Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

10 Franchise Lokal yang Sukses Go Internasional

Karena pesatnya usaha ini, sehingga di tahun 2008, head office UKM ini dipindahkan ke Jakarta. Dan merekrut banyak tenaga kerja profesional demi manajemen kantor yang sehat. Ternyata keputusannya tersebut benar, Kebab Turki Baba Rafi semakin berkembang pesat hingga berbagai macam penghargaan diraihnya.
Jco Donuts
Jco Donuts

JCo Donuts hingga Es Teler 77

1. Kebab Baba Rafi

Siapa sangka jika makanan yang diadaptasi dari makanan khas Turki ini bisa laris manis hingga ke pasar global. Bahkan Kebab Baba Rafi ini kini telah menjadi waralaba kebab terbesar di dunia. Adalah Hendy Setiono yang menggagas usaha makanan yang berasal dari timur tengah ini. Sejak tahun 2003, Hendy bersama mantan istrinya mendiri UKM ini, di Surabaya dengan  sebuah gerobak yang sederhana,

Dua tahun kemudian tepatnya di tahun 2005, Kebab Baba Rafi pun mulai diwaralabakan karena waralaba merupakan usaha yang potensial dan menjanjikan. Selang dua tahun kemudian tepatnya di tahun 2007 ini, usaha Kebab Turki Baba Rafi ini telah berkembang sangat cepat hingga seluruh Indonesia dengan berdirinya 336 outlet.

Karena pesatnya usaha ini, sehingga di tahun 2008, head office UKM ini dipindahkan ke Jakarta. Dan merekrut banyak tenaga kerja profesional demi manajemen kantor yang sehat. Ternyata keputusannya tersebut benar, Kebab Turki Baba Rafi semakin berkembang pesat hingga berbagai macam penghargaan diraihnya.

Setelah mencapai puncaknya, di tahun 2009 UKM ini pun memutuskan untuk Go Internasional sekaligus membawa nama Indonesia ke mancanegara. Negara Malaysia dipilih menjadi negara pertamanya, tak lama kemudian UKM ini pun membuka cabangnya di Filipina, Cina, Srilanka, Singapura, Brunei Darussalam, Belanda. Bahkan di tahun 2015 usaha kebab ini telah memiliki 1200 outlet yang tersebar di Indonesia dan Mancanegara.

2. Jco Donuts

Banyak yang salah menebak bahwa Jco Donuts merupakan waralaba asing padahal ini adalah UKM lokal Indonesia yang kini telah menjadi perusahaan yang besar. Perusahaan ini didirikan oleh Johni Andrean seorang pengusaha yang sukses di bidang salon.

Jco bukan saja memproduksi donat namun juga Yoghurt beku dan kopi.  Proses pengembangan Jco menjadi besar seperti sekarang tentunya tak semudah membalikkan telapak tangan. Johni butuh waktu tiga tahun untuk melakukannya. Johny melakukan riset, survey pasar dan sampling mengenai  donat seperti apa yang diinginkan oleh masyarakat. Baru akhirnya dia memulai usaha.

Begitu juga dengan kopi dan Yoghurtnya dia melakukan hal yang serupa. Setelah melakukan survei secara matang akhirnya Johni mulai memberanikan diri membuka bisnisnya di bulan Juni 2005. Gerai Jco pertama kali dibuka di kawasan Supermall, Karawaci, Tanggerang. Dan ternyata konsepnya tersebut berhasil diterapkan. Banyak pengunjung yang penasaran dan ingin membeli lagi donatnya,

Keberhasilan Jco di daerah Karawaci membuat Johni tak pikir panjang untuk membuka cabang di beberapa kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Makasar, Lampung, Pekanbaru dan beberapa daerah lainnya di indonesia. Dan mulai tahun 2007, J.Co telah berhasil membuka gerai di beberapa negara seperti Singapura, Australia dan Hongkong.

3. Es Teller 77

Nama Es Teler 77 begitu fenomenal meskipun telah banyak es teler yang menyerupainya. Siapa sangka jika bisnis yang telah laris manis ini dulunya hanya sebuah warung tenda sederhana milik Murniati Widjaja. Warung tersebut terletak di teras sebuah pertokoan Duta Merlin di kawasan Jakarta Pusat yang kini telah menjadi Carefour Harmony.

Ketika usia Es Teler 77 menginjak di tahun ke enam tepatnya di tahun 1987,  sang menantu, Sukyanto Nugroho mulai mewaralabakannya. Dengan itu, bisa dikatakan bahwa Es Teler 77 merupakan makanan cepat saji Indonesia yang memulai bisnis waralaba.

