Bisnis.com, JAKARTA - Polemik soal motor gede Harley Davidson kini kerap diidentikkan dengan kendaraan milik orang kaya hingga pejabat, lantaran kasus yang sebelumnya menyeret anak pejabat pajak melakukan aksi penganiayaan.
Apalagi, dengan mencuatnya kasus pamer kendaraan mewah yakni Harley Davidson Stree Glide yang dilakukan oleh Mario Dandy Satrio (MDS) disertai kasus pembubaran klub moge yang beranggotakan pegawai Dirjen Pajak oleh Sri Mulyani.
Alhasil, netizen pun menyoroti kendaraan mewah Harley Davidson yang jadi kesukaan banyak pria, di mana harganya kerap ditaksir mencapai miliaran rupiah.
Lantas, siapa sebenarnya pemilik dari Harley Davidson ini? Berikut ulasan Bisnis selengkapnya.
Pendiri Awal Harley-Davidson
Harley-Davidson memulai debutnya di seluruh Amerika pada tahun 1903, pada awal "Zaman Motor". Dua teman berkumpul dan menggabungkan sepeda dengan mesin bermodel baru.
Setelah menyusun rencana untuk mesin kecil yang dirancang agar sesuai dengan rangka sepeda biasa, William S. Harley bekerja dengan Arthur dan Walter Davidson untuk membuat "sepeda motor" ini. Mereka menyelesaikan model pertama pada tahun 1903.
Baca Juga
Jatuh bangun bisnis menjadi modal mereka untuk bisa memperbaiki produk. Seiring bertambahnya waktu, penjualan pun kian meningkat.
Sampai akhirnya, perusahaan Harley-Davidson secara resmi didirikan pada 1907. William A. Davidson pun memutuskan berhenti dari pekerjaannya sebagai mandor alat untuk rel kereta api Milwaukee (AS) Road untuk menyeriusi bisnis motornya.
Pada tahun 1912, Harley-Davidson memperkenalkan "Kursi Full-Floteing" yang dipatenkan, yang digantung oleh pegas koil di dalam tabung kursi, hal ini dilakukan untuk membedakan sepeda motor perusahaan dari persaingan.
Sayangnya, hasil kreasi mereka memiliki beberapa kelemahan, di mana sepeda motor tersebut tidak dapat bergerak dalam jalanan tanjakan. Dengan demikian, penjualan atas produknya tersebut gagal total.
Namun, bukannya merasa putus asa, justru kedua sahabat ini kian semangat dalam memperbaiki kesalahannya. Maka, dengan menggandeng Kakak Arthur yakni Henry Melk dan Walter Davidson, mereka pun mereparasi dan memulai pabrikan sepeda motor.
Sempat beberapa tahun berkembang dan punya pelanggan di beberapa negara, nyatanya kesuksesan Harley-Davidson tidak bertahan lama, di mana bisnis motornya mengalami pukulan telak karena adanya depresi hebat atau yang biasa dikenal dengan The Great Depression menyeret ekonomi dunia ke dalam keterpurukan
Jadi Kendaraan Perang Dunia II
Imbas dari depresi hebat, Harley-Davidson yang awlanya bisa mencapai penjualan hingga anga 21.000 pada 1929, harus turun drastis hingga hanya bisa menjual 3.703 pada 1933.
Melansir dari Zippia, hebatnya Harley-Davidson menjadi satu dari dua pabrikan sepeda Amerika yang selamat dari Depresi Hebat.
Harley-Davidson pun kembali memproduksi sepeda motor dalam jumlah besar untuk Angkatan Darat AS pada Perang Dunia II dan melanjutkan produksi sipil sesudahnya, memproduksi serangkaian sepeda motor V-twin besar yang sukses baik di arena pacuan kuda dan untuk pembeli pribadi.
Selain itu, Harley-Davidson juga mulai memperluas lini produksi, dengan memasarkan akseseori di luar sepeda motor, mulai dari pakaian hingga mainan dan dekorasi rumah, yang menjadi penguat akan citra brand-nya.
Siapa Pemilik Harley-Davidson Saat Ini?
Melansir dari Money Inc, Harley-Davidson saat ini adalah perusahaan publik, yang artinya memiliki keberadaan hukum yang terpisah dari pemiliknya, yang diakui sebagai pemilik karena memiliki saham perusahaan.
Meski menjadi perusahaan publik, nyatanya ada sejumlah pemilik yang menguasai cukup tinggi saham, di mana secara langsung maupun tidak langsung, mereka meskipun sebagian besar pemegang saham akan tetap terpisah dari menjalankan perusahaan sehari-hari yang sebenarnya.
Ada lima pemegang saham terbesar adalah Boston Partners Global Investors, Vanguard Group, BlackRock Fund Advisors, H Partners Management, dan Beutel , Goodman & Co.
CEO Harley-Davidson Sekarang
Saat ini, Harley-Davidson telah dipimpin oleh Jochen Zeitz sebagai Chief Executive Officer (CEO), untuk menggantikan Matthew Levatich yang mengundurkan diri menyusul keterpurukan penjualan Harley.
Jochen Zeitz dikenal memiliki potensi besar untuk mengubah keadaan Harley Davidson yang sedang terpuruk, seperti yang ia lakukan terhadap brand Puma yang hampir bangkrut pada era 1990-an.
Melansir dari Dezeen, transisi EV Harley-Davidson “perlu terjadi” untuk bisa terus terhubung dengan tren pasar.
Berkat keberadaannya yang bisa bertahan lebih dari seabad ini, menjadikan mereka memiliki konsumen yang loyal. Bentuk dan mesinnya yang besar juga menjadi daya tarik konsumen penyuka moge sampai akhirnya membuat pemilik motor Harley-Davidson melahirkan klub-klub di banyak wilayah, salah satunya Indonesia.