Bisnis.com, JAKARTA - Menghilangnya Jack Ma, pemilik konglomerasi raksasa Alibaba asal China, dalam 3 bulan terakhir menghebohkan dunia. Kabar tersebut menggema di ruang maya. Publik di Indonesia pun ikut bersuara. Termasuk pengusaha Dahlan Iskan.
Dahlan Iskan yang juga mantan Menteri BUMN menyampaikan bahwa dirinya sempat menghubungi koleganya di China untuk bertanya kabar Jack Ma. Dia bertanya apakah mantan guru bahasa Inggris itu dijebloskan ke penjara oleh pemerintah China.
"JACK MA ditahan? 'Saya rasa tidak,' ujar teman saya di Tiongkok tadi malam. Tapi ia tidak tahu di mana Jack Ma. Seperti hilang ditelan bumi," demikian tulis Dahlan Iskan dalam blog Disway.id yang dikutip Bisnis, Selasa (5/1/2021).
Lebih lanjut Dahlan menyampaikan bahwa Jack Ma bisa jadi memang tidak ditahan. Namun, sikap diam yang dilakukan Jack Ma dalam 3 bulan terakhir lebih karena tiarap. Jack Ma lebih memilih menahan diri agar kasusnya tidak semakin heboh dan menyulitkan dirinya.
Hal yang sama juga dialami pengusaha di Indonesia apabila terjadi masalah. Memilih untuk melakukan aksi diam sembari menyelesaikan masalahnya.
"Banyak sekali pengusaha yang memilih sikap 'tiarap' seperti itu di Tiongkok. Juga di Indonesia. Sambil mencari penyelesaian terbaik bagi mereka," ungkap Dahlan.
Seperti diketahui Jack Ma, setelah Oktober 2020 tidak muncul lagi ke publik setelah mengkritik kebijakan Pemerintah China secara terbuka dalam sebuah pidato.
Pria berusia 56 tahun itu sempat mengkritik pemerintah China sebagai otoritas yang 'ketinggalan zaman'. Hal itu mengkritik kebijakan perbankan di China yang tidak selangkah ke depan dalam mengakomodir bank digital.
“Sistem keuangan saat ini adalah warisan dari Era Industri… Kita harus menyiapkan generasi baru dan generasi muda. Kita harus mereformasi sistem saat ini,” ujar Jack Ma dalam pidato tersebut seperti dikutip dari Yahoo Finance, Senin (4/1/2021).
Business Insider melaporkan bahwa Ma juga menyebut bank negara itu sebagai 'pegadaian'. “Hipotek dan jaminan adalah untuk pegadaian, tetapi jika kita bertindak ekstrem dengan hanya mengandalkan aset agunan, perusahaan tertentu akan menjaminkan semua aset mereka, dan tekanan [untuk mereka] sangat besar,” kata Ma.
Jack Ma, pendiri e-commerce raksasa dari China, Alibaba, memberi salam ketika dia tiba untuk bertemu dengan Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha di Bangkok, Thailand, 19 April 2018
Tak berselang lama, rencana penawaran saham perdana (IPO) Ant Group Co., lini bisnis finansial di bawah bendera Alibaba, kandas karena tidak mendapatkan restu dari otoritas China. IPO senilai US$37 miliar di bursa saham Hong Kong dan Shanghai ditunda, meski telah mendapat lampu hijau dari pengawas sekuritas China.
Shanghai Stock Exchange mengatakan terdapat permasalahan pada perubahan kondisi peraturan teknologi finansial.
Sepekan setelah pembekuan pencatatan saham perdana, otoritas antitrust mengeluarkan 22 halaman aturan anti-monopoli. Kebijakan ini disinyalir untuk menekan Ma dan pebisnis lainnya agar tidak besar kepala.
Setelah itu, belum ada informasi terbaru dari pria yang telah meraup 35 miliar euro setelah menciptakan Alibaba, Amazon versi Asia, tersebut.
Adapun, Daily Mail melaporkan bahwa peringkat Jack Ma sebagai orang terkaya di China turun ke posisi tiga berdasarkan Bloomberg Billionaires Index, pada Sabtu (2/1/2021) dari semula posisi kedua. Pemimpin marketplace Pinduoduo Colin Huang telah mengalahkan Ma.
Dalam tulisannya, Dahlan Iskan menyebutkan sejumlah masalah yang dihadapi oleh para pengusaha China di era pemerintahan Partai Komunis. Dari mulai artis Fan Bingbing hingga Guo Wen Gui. Penyelesaian masalah pun dari hukuman mati hingga jeruji penjara.
Apakah masalah Jack Ma akan berakhir dengan sejumlah opsi tersebut? Atau Ma punya cara sendiri menyelesaikannya? "Jack Ma bukan Guo Wen Gui. Ia juga bukan Fan Bingbing. Kita ingin tahu kelak: siapa Jack Ma." Demikian tulisan penutup Dahlan Iskan di Disway.id