Bisnis.com, JAKARTA - Umumnya, seorang anak di Indonesia memiliki tanggung jawab finansial kepada orangtuanya saat ia besar.
Tanggung jawab finansial tersebut akan tetap ada meskipun seseorang telah berkeluarga dan memiliki anak. Begitu seterusnya. Rantai ini bernama Sandwich Generation. Bagaimana cara agar generasi muda Indonesia tidak terjebak dalam rantai sandwich generation?
CEO & Founder Jouska Indonesia Aakar Abyasa mengatakan bahwa Sandwich Generation adalah satu kondisi dimana kita yang orang usianya produktif dan telah berkeluarga harus juga menanggung keluarga besar dan ada keterikatan. Untuk itu, ada dua cara menghentikan sandwich generation ini.
“Ada 2 perlakuan yang bisa kita tempuh, yakni pertama secara culture seperti tidak bantu orang tua itu durhaka nah itu masih bisa didiskusikan secara logis. Kedua, semisalnya ada ketidaksiapan finansial bisa diaktivasi apakah mama-papanya masih bisa ada incomenya, apakah adiknya bisa di manage cashflownya,” tuturnya dalam sesi Financial Talk online bersama Bank Commonwealth, Senin (22/6/2020),
Aakar menambahkan bahwa apabila permasalahan finasial yang dihadapi ada dua karakteristik yakni pendapatan dan expense. Apabila pendapatan yang menjadi permasalahannya adalah pendapatan yang kurang maka bisa dinaikkan pendapatannya, apabila expense maka, pengeluaran harus diatur agar tidak banyak pengeluaran yang tidak perlu.
“Di Amerika, 87 persen orang yang sudah pensiun itu terus bekerja sepanjang hidupnya. Jadi ketika ada issue dengan income jadi bisa diaktivasi semua orang yang terlibat secara legal di pohon sandwich itu seperti earn more money misalnya dengan over time, part time. Kalau tidak bisa juga ya kencengin ikat pinggang,” paparnya.
Pertanyaan yang sering diajukan adalah bagaimana cara menaikkan finansial terlebih disaat pandemi seperti ini?Jawabannya adalah skill.
Aakar menuturkan bahwa apabila kita kesulitan dengan mencari tambahan lain berarti ada masalah dengan kemampuan. Kuncinya adalah untuk meningkatkan kemampuan seperti sekolah atau bisa belajar mandiri, “ Investasi yang tidak pernah minus adalah investasi ke skill.”