Bisnis.com, JAKARTA - Halim Rusli, CEO PT Integra Indocabinet (WOOD), telah memainkan peran penting dalam kesuksesan produsen manufaktur kayu asal Jawa Timur ke pasar global.
Sebesar 90 persen ekspor Integra ditujukan ke pasar Amerika Serikat (AS), sisanya ke Inggris dan sejumlah negara lain.
Namun sebelum meraih kesuksesan, perjalanan yang panjang dan penuh tantangan nyatanya dialami Halim.
Dia bercerita, masa kecilnya dihabiskan di Surabaya. Kedua orang tuanya yang sibuk pun membuat Halim terpaksa diasramakan di Batu, Malang.
Sang Ibu yang berprofesi sebagai pengusaha dan Ayahnya seorang banker, menjadikan anak ketiga dari enam bersaudara itu tak cukup punya banyak waktu untuk bermain atau dimanjakan orang tuanya semasa kecil.
“Sebenarnya saya iri dengan orang tua lain yang memanjakan anaknya ya, karena sejak kecil dan bertahun-tahun saya langsung dilepas gitu,” ujarnya dikutip dari kanal Youtube Hermanto Tanoko, Selasa (2/4/2023).
Baca Juga
Halim Rusli meninggalkan Indonesia pada usia muda untuk melanjutkan pendidikan SD kelas lima di Singapura selama 3,5 tahun.
Setelah menyelesaikan masa pendidikan di Singapura, Halim kembali ke Indonesia untuk melanjutkan pendidikan SMA. Tidak berhenti di situ saja. setelah menyelesaikan SMA, Halim pun memilih pergi ke Amerika untuk melanjutkan studinya di bidang Business Administration di California, Amerika Serikat.
Bekerja di Perusahaan Plastik
Setelah menyelesaikan pendidikan S1-nya, Halim pulang ke Indonesia pada 1986. Mirisnya, saat dia kembali ke Indonesia, kala itu bisnis keluarganya sedang tidak berjalan baik.
Halim kemudian memilih untuk bekerja bersama sang paman di pabrik plastik selama tiga tahun.
“Di sana saya ditempatkan di marketing ya. Terus, saya berpikir dan punya keinginan untuk mandiri dan tidak ingin bergantung pada paman terus. Nah, dari sana saya uulai memutuskan merintis usaha sendiri pada 1989,” katanya.
Saat itu, dia melihat sebuah pabrik di Surabaya yang memproduksi ribuan rak cabinet. Meskipun tidak memiliki pengalaman di bidang mebel, Halim merasa tertarik untuk membangun bisnis yang serupa.
Dengan keterbatasan yang ada, Halim yang saat itu baru berusia 27 tahun memutuskan untuk membangun bisnis mebel dan berinvestasi dalam mesin produksi furnitur sederhana.
“Saya awalnya enggak ngerti sama sekali, tapi ya belajar, pelan-pelan,” ungkapnya.
Pabriknya Mengalami Kebakaran
Pada tahun pertama, Halim mengalami perjalanan yang penuh tantangan dalam mengembangkan PT Integra Indocabinet. Lantaran, dirinya lebih berfokus dalam memenuhi kebutuhan pasar luar negeri dibanding domestik.
Dirinya menagtakan harus door to door mencari pasar dan berkeliling, mulai dari Australia, Brisbane, hingga Belanda.
Selama tiga tahun, dia menjual dengan gigih, mencari peluang untuk memperluas jangkauan bisnisnya. Akhirnya, dia mendapatkan kepercayaan dari buyer dan mendapat kesempatan untuk menunjukkan kualitas produknya.
Tahun 1992, kesempatan datang dan Halim Rusli mendapatkan proyek dari IKEA dan mulai memproduksi rak CD kayu. Bisnisnya pun semakin berkembang.
Sayangnya, kemalangan terjadi pada 1994, di mana pabriknya yang berlokasi di Sidoarjo terbakar.
“Saat itu mikirnya pasti sudah bangkrut. Kakak-kakak dan saya semua sedih, hasil jerih payah hilang,” katanya.
Namun, berkat kepercayaan dari klien, dalam keadaan sulitpun, dia mendapatkan dukungan dari para supplier dan mendapat emergency loan bank
Dengan segera, dirinya mulai memperbaiki bisnis dari awal dan akhirnya berhasil mengembangkan PT. Integra Indocabinet menjadi salah satu perusahaan furniture terkemuka di Indonesia.
Dalam perjalanan bisnisnya, Halim terus berupaya meningkatkan kualitas dan desain produk, yang membuat PT Integra Indocabinet terus mendapatkan pengakuan global sebagai salah satu perusahaan manufaktur furnitur terkemuka.