Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Filosofi Bisnis Arif P. Rachmat Komisaris Baru ESSA, Menurun dari Sang Ayah

Arif Patrick Rachmat yang juga menjabat sebagai CEO PT Triputra Agro Persada Tbk. (TAPG) mengawali karirnya di General Electric (GE) Amerika Serikat, dan sempat menjadi manajer pabrik termuda GE di usia 26 tahun.
TP Rachmat dan Arif P. Rachmat/Istimewa
TP Rachmat dan Arif P. Rachmat/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Arif P. Rachmat, putra taipan bisnis TP Rachmat memiliki filosofi bisnis yang menurun dari sang ayah. Komisaris baru PT Surya Esa Perkasa Tbk. (ESSA) yang menggantikan Garibaldi “Boy” Thohir tersebut memegang teguh prinsip yang telah membawanya berkiprah membesarkan perusahaan sawit selama 12 tahun.

Arif Patrick Rachmat yang juga menjabat sebagai CEO PT Triputra Agro Persada Tbk. (TAPG) mengawali karirnya di General Electric (GE) Amerika Serikat, dan sempat menjadi manajer pabrik termuda GE di usia 26 tahun.

Dalam berbisnis, putra kedua TP Rachmat ini mengemban amanah sang ayah untuk menjadi pemimpin dan memberikan contoh yang baik. TP Rachmat mengajarkan kepadanya bahwa pemimpin itu punya dua tugas penting, yaitu memegang amanah dan menjadi panutan.

Nilai-nilai lainnya yang diajarkan oleh sang ayah yaitu “business first, family second”. Bisnis harus jadi nomor satu, karena di dalamnya ada puluhan ribu kepala yang menyandarkan hidupnya pada perusahaan atau bisnis yang digeluti.

Perusahaan dinilai memiliki peran, tanggung jawab dan tujuan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan keluarga sendiri.

“Yang beliau (TP Rachmat) lihat, banyak family business yang hancur karena terlalu mementingkan kepentingan keluarga. Sama, kalau saya terlalu mementingkan kepentingan sendiri dibandingkan kepentingan sesama, akhirnya saya juga rusak. Itulah filosofi kami,” ujar Arif kepada awak media.

Arif P. Rachmat banyak belajar strategi bisnis, khususnya bagaimana menilai risiko dan meningkatkan value bisnis saat banting setir mengambil program fast track untuk audit saat mengawali karirnya. Hal ini yang membuatnya mampu bermanuver mengatasi kesulitan ketika menjalani bisnis sawit.

Siapa sangka, TAPG pernah merugi sampai dengan Rp60 miliar. Namun, kendala tersebut tidak lantas menghalangi Arif P. Rachmat untuk belajar dari kesalahan dan menjadi lebih baik lagi.

“Begitu kita lihat ada suatu permasalahan, kita disodorkan dengan dua opsi, apakah kita akan complain, atau ingin menjadi bagian dari solusi. Kalau kita bukan bagian dari solusi, berarti kita jadi bagian dari problem,” papar Arif kepada Bisnis, (12/6/2017).

Lebih lanjut, pria kelahiran 1 Juli 1975 ini belajar dari mentor yang berkompeten di bidangnya. Beberapa nama yang menjadi mentor Arif P. Rachmat di antaranya Benny Subianto, Erida G. Djuhandi, dan Hadi Kasim. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper