3/2020).
Kondisi ini tentu saja membuat pekerja informal yang saat ini jumlahnya mencapai 74 juta atau 57% dari jumlah angkatan kerja, kesulitan mengajukan pinjaman dari perbankan, termasuk dalam hal kredit pemilikan rumah (KPR).
Melihat fenomena tersebut, mendorong perusahaan financial technology (fintech) Aktivaku untuk menjembatani pekerja informal yang tidak undeserved atau unbankable ini menjadi lebih bankable sehingga bisa memiliki rumah melalui produk AktivaHome
Ricky Gandawijaya, Pendiri dan CEO Aktivaku mengatakan saat ini, setiap tahunnya ada sekitar 6,8 juta masyarakat Indonesia yang belum memiliki rumah. Melalui AktivaHome, konsumen yang ingin memiliki rumah bisa menggunakan kredit instalment dari AktivaHome.
“Kami melihat ini menjadi peluang, sektor informal bukan tidak bisa mendapat akses pinjaman bank, mereka mampu hanya saja dianggap belum ‘aman’ untuk pinjaman. Padahal mereka punya penghasilan,” ujarnya.
Menurutnya, proses pinjaman tersebut bisa dicairkan dalam kurun waktu 2 minggu jika seluruh dokumen yang dibutuhkan lengkap. Selain itu, untuk menilai karakter calon borrower, Aktivaku juga menggandeng psikolog dari Universitas Indonesia.
“Kami memberlakukan pembelian rumah tanpa DP dengan bunga pinjaman sekitar 12 persen hingga 14 persen” ujarnya
Ricky berharap program AktivaHome bisa membiayai sekitar 1.000 hingga 2.000 rumah pada 2020 dengan harga rumah rata-rata Rp150 juta hingga Rp600 juta sehingga total potensi pembiayaan sebesar Rp400 miliar hingga Rp800 miliar per tahun.
Dalam program ini, Aktivaku menggandeng Perkumpulan Wirausahawan Rumah Rakyat Nusantara (Perwiranusa) dalam penyediaan rumah, Moneesa untuk membantu pengaturan dan pencatatan keuangan bagi para borrower, dan sejumlah perbankan, salah satunya Bank Mandiri