Bisnis.com, JAKARTA - Chrisanti Indiana merupakