Bisnis.com, JAKARTA - Fahmi Hendrawan bukanlah sosok yang memiliki latar belakang di bidang fashion, namun dia memiliki tekad yang kuat untuk memperkenalkan fesyen muslim pria yang berbeda dengan apa yang sudah ada di pasaran.
“Saya mulai bisnis ini dari 2015. Jatuh bangun itu ada,” katanya dalam Media Briefing Tokopedia, Senin (3/4/2023).
Sebelum sesukses sekarang, sepi pesanan memang menjadi masalah yang sempat dirinya hadapi di awal tahun bisnisnya berjalan.
“Tantangan fesyen muslim pria di Indonesia adalah menciptakan gaya yang trendi. Terus kalau kalangan laki-laki juga enggak mau ribet kan ya. Pada saat yang sama, perlu juga mempertimbangkan desain yang menarik,” katanya.
Saat itu, dengan segala riset pasar yang dia lakukan secara mandiri, akhirnya dia pun terpikir untuk meraup untung dengan membuat baju koko yang bisa dipakai dalam banyak kesempatan, tidak hanya pada acara tertentu saja.
“Berangkat dari ide tersebut, saya pun ingin menciptakan produk koko yang tidak dipakai saat lebaran saja. Tapi juga bisa buat kerja kantoran atau untuk bersantai,” jelas lulusan sarjana komunikasi IPB ini.
Baca Juga
Dari sana, dia melihat peluang bisnis yang belum banyak dioptimalkan di fesyen muslim, yaitu pola batik. Sayangnya, Fahmi menangkap suatu gap, di mana hanya beberapa wilayah saja yang terkenal sebagai produsen batik.
Pemuda asli Garut ini lantas menelusuri beragam potensi lokal yang ada, hingga dia bertemu di satu titik, di mana sejauh ini masyarakat luar kota cenderung lebih mengenal Garut sebagai sentra dodol. Padahal, batik Garut sendiri memiliki keindahan yang tidak kalah dengan batik dari daerah lainnya.
“Saya bersama pengrajin batik Garut ingin memperkenalkan batik Garut dan Tasikmalaya ke pasar yang lebih luas lagi,” katanya.
Untuk mencapai misi tersebut, Fahmi pun mulai memberdayakan pengrajin batik di kampung Garut. Dia pun membantu para pengrajin batik untuk memperbaiki kualitas produksi batik mereka dan memasarkannya ke seluruh Indonesia dan sejumlah negara.
Berbekal konsistensi dan passion dalam menjalankan usahanya. Dalam waktu singkat, kampung Garut yang sebelumnya terlihat sepi dan kurang dikenal, mulai dikenal luas sebagai sentra produksi baju batik koko yang berkualitas.
Kini hampir 40 persen penjualan Fatih Indonesia berasal dari penjualan online.
Fahmi yang di masa lampau pernah magang menjadi tukang jahit telah berhasil memberdayakan sekitar 30 karyawan–termasuk penjahit batik artisan di Garut, Tasikmalaya, Solo dan Bengkulu–lewat bisnis yang dirinya bangun.
“Sejauh ini pengiriman paling jauh ke Papua. Di sana, kita punya loyal customer, sehingga kita ada agen. Kalau untuk luar negeri, kita udah ke Rusia, terus beberapa negara Asia dan Australia.
Dia yakin dengan kerja keras dan semangat yang tinggi, dia bisa membawa brand-nya menjadi brand yang dikenal secara luas dan dapat menjadi pionir dalam perkembangan fashion muslim pria di Indonesia.
“Nama Fatih Indonesia diambil dari surat Al-Fatihah yang berarti pembuka. Saya berharap bisnis ini bisa menjadi pembuka rezeki saya dan karyawan sekaligus pembuka identitas Indonesia di kancah fesyen global,” ujar Fahmi.