Tujuh tahun kemudian, tepatnya di tahun 1977 mengikuti trend gaya hidup akhirnya Es Teler 77 membuka gerai di Mall. Saat itu Es Teler 77 tidak hanya menjual es teler namun juga sudah merambah ke bisnis kuliner lainnya dengan memperkenalkan konsep makanan siap saji yang menyajikan makanan dan minuman jajanan populer Indonesia.

Di tahun 1998, Es Teler 77 mulai memberanikan diri go Internasional dengan mendirikan cabang pertamanya di Singapura. Di tahun 2000 merambah ke Melbourne, Australia, dan Tahun 2010. Es Teler 77 telah membuka 180 gerai di Indonesia, 3 di Singapura, 2 di Australia dan 1 Johor Malaysia.

4. Bumbu Desa

Meski berkonsep restoran tradisional yang menyajikan masakan dengan bumbu desa namun ternyata Bumbu Desa mampu menjadi masakan mancanegara. Restoran yang berdiri sejak tahun 2004 ini, awalnya hanyalah sebuah restoran di Jalan Laswi Bandung. Namun karena banyak peminatnya akhirnya Bumbu Desa membuka outlet di beberapa kota seperti Surabaya, Jakarta, Bogor, Makassar, Cirebon, Tangerang, Yogyakarta, Depok, Bali, Palembang, Padang, Bukittinggi dan Balikpapan

Dalam waktu singkat ini, ternyata Bumbu Desa telah mampu berdiri di mal-mal besar di kota besar di seputaran Jabodetabek hingga memiliki 10 outlet. Pada tahun 2010, Bumbu Desa pun mulai merambah go internasional dengan membuka outlet di Singapura dan Kuala Lumpur Malaysia. Bahkan di Malaysia, Bumbu Desa eksis di gedung pencakar langit KLCC yang merupakan salah satu etalase dunia dan di Bandara Internasional KLIA 2.

5. Ayam Bakar Mas Mono

Jika melihat kesuksesan Pramono atau akrab disapa mas Mono pasti tak ada yang mengira kalo dulunya Mas Mono mengalami masa-masa pahit.  Pria kelahiran Madiun ini selepas lulus SMA mengadu nasib di ibukota sebagai office boy di sebuah perusahaan nama di Jakarta. Di sana dirinya tak mau hanya berdiam diri sebagai OB namun saat tak ada kerjaan dia manfaatkan fasilitas kantor dengan belajar komputer dan lain-lain. Hingga akhirnya dia dipercaya menjadi supervisor.

Namun sayang meski sudah naik pangkat gajinya ternyata tak cukup untuk membiayai ayahnya yang terbaring di rumah sakit. Mono langsung mengajukan resign dari kantornya untuk berwirausaha, Saat itu dia memilih membuka usaha gorengan keliling. Sayangnya usahanya tak berjalan mulus, omzet per hari hanya Rp15-20ribu saja.

Ketika sang ibu menyusul Mono ke Jakarta, ibunya pun merasa iba karena Mono kerja hanya sebagai pedagang gorengan padahal di kampungnya Mono dikenal sebagai pegawai kantoran. Ibunya pun menyuruh Mono untuk kembali bekerja di kantor meski hanya sebagai OB.

Mono pun berhenti menjual gorengan, namun dia tak jua melamar menjadi orang kantoran. Dia justru mencoba peruntungan menjual ayam bakar di depan Universitas Sahid Tebet. Di hari pertama jualan, gerobak mas Mono ambruk hingga ayam yang dia jual berjatuhan. Hal tersebut dikarenakan, gerobak yang digunakan adalah gerobak gorengan, Tentunya gerobak tersebut lebih rapuh apalagi jika digunakan untuk berdagang ayam bakar yang harus membawa nasi yang banyak.

Selain gerobaknya yang ambruk, Mono pun harus bekerja lebih ekstra dengan bangun lebih awal dan tidur lebih larut. Untuk menyiapkan jualannya, Dia mulai usahanya dengan berjalan ke pasar jam tiga dini hari kemudian jam 4 subu sudah menyalakan kompor ketika kebanyakan orang masih tidur. Kemudian dia berjualan setia hari kecuali hari libur dari pagi hingga jam 2 siang. Karena saat itu masih pedagang kaki lima sehingga meski jualan belum habis namun jam sudah menunjukkan pukul dua siang dia harus menutup dagangan. Karena harus bergantian dengan pedagang kaki lima lainnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper