Bisnis.com, JAKARTA - Es krim menjadi salah satu dessert paling populer, tidak hanya di dunia tetapi juga di Indonesia karena cita rasanya yang manis dengan tekstur lembut yang lumer di mulut. Namun, seringkali es krim yang beredar di pasaran memiliki jumlah kalori yang cukup tinggi.
Berangkat dari kondisi tersebut, Leonard Utomo kemudian memproduksi es krim dengan kandungan kalori 3 hingga 4 kali lebih rendah dibandingkan es krim pada umumnya, yang diperuntukan bagi masyarakat yang ingin memulai hidup sehat atau sedang menjalankan program diet tetapi tetap ingin menikmati segarnya es krim.
Brand es krim yang diberi nama Glatuk ini pertama kali hadir pada 2020 di kala pandemi sedang melanda. Saat itu banyak masyarakat yang mulai peduli dengan gaya hidup sehat dengan mengonsumsi makanan dan minuman yang sehat dan rendah kalori.
Sebelum resmi diluncurkan pada Agustus 2020, ide awal Glatuk sebetulnya sudah ada sejak 2019 akhir. Sejak itu, pria kelahiran 19 Desember 1996 ini mulai melakukan proses research and development hingga akhirnya menemukan komposisi rasa dan takaran yang pas.
“Saat pandemi itu, kami melihat ada potensi market karena saat itu orang peduli dengan kesehatan tetapi tetap ingin merasakan menu makanan yang enak, makanya kami menghadirkan Glatuk, es krim rendah kalori dengan berbagai cita rasa yang enak,” jelasnya.
Meski membawa branding sebagai es krim rendah kalori, tetapi Glatuk hadir dengan berbagai varian rasa yang menggugah selera.
Baca Juga
Setidaknya ada 9 varian rasa mulai dari Papua Vanilla Cereal, Bali Chocolate, Speculoos, Lemongrass, Arumanis Passion Fruit, Kopyor Coconut, Regal, Earl Grey, dan Mint Chocolate.
Bahkan baru-baru ini Glatuk baru saja menjalin kerjasama dengan salah satu brand teh untuk membuat es krim dengan cita rasa teh. Untuk range harganya sendiri berkisar di angka Rp30ribuan untuk satu cup.
Diakui olehnya saat itu memang cukup banyak bermunculan brand-brand yang mengklaim sebagai es krim rendah kalori, tetapi dia belum melihat ada satu yang muncul sebagai market leader. Karena itulah, Leo ingin agar Glatuk ini bisa menjadi market leader untuk es krim rendah kalori.
Dia pun memulai bisnisnya dengan modal yang terbilang relatif cukup besar hingga ratusan juta. Modal tersebut digunakan untuk membuat tempat produksi, membeli bahan baku, pengemasan, hingga proses pemasaran.
“Modal kami memang di skala ratusan juta karena kami yakin bahwa brand ini akan besar. Modal itu kami pakai untuk produksi, logistik yang besar, packaging, hingga biaya marketing,” jelasnya.
Untuk kemasannya sendiri, Glatuk ini menggunakan 100% bahan yang bisa didaur ulang sebagai konsistensinya sebagai brand ramah lingkungan.
Mereka menggunakan kertas sebagai wadah es krimnya dan sendoknya pun dari kayu bukan plastik. Tidak hanya itu, kemasannya juga dibuat menggunakan motif batik dan tenun yang dimodifikasi dengan sentuhan modern.
“Nama Glatuk sendiri berasal dari bahasa Jawa yang artinya menggeretakkan gigi karena kedinginan. Jadi konsepnya memang Indonesia banget, makanya untuk kemasan pun kami menggunakan motif tradisional, begitu pula bahan-bahan dasarnya menggunakan buah khas Indonesia seperti coklat dari Bali, vanilla dari Papua, mangga dan sereh dari beberapa kawasan di Jawa, dan lain sebagainya,” jelasnya.