Bisnis.com, JAKARTA - Menurut International Finance Corporation, secara global, wanita sekarang memulai bisnis lebih cepat daripada pria. Lebih dari 250 juta pengusaha perempuan menggerakkan ekonomi, menciptakan lapangan kerja dan peluang pendapatan baru, mengurangi kemiskinan, dan meningkatkan kesetaraan di tempat yang paling membutuhkannya.
Meskipun ada kemajuan dalam beberapa tahun terakhir, banyak wanita masih menghadapi hambatan yang signifikan untuk memulai bisnis mereka sendiri. Ini termasuk kurangnya modal, waktu, dan keterampilan yang dibutuhkan. Industri yang meruntuhkan hambatan ini adalah penjualan langsung.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) juga menunjukkan, persentase perempuan yang bekerja di sektor informal, khususnya usaha kecil, mikro dan ultra mikro, sudah melebihi 50%, dan tentu saja memiliki peran signifikan dalam perekonomian dan sektor ketenagakerjaan.
World Federation of Direct Selling Dunia Associaations (WFDSA) melaporkan bahwa pada tahun 2020, 74,4% perwakilan penjualan langsung yang meroket bisnisya adalah wanita sebuah tren yang tidak mengejutkan mengingat sifat industrinya. Semakin banyak wanita di seluruh dunia yang membuat keputusan untuk mengubah penjualan langsung menjadi peluang kesuksesan pribadi di dunia modern sambil tetap menawarkan keseimbangan bagi wanita yang mencari karir yang memuaskan, tanpa mengorbankan nilai-nilai keluarga tradisional atau pertumbuhan pribadi.
Penjualan langsung adalah industri miliar yang telah menunjukkan pertumbuhan yang kuat di berbagai pasar, memungkinkan calon wirausahawan untuk membangun bisnis mereka sendiri melalui kerja sama dengan perusahaan penjualan langsung yang sah yang menjual segala sesuatu mulai dari barang-barang rumah tangga, peralatan kecantikan dan suplemen, hingga berbagai produk konsumen lainnya.
Dalam sejarah awal, pedagang menjual dan menukar barang kepada masyarakat tanpa perantara eceran. Kemudian, wiraniaga keliling menjelajah dari kota ke kota, menjual produk langsung ke konsumen yang tidak memiliki akses ke pasar kota besar. Pada pertengahan abad ke-20, model tersebut berkembang ketika penjual langsung, kebanyakan wanita, melibatkan jaringan teman dan tetangga mereka untuk mendemonstrasikan dan menjual produk.
Baca Juga
Malou T. Caluza, CEO QNET memuji wanita dengan keberhasilan model penjualan langsung. Dengan memberdayakan pengusaha wanita, penjualan langsung membangun ekonomi global yang lebih kuat untuk semua. Ketika perempuan diberdayakan secara ekonomi, mereka mendorong pertumbuhan, mengurangi ketimpangan pendapatan, dan berkontribusi untuk membangun ekonomi yang lebih inklusif dan kuat untuk semua orang.
“Keberhasilan direct selling hari ini adalah hasil kerja keras para wanita. Wanita semakin mengembangkan bisnis penjualan langsung dan mematahkan stereotip gender untuk membangun industri miliar yang kita kenal sekarang. Penjualan langsung tidak akan melihat kesuksesannya saat ini tanpa kerja keras dan semangat dari para wanita. Meskipun saya telah berkecimpung di industri ini selama lebih dari 20 tahun, itu tidak pernah berhenti menginspirasi saya ketika menyaksikan wanita dari semua lapisan masyarakat menunjukkan semangat, keuletan, dan dorongan dan muncul dengan perasaan berdaya ketika perjalanan kewirausahaan mereka membawa mereka sukses,” tegas Malou Caluza.
Penjualan langsung tidak memerlukan keahlian khusus untuk memulai. Namun banyak perusahaan penjualan langsung, memberikan pelatihan, pendampingan, dan pendidikan kepada perwakilan independen mereka yang mengembangkan keterampilan dan pengetahuan berharga yang dapat mereka terapkan pada bisnis dan semua aspek kehidupan mereka.
Meskipun penjualan langsung membutuhkan kerja keras dan komitmen, ini juga memberdayakan pengusaha wanita dengan menyediakan model bisnis berbiaya rendah yang menawarkan kemandirian, fleksibilitas, dan kesempatan untuk tumbuh dengan kecepatan mereka sendiri.
Sementara itu, Gramindo Berkah Mandiri, sebuah koperasi yang mengusung nama Gayatri yang berfokus pada pembiayaan usaha ultra mikro perempuan, mencatat sudah mendistribusikan dana investasi lebih dari Rp200 miliar dalam tiga tahun usianya.
Mereka juga mencatat, angka kredit macet nol persen.
Beberapa investor besar seperti Reliance Finance, Investree, dan beberapa bank perkreditan rakyat, telah menggandeng Gayatri untuk bersama-sama menyalurkan dana investasi untuk usaha ultra mikro yang jumlahnya tidak bisa dipandang enteng. Ada triliunan rupiah dana segar yang masih menganggur di pojok-pojok pasar modal, menunggu untuk didistribusikan ke masyarakat.
Setiap harinya ratusan Relationship Officer bergerak menemui nasabah dan calon-calon nasabah di pelosok kampung untuk menawarkan solusi finansial, dan pendampingan nasabah yang rata-rata perempuan.
Mulai dari membimbing mereka untuk melek digital, hingga advokasi untuk pengembangan usaha.
Untuk memudahkan pebisnis kecil perempuan, Gayatri pun telah menyiapkan sebuah ekosistem digital bagi nasabahnya dengan e-money linkaja, digital signature privyid, sistem pembukuan digital wargakoo, dan digital supply chain.
“Kita buat para nasabah ini aktif di jaringan antarnasabah di ekosistem. Dengan begitu, mereka bisa saling membantu,” kata Andi Sasongko, co-founder sekaligus COO Gayatri Microfinance.