Bisnis.com, JAKARTA - Tren makanan sehat kian diburu di tahun 2023, meski pandemi mulai berkurang.
Hal ini karena selama pandemi membuat masyarakat makin memerhatikan asupan yang baik bagi tubuhnya.
Head of Strategic Marketing Nutrifood Susana menilai industri makanan sehat punya potensi yang besar, dan akan terus berkembang di Indonesia seiring dengan maraknya prinsip orang untuk mengurangi asupan GGL (Gula, Garam, Lemak) berlebih.
“Saat ini, masyarakat itu memang sudah mulai suka memilih produk yang rendah gula [less sugar] dan mereka juga memilih yang rasa plain atau yang rendah lemak [low fat],” ujarnya pada Bisnis dalam Media Workshop “Stop Rantai Obesitas Sedini Mungkin” pada Rabu (1/3/2023).
Baginya, usaha makanan sehat ini adalah suatu bisnis yang niche, dalam artian hanya bisa menyasar segelintir orang dengan kriteria tertentu. Karena itu, penting untuk melakukan riset terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk merintis bisnis makanan
Dengan melakukan riset, seorang pebisnis bisa mengetahui apakah ada permintaan makanan vegan di daerah tempat usaha, target pasar potensial, customer behaviour dan lain sebagainya.
Baca Juga
"Berdasarkan temuan saya pribadi, wilayah perkotaan memang jauh punya transaksi makanan sehat lebih tinggi dibanding pedesaan ya. Bukan berarti orang di pedesaan nggak sehat," paparnya.
Bagi Susan, meski kini konsumen cenderung memutuskan dengan lebih hati-hati tentang bagaimana mereka mencegah penyakit dan suasana hati dan perasaan melalui makanan yang mereka pilih.
Sayangnya, untuk saat ini mereka masih mengalami hambatan untuk bisa menjalani gaya hidup tersebut dalam jangka panjang, karena kesulitan mengetahui
“Nah PR kita sebagai pebisnis makanan sehat, yaitu penting untuk mencantumkan fact sheet, misal dengan memberikan informasi soal bagaimana kadar gulanya, seperti apa sumber proteinnya dan lain-lain,” ungkapnya.
Pengawas Farmasi Makanan Ahli Muda Meliza Suhartatik pun membenarkan untuk mengetahui asupan gula, garam, dan lemak dari pangan olahan kemasan, maka masyarakat harus tahu bagaimana nilai gizi sebuah panganan
“Dengan selalu cermat membaca label kemasan dan menjadikannya sebagai kebiasaan, maka masyarakat akan lebih cerdas untuk memilah zat gizi apa yang harus dipenuhi dan yang harus dibatasi agar terhindar dari berbagai penyakit, salah satunya obesitas,” ungkapnya.
Meski saat ini masyarakat kian teredukasi, namun hal tersebut tidak bisa menghilangkan kasus di Indonesia yang berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2018, satu dari lima anak berusia lima sampai 12 tahun, dan satu dari tujuh remaja berusia 13 sampai 18 tahun di Indonesia mengalami kelebihan berat badan atau obesitas hingga berisiko lebih tinggi untuk mengalami sindrom metabolik.
Sindrom metabolik merupakan gabungan gangguan kesehatan yang terjadi secara bersamaan dan bisa meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung koroner, serangan jantung, diabetes tipe 2, dan stroke.