Bisnis.com, JAKARTA - Perkembangan perusahaan pendidikan berbasis teknologi Zenius Education ternyata diiringi oleh sejumlah kisah unik yang bisa membuat Anda tersenyum manis ketika mendengarnya.
Perusahaan yang didirikan oleh dua orang lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB), yakni Sabda P.S. dan Medy Suharta itu pernah terancam akibat kalah saing dengan produk bajakan yang beredar di pasaran dengan harga miring.
Alih-alih hanya melaporkannya ke pihak berwenang, dua pendiri Zenius Education itu memutuskan untuk mengambil langkah yang tak biasa. Menurut Sabda yang kini menjabat sebagai Chief Education Officer, pihaknya justru menggencarkan edukasi kepada konsumen yang tak lain adalah pelajar sekolah betapa bahayanya produk bajakan terhadap kelangsungan hidup pembuat karya.
"Waktu kita masih hadir dengan versi CD, sekitar 2011 gue bilang ke anak-anak lewat pelajaran ekonomi itu kalau beli yang bajakan kita nggak bisa lanjut [buat konten] lagi. Kita nggak bisa inovasi lagi karena nggak punya uang lagi. Dikomunikasikan saja," katanya dalam acara Playfest Series pada Minggu (26/7/2020) malam yang digelar secara daring oleh Narasi TV.
Apa yang dilakukan oleh Zenius Education itu ternyata membuahkan hasil. Anak-anak yang menjadi konsumen memahaminya dan dengan sendirinya meninggalkan CD bajakan.
Bahkan, beberapa diantaranya sering melaporkan keberadaan CD bajakan yang masih beredar untuk kemudian ditindaklanjuti.
"Sampai ada yang melapor kalau mereka menemukan CD bajakan. Mereka khawatir kalau nantinya keberadaan CD bajakan itu membuat kami tidak lagi membuat konten baru atau tutup," kenangnya.
Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan teknologi, Zenius Education memutuskan untuk tidak lagi menggunakan CD sebagai media distribusi kontennya. Sebagai gantinya, digunakan platform web untuk menampilkan berbagai video pembelajaran dan juga sarana interaksi antara murid dan tutor.
Suatu ketika, Sabda menyebut pihaknya memutuskan untuk memberikan sejumlah konten secara cuma-cuma kepada konsumen. Bukannya disambut baik, beberapa konsumen, terutama anak-anak justru mengkhawatirkan bagaimana kelangsungan hidup Zenius Education kedepannya apabila memberikan konten gratis.
"Ada yang bertanya, protes kenapa gratis, nanti bagaimana Zenius apa bisa inovasi lagi, buat konten baru lagi. Kita jelaskan kalau konten gratis hanya beberapa saja," ungkapnya.
Sebagai tutor, Sabda bangga dengan pemikiran yang dilontarkan oleh anak-anak tersebut. Dia merasa apa yang dia sampaikan berhasil diserap dengan baik oleh mereka dan diterapkan di kehidupan sehari-harinya.
Lebih lanjut, Sabda menyebut apa yang dilakukan oleh anak-anak itu merupakan buah dari integritas seluruh pihak yang tergabung dalam Zenius Education. Menurutnya, sejak awal dirinya dan Medy sudah mewanti-wanti seluruh pihak yang bergabung di Zenius Education bahwasanya tujuan dari perusahaan tidak hanya mencari keuntungan semata.
"Integritas itu nyata efeknya, kalau masyarakat ngerti mereka akan bantu kita lagi asalkan kita kasih yang bermanfaat buat mereka. Zenius Education ingin tumbuh bersama guru, pelajar dan orang tua di Indonesia," tuturnya.