Bisnis.com, JAKARTA -- Pilot memang telah menjadi salah satu profesi yang cukup bergengsi dan banyak diimpikan oleh anak-anak. Begitu pula halnya Ronald Darmadi yang memang telah memiliki cita-cita dan passion di industri penerbangan.
Namun, siapa sangka pandemi yang terjadi sejak awal 2020 lalu telah membawa perubahan di dalam hidupnya. Pria yang berprofesi sebagai pilot di salah satu maskapai swasta ini ikut terdampak. Waktunya untuk terbang mulai berkurang sehingga dia banyak menghabiskan waktu di rumah selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Pada saat itu Ronald mencoba berinovasi membuat sesuatu yang positif, dia pun terpikir untuk membuka usaha. Setelah memikirkan bisnis apa yang cocok, dia lantas mencoba meracik bubur dengan menggunakan resep dari orang tua yang memang sudah sering dinikmatinya sedari kecil.
Setelah mendapatkan rasa dan racikan yang pas, Ronald bersama istri mulai untuk menjajakannya di pinggir jalan. Meski profesi utamanya memang pilot, tetapi dia tidak gengsi ketika harus berjualan bubur di pinggir jalan.
“Modal saya waktu itu Rp1 juta dipakai untuk jualan bubur. Kenapa bubur? Ya karena bubur itu makanan sehari-hari. Kami memulainya dengan jualan di pinggir jalan tapi karena lagi PSBB jadinya sepi pembeli karena orang jarang ke luar rumah,”kisahnya.
Namun kondisi itu tak lantas membuatnya berputus asa. Ronald pun memutar otak dan kemudian berpikir untuk mencoba berjualan secara online dengan mengandalkan layanan pesan antar ojek online seperti GoFood ataupun GrabFood yang memang tengah naik daun di masa pandemi.
Bubur ayam yang tadinya dijual di pinggir jalan kemudian ditutup dan dia mulai berjualan dari rumah dan benar-benar mengandalkan penjualan melalui online. Tak disangka ternyata bubur yang memiliki brand Bubur Boetjin ini disukai oleh konsumen.
Penjualan yang awalnya hanya sekitar 5 hingga 10 mangkok per hari saat ini bisa mencapai 50 mangkok per hari bahkan ketika ramai bisa tembus 200 mangkok dalam satu hari.
Bubur Boetjin ini memang berbeda dibandingkan dengan bubur ayam pada umumnya. Selain menggunakan resep warisan keluarga yang membuat buburnya lebih gurih meski tanpa mecin, bubur Boetjin juga menggunakan bahan premium yang memadukan antara resep tradisional dan modern.
Ada beberapa varian menu yang ditawarkan mulai dari bubur ayam spesial dan bubur sapi spesial yang dibuat dengan paduan topping ayam atau daging cincang, cakwe dan telur rebus. Ada pula bubur ayam dan bubur sapi crunchy yang diberi tambahan topping crunchy crispy ball, juga Indomie Negara Api.
Bagi yang ingin menambah topping, dia memberi beberapa pilihan seperti daging ayam dan daging sapi cincang, cakwe, crunchy, kerupuk, dan sambal.
Tidak hanya premium dari sisi rasa, Bubur Boetjin juga memiliki kemasan yang elegan dan kekinian yaitu menggunakan bowl yang juga akan memudahkan konsumen saat akan mengonsumsinya. Cocok pula dijadikan menu konsumsi dalam momen atau event tertentu.
Dengan kemasan yang lebih premium dan rasa yang lebih nikmat, Bubur Boetjin memang memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan bubur ayam pada umumnya yakni mulai Rp20 ribu. Namun, harga tersebut akan terbayarkan dengan rasa yang nikmat dan premium.
Untuk lebih meningkatkan branding usahanya, Ronald pun memaksimalkan media sosial mulai dari instagram hingga TikTok. Bahkan melalui kisah yang dia bagikan di TikTok tentang perjuangannya dari seorang pilot yang banting setir berbisnis bubur ayam, membuat Bubur Boetjin makin viral dan dikenal.
“Kalau untuk penjualan kami benar-benar mengandalkan ojek online dengan membuat promo atau paket-paket tertentu. Kalau media sosial itu arahnya lebih ke branding,” tuturnya.
Kemitraan
Dengan kesuksesan yang diraihnya tersebut, Ronald memberi kesempatan bagi masyarakat yang ingin memulai usaha dengan menawarkan sistem kemitraan. Dia lantas membuat SOP sehingga bubur yang dihasilkan oleh para mitra tetap memiliki rasa dan kualitas yang sama dengan pusat.
“Saat ini kami sudah memiliki tim yang menghandle paket kemitraan ini. Karena ini kemitraan, nggak ada royalti fee sehingga semua keuntungan untuk mitra,” ujarnya.
Saat awal membuka paket kemitraan dia menawarkan paket sekitar Rp2 juta hingga Rp3 juta karena adanya subsidi dari pusat. Saat ini paket kemitraan Bubur Boetjin sekitar Rp5 juta dan sudah mendapatkan lisensi penggunaan merek 1 tahun, SOP, resep, pelatihan, berbagai peralatan dan perlengkapan, serta bahan-bahan untuk 150 porsi. Termasuk didaftarkan ke GrabFood, GoFood, ShopeeFood, maupun Traveloka.
“Ada biaya deposito kemitraan Rp1 juta yang dibayarkan sekali di awal kemitraan untuk jaminan bahan baku dan kualitas bubur, kalau melanggar SOP atau melakukan kecurangan yang disengaja,” ujarnya.
Untuk menjadi mitra juga sangat mudah, tidak perlu menyewa tempat karena bisa dijalankan dari rumah. Selain itu harus mempunya HP android untuk aplikasi pesan antar dan kulkas 2 pintu. Serta berkomitmen mengikuti SOP serta menjaga kualitas.
Dengan modal awal Rp5 juta para mitra bisa mendapatkan omzet mulai Rp7 juta hingga Rp24 juta sebulan dengan keuntungan mulai Rp3 juta hingga Rp11 juta. Dengan demikian balik modalnya terbilang sangat cepat maksimal hanya 1,5 bulan.
“Saat ini kami sudah memiliki 60 cabang yang tersebar di berbagai kota di Indonesia,” ujarnya.
Modal awal kemitraan : Rp4,9 juta
Perhitungan usaha Rendah Sedang Tinggi
Rata-rata penjualan perhari (bowl) : 15 30 50
Rata-rata nominal transaksi per bowl : Rp16.000 Rp16.000 Rp16.000
Total penjualan sebulan : Rp7,2 juta Rp14,4 juta Rp24,4 juta
Harga pokok penjualan (modal 45%) : Rp3,24 juta Rp6,48 juta Rp10,8 juta
Keuntungan kotor : Rp3,96 juta Rp7,92 juta Rp13,2 juta
Biaya Operasional
Gas : Rp300ribu Rp450ribu RRp600ribu
Internet : Rp60ribu Rp60ribu Rp60ribu
Lain-lain : Rp500ribu Rp750ribu Rp1 juta
Totall biaya operasional : Rp860ribu Rp1,26 juta Rp1,66juta
Keuntungan bersih : Rp3,1 juta Rp6,6 juta Rp11,54 juta
BEP : 1,5 bulan 23 hari 13 hari