Bisnis.com, JAKARTA - Bisnis Menantea yang dipopulerkan Jerome Polin dituding melakukan scam alias penipuan pada mitranya.
Pasalnya, banyak mitra mengaku tak kunjung mendapat laba bahkan pernah menjual kurang dari 10 minuman dalam satu hari.
Padahal biaya franchise yang dikeluarkan tidaklah sedikit, untuk nilai investasi awal membuka satu outlet seorang calon mitra harus merogok kocek Rp125 juta. Lalu, jika ingin menambah mesin dan peralatan maka akan dikenakan tambahan biaya sebesar Rp50 juta.
Kasus ini semakin membesar kala beberapa mitra franchise Menantea memutuskan untuk membentuk kelompok aksi lewat akun Twitter @MenanteaHarapan.
Salah satu founder Menantea Jehian Panangian menyatakan sudah berdiskusi untuk mencapai titik temu terhadap bisnis tersebut.
Meski demikian, kasus ini tetap menjadi perhatian publik dan menimbulkan pertanyaan mengenai tanggung jawab perusahaan dalam menjaga kepercayaan mitra franchise-nya.
Baca Juga
Masih bingung tentang kontroversi dari bisnis Menantea? Berikut sederet fakta utama yang Bisnis himpun dari berbagai sumber.
1. Pendirinya Bukan Jerome Polin
Melansir dari situs https://pdki-indonesia.dgip.go.id/ ternyata, tidak ada nama Jerome Polin di balik pendaftaran merek ini.
Sebaliknya, sosok orang di balik pendaftaran merek Menantea ini menggunakan beberapa kondang seperti Hendy Setiono (founder Baba Rafi), Jehian Panangian Sijabat (kakak dari Jerome), Marlen Gracia Fransiska, dan Sylvia (founder KopiSoe). Sementara konsultan dari merek dagang ini adalah Benny Muliawan S,E.,M.H.
Berdasarkan Bisnis, Senior Franchise Consultant dari FT Consulting – Indonesia Utomo Njoto juga menyebut jika konsultan F&B Bisma Adi Putra yang disebut ikut membidani kelahiran merek ini.
2. Belum Memenuhi Syarat Membuka Franchise
Seperti diketahui, toko pertama Menantea resmi dibuka tanggal 10 April 2021. Namun hanya 11 hari berselang alias pada tanggal 21 Agustus 2021, mereka dikabarkan telah menawarkan franchise/waralaba.
Padahal, ini adalah suatu yang tidak wajar. Lantaran, suatu bisnis bisa ditawarkan sebagai franchise harus memiliki STPW (Surat Tanda Pendaftaran Waralaba) yang salah satu syaratnya adalah telah memiliki pengalaman sekitar lima tahun.
3. Biaya Franchise Mulai dari Rp125 Juta
Untuk nilai investasi, dalam tipe standar nilai yang perlu Anda siapkan adalah sebesar Rp125 juta. Nilai investasi ini belum termasuk dengan mesin dan peralatan.
Selain itu, seorang mitra juga akan mendapatkan promo free bahan baku senilai Rp10 juta jika mendaftar pada periode tertentu. Kemudian, jika calon mitra tertarik untuk tipe auto pilot, maka individu perlu menyiapkan biaya sebesar Rp175 juta yang sudah termasuk mesin dan peralatan.
Melansir dari situs resminya, Menantea menawarkan produk dan konsep yang unik, menggunakan pilihan daun teh yang beragam. Mrreka mengklaim di dalam operasional, Menantea menerapkan low stock alert system yakni notifikasi ke manager / PIC toko disaat toko menipis.
Menantea juga mengawasi quality control dengan teknologi, memesan bahan baku dengan aplikasi yang terintegrasi, dan mendapat modul laporan operasional, finansial, inventory dan lain-lainnya. Pelatihan online juga dilakukan secara rutin.
4. Manajemen Klaim Omzet Mitra Tembus Rp35 Juta
Melansir dari situs resminya, franchise Menantea terpantau menjual sahamnya dengan target Rp2,9 miliar di situs Bizhare.id. Hingga kini, sudah ada 2503 orang yang membeli saham tersebut dengan keuntungan yang bisa dihasilkan investor dengan angka Rp730 juta hingga Rp900 juta per tahun.
Apabila berhasil, maka waktu balik modal bisnis ini hanya memerlukan sekitar 38 hingga 27 bulan. Namun fakta di lapangan berbeda, beberapa mitra bahkan hanya berhasil menjual lima hingga 10 cup Menantea saja dalam sehari.
Mengutip Menantea, disebutkan jika perhitungan rata-rata omzet per bulan bisa mencapai sekitar Rp35 juta hingga Rp49 juta perbulan. Bahkan, proyeksi balik modal untuk tipe standar bisa lebih cepat yakni sekitar 5 bulan hingga 10 bulan sedangkan autopilot mulai 10 bulan hingga 20 bulan.
5. Harga yang Cenderung Mahal
Warganet pun turut mengomentari, untuk harga yang dibanderol cenderung mahal dan tidak sesuai dengan target pasar yang manajemen bidik.
Publik menilai, banyak anak muda belum bisa berpenghasilan sendiri, sehingga hal tersebut yang membuat minuman rasa teh buah ini sepi peminat.
"Menantea emang kemahalan, kalau ada yang bilang gini pasti katanya 'emang pasarnya bukan anda', tapi setidaknya kalo mahal tapi rasanya tuh enak atau ada nilai lebihnya lah," ucap salah satu netizen.
"Teh doang 20 ribu, rasa b aja dan kualitas b aja," tulis yang lain.
6. Belum Ada Tindakan Lanjutan
Sejumlah mitra mengatakan, pihaknya kesulitan balik modal karena penjualan yang sepi.
Meski, salah satu founder Menantea Jehian Panangian Sijabat telah memberikan melalui Twitternya pada Kamis (23/3/2023) soal pihaknya yang telah berdiskusi dengan lebih dari 10 perwakilan mitra untuk mencapai titik temu terhadap bisnis tersebut.
Sayangnya, banyak yang mengungkapkan tak banyak bantuan yang diberikan oleh manajemen.