Bisnis.com, JAKARTA - Media sosial kini telah menjadi sumber informasi utama bagi masyarakat Indonesia. Tak heran bila banyak pelaku usaha yang memanfaatkan media sosial untuk berjualan sekaligus meningkatkan brand awareness dan loyalitas pelanggan.
Berdasarkan data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), jumlah pengguna internet di Indonesia hingga kuartal II/2020 mencapai 196,7 juta atau 73,7 persen dari populasi masyarakat Indonesia.
Dari angka tersebut, 190 juta masyarakat atau 95 persen diantaranya memiliki akun sosial media sehingga pangsa pasar media sosial di Indonesia terbilang sangat besar.
Lebih menariknya lagi, berdasarkan data dari Kemenkominfo dan Katadata, media sosial merupakan sumber informasi utama warganet sehingga medsos dapat dijadikan sebagai saluran utama bagi perusahaan atau pelaku usaha kecil dan menengah untuk menjangkau pangsa pasar yang lebih besar.
“Ini peluang yang sangat baik, terutama di era pandemi ini, akses masyarakat terhadap media sosial semakin besar,” ujar Digital Creator Ndorokakung dalam Mandiri Webinar Series "Digital Marketing: Strategi Mendapatkan Konsumen dan Meningkatkan Penjualan.
Lebih lanjut dia menuturkan bahwa media sosial mampu memberikan data tentang perilaku konsumen, hal ini tentu sangat penting bagi brand. Selain itu, media sosial juga sangat ramah bagi pebisnis.
Baca Juga
Meski demikian, sambungnya, untuk memanfaatkan media sosial dalam proses pemasaran, pelaku usaha perlu menyiapkan berbagai strategi jitu.
“Pertama menetapkan tujuan, mau brand awareness, mau meningkatkan sales, atau mencari lead, atau apa. Kemudahan KPI-nya apa, apakah mau meningkatkan traffic ke website, apakah lead atau sales, dan seterusnya,” jelas Ndorokakung.
Selanjutnya, tetapkan target pasar yaitu kalangan mana, usia, jenis kelamin, di perkotaan atau pedesaan, kelompok pesepeda atau pengguna mobil. Sebab, hal ini akan menentukan konten yang cocok untuk target pasarnya.
Setelah itu, pelaku usaha juga perlu menentukan dan memilih media sosial mana yang cocok dan sesuai dengan brand miliknya. Sebab, tidak semua medsos memiliki pangsa pasar yang sama.
"Kita tahu Tiktok banyak digunakan anak muda dan gen Z, apakah brand yang kita punya cocok menggunakan TikTok,” tambahnya.
Sementara itu, konten yang dibuat juga harus]mampu menjawab kebutuhan konsumen. Selanjutnya, konten juga harus mudah diakses sebab dengan semakin mudah diakses dan mudah disebarkan, akan meningkatkan engagement dengan konsumen.
Terkait konten, maka pemilik brand harus memiliki strategi konten yang tepat dalam memanfaatkan media sosial. Misalnya dengan membuat kalender konten atau konten yang terjadwal sehingga lebih terjaga konsistensinya.
“Kita harus tahu kapan harus memposting, lalu konten apa saja yang ingin ditampilkan. Bagaimana aplikasinya apakah organik atau menggunakan ads atau bekerjasama dengan influencer. Ini perlu dipahami untuk meningkatkan brand awareness dan loyalitas customer,” tuturnya.
Dalam membuat konten, pemilik brand harus menjadi konsistensi nama, logo, dan warna sebagai identitas brand sehingga memiliki tampilan visual yang kuat dan dapat dengan mudah diingat oleh konsumen.
Selain itu, hal penting yang kadang sering dilupakan oleh pemilik usaha adalah story atau cerita di balik brand tersebut. Jadi, saat membuat konten, yang ditampilkan bukan hanya sekadar produk saja tetapi ada cerita di balik produk tersebut sehingga menjadikannya berbeda dibandingkan dengan kompetitor.
“Misalnya untuk kopi itu sebenarnya kan sama saja, maka di sini sebuah cerita menjadi penting sebab tidak ada cerita yang sama. Maka pemilik brand harus membuat konten story yang menarik. Hal ini penting karena brand story ini akan memperkuat kedekatan emosional antara konsumen dan brand atau pelaku usaha dan ini yang membedakanya,” terangnya.
Salah satu pelaku usaha yang memanfaatkan media sosial adalah Aktor Ben Joshua yang baru saja memulai usaha kuliner Ben Cabe. Dalam menjalankan usahanya, Ben sengaja memilih nama Ben Cabe karena nama tersebut lebih mudah diingat oleh konsumen dan selaras dengan namanya sebagai pemilik usaha.
“Saya selama ini sering di endorse untuk produk kuliner, maka saya berpikir juga untuk memulai usaha kuliner. Kebetulan saya suka makanan pedas maka saya fokus ke usaha kuliner sambel,” tuturnya.
Diakui olehnya bahwa nama tersebut mampu mendongkrak penjualannya. Di sisi lain, dia juga banyak memanfaatkan influencer baik dari teman sesama artis maupun dari para selebgram. Tujuannya selain mendongkrak penjualan juga untuk membangun kepercayaan kepada para konsumen. Dia juga memberikan kontak yang jelas dan mudah dihubungi dalam kemasan.
“Di entertainment mesti jaga nama, karena bisa dimanfaatkan untuk bisnis. Maka di sini saya benar-benar ingin menjaga kepercayaan dari para konsumen,” katanya.
Sementara itu, Daniel Minardi Head of Brand Management and Digital Product Shopee Indonesia mengatakan penting bagi para penjual menjelaskan secara detail produknya karena akan membangun kepercayaan konsumen.
“Ketika pembeli membaca, oh ini ternyata produknya seperti ini, dan ketika produk ini diterima, dan sesuai maka ini akan meningkatkan kepercayaan. Pelaku usaha juga harus dapat dengan cepat merespons pembeli,” tambah Daniel.
Secara marketing, Daniel menuturkan bahwa pelaku usaha perlu memanfaatkan promosi di media sosial dan fitur-fitur promosi dalam e-commerce. Daniel memberi saran, para pemasar sejak awal menentukan chanel, misalnya dengan membuka toko online.
“Selanjutnya, tetapkan digital ads-nya, ketika teman-teman telah menetapkan memilih Instagram atau Facebook, perlu difokuskan. Dengan fokus, pemasar akan bisa memaksimalkan semua manfaat yang ada dalam digital ads tersebut. Penting juga memperhatikan Search Engine Optimism SEO,” terangnya.