Bisnis.com, JAKARTA - President Internasional Council of Small Business Indonesia (ICSBI) Jacky Mussry, menilai spirit entrepreneurship perempuan Indonesia masih lemah. Ada persepsi ketika mereka menjadi pelaku UKM, kesannya harus selalu dibantu.
Boleh saja UMKM dibantu, namun sebagai pelaku harus bertransformasi menjadi pengusaha. "Pengusaha itu berusaha. Ini nggak akan terjadi kalau nggak punya semangat entrepreneurship yang kuat," tegasnya beberapa waktu lalu.
Dalam bisnis, menurutnya perempuan bisa menjadi entrepreneur atau profesional. "Kalau woman Indonesia bisa dinilai dari professionalism-nya dan entrepreneurshipnya, maka terbentuklah woman yang lebih bagus. Ini akan meng-improve kinerja UKM," sebut Jacky.
Kalau belum bisa menjadi entrepreneur, para perempuan harus profesional terlebih dahulu. Setidaknya mengerti bagaimana caranya menggaet pasar maupun pemasaran.
Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menuturkan bahwa untuk memulai suatu usaha apapun bentuknya, para perempuan harus percaya diri. Jangan pernah berpikir dan menyatakan tidak bisa sebelum memulai. Jika seperti itu, secara tidak langsung mereka akan membatasi diri. "Women do things better. Jangan takut, jangan ragu," tegasnya.
Nyatanya, perempuan selalu melihat segala sesuatu lebih dalam dan detail. Apalagi, stamina yang dimiliki perempuan jauh lebih besar dari pada laki-laki.
Di masa pandemi seperti sekarang ini, menurut Susi banyak ibu-ibu di daerah yang berinovasi untuk tetap membuat dapurnya ngebul. Misalnya dengan membuat rempeyek maupun masker skala rumahan.
Oleh karena itu, dia memandang perlunya pemerintah mengaktifkan kembali ibu-ibu PKK dan Posyandu.
Pemilik maskapai Susi Air ini pun menyarankan pemerintah menyediakan akses internet agar para ibu-ibu bisa memasarkan produknya skala domestik bahkan internasional. Disebutkan Susi, internet menjadi kendala utama di daerah saat ini. "Kasih lah Rp300.000 per kepala keluarga untuk akses internet free misalnya," imbuhnya.
Bila perlu, pemerintah memberikan modal untuk kelompok ibu-ibu untuk menjalankan usaha rumahan. Katanya cukup diberikan Rp5 juta per kelompok. "Ibu-ibu itu saya yakin bisa menghidupkan semua ekonomi. Not much money," tambahnya.
Para pengusaha wanita, terutama penggerak UMKM di daerah menurutnya juga perlu dibebaskan dari pungutan dan kemudahan sertifikasi.
"Tidak perlu izin saja, namanya UMKM tidak usah urus apa-apa, suruh mereka urusin dagangannya saja, produknya, terus transport dibantu, internet access free," tandas Susi.