Bisnis.com, JAKARTA - Yagi Natural merupakan UMKM lokal asal Aceh yang resmi terpilih menjadi pemasok suvenir untuk KTT G20 di Bali usai bersaing dengan 1.024 UMKM lainnya di seluruh Indonesia.
Adapun, hal yang membuat Yagi Natural terpilih dalam kurasi souvenir oleh Small and Medium Enterprises and Cooperatives (SMESCO), karena brand ini mengangkat kualitas bahan lokal organik dari Aceh dan Indonesia terbaik, yang bebas rasa khawatir, dan ramah lingkungan.
Lantas, seperti apa profil dan perjalanan bisnis lokal dari Aceh yang mengutamakan konsep sustainable yang ramah lingkungan ini? Berikut ulasan Bisnis selengkapnya.
Profil Bisnis Yagi Natural
Melansir dari situs Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Yagi Natural secara resmi berdiri pada tahun 2016.
Adapun, CEO dari UMKM ini adalah Farhaniza, seorang pebisnis rumahan yang mengawali misi menciptakan produk skincare yang aman untuk kesehatan para konsumennya.
Terbukti dari beberapa unggahan di Instagramnya, beberapa bahan lokal alami Indonesia digunakan oleh Yagi Natural, seperti Minyak Kelapa Organik dari pulau Simeleu Aceh, Illippe butter dari Sintang Kalimantan, Lemak Coklat, dan Tamanu dari Jawa, juga Kopi Aceh Gayo.
Baca Juga
Perkembangan Bisnis Yagi Natural
Sebelum bisa sesukses sekarang, melalui akun Instagram sang owner, Farhaniza menceritakan terkait perjalanan bisnis Yagi Natural hingga bisa menebus pasar nasional dan berpotensi memasuki pasar luar negeri.
Disebutkan bahwa bisnis ini berjalan nyaris tanpa modal. Di mana, saat itu Farhaniza terinspirasi dari produk cocoa butter yang sudah discontinue. Sehingga, dia pun berinisiatif memproduksi sendiri dengan 4 kilogram cocoa butter murni dan mencoba memasarkan ke orang terdekatnya.
Berkat formulasi yang tepat. Tercatat, produknya laris bahkan mampu menghasilkan pemasukan hingga Rp3 juta. Maka, dari hasil penjualan, dana tersebut diputar kembali menjadi modal bisnis.
Tentu, usahanya ini tidak langsung menuai kesuksesan. Di mana, tiap usaha yang baru awal merintis pasti akan mengalami trial and error, baik dari segi pemasaran ataupun pengembangan produk.
Farhaniza menjelaskan, di awal tahun Yagi Natural seringkali mengalami berbagai macam kerugian. Apalagi, mengingat dahulu bisnisnya belum memiliki sertifikasi Badan POM dan peredarannya pun masih dalam skala minor.
“Penjualan setiap bazaar naik turun, beberapa kali dapat sekitar 2 jutaan, seringkali 0 rupiah. Saat itu biaya operasional banyak subsidi dari dana hibah dan kantong sendiri. Kami para founder dimarahi habis-habisan sama tim kementerian, tapi ternyata mereka juga melihat progress baik Yagi, kita terpilih untuk ikut pelatihan bisnis di UK,” jelasnya.
Namun, berkat kejelian dan konsistensi Fahraniza dalam melakukan riset untuk terus mengembangkan produknya, membuat tahun 2017, Yagi Natural mendapatkan dana hibah lewat Program Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT) yang diselenggarakan oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI.
PPBT ini memang diberikan kepada pengusaha yang sudah menjalankan usahanya dan perlu mengembangan lebih lanjut seperti pelatihan, pengelolaan usaha, perizinan, branding, pemasaran dan lainnya.
Atas bantuan pemerintah inilah, Yagi Natural secara maksimal memanfaatkan kesempatan ini dengan mengambil semacam pendidikan singkat dan sertifikasi formulasi bahan natural sebagai panduan di Indonesia dan Inggris untuk bisa memberikan formulasi tepat, di mana kandungannya aman bagi para konsumen dengan tetap menyesuikan iklim tropis Indonesia.
Tak hanya itu saja. Yagi Natural pun kian memperkuat tim marketing dan menentukan langkah strategis dalam menyampaikan pesan atau informasi secara lebih menarik.
Melalui tempat produksinya di Merduati, Kecamatan Kutaraja, Banda Aceh, dirinya pun mulai mengembangkan produk skincare milik Yagi Natural sampai bisa diterima masyarakat. Hingga akhirnya, kini produknya tersebut sudah punya market paling besar di Jakarta, Bali, dan hampir seluruh gerai kosmetik wilayah Aceh.
Seiring produknya yang makin meluas, Yagi Natural kemudian membangun kantor pemasaran dan distribusi Yagi di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Tawarkan Peluang Kerja Sama Bisnis Guna Wujudkan SDGs
Sedikit berbeda dengan jenis skincare lainnya yang tidak semua memperhatikan dampak pada lingkungan yang berkelanjutan.
Yagi Natural sendiri melakukan diferensiasi produk dengan mempertegas konsepnya, yakni berupa dukungannya pada industri ramah lingkungan dan berkelanjutan. Sehingga, tak heran apabila UMKM ini membuka peluang kerja sama bersama banyak pihak yang peduli dengan kelestarian lingkungan.
Maka, untuk membantu terwujudnya SDGs, kerjasama bisnis yang telah dilakukan ialah bersama pihak konservas orangutan, di mana hasil penjualan Yagi Natural akan disumbangkan sebagian pada konservari tersebut.
Kedepannya, kerja sama yang diharapkan dalam industri ini, adalah dengan produsen yang terbiasa mengeksplor bahan-bahan lokal yang diketahui punya manfaat. Hal ini mengingat, meskipun bahan-bahan alami dalam suatu kawasan sangat menjanjikan, namun keterbatasan akses saat ini masih menjadi masalah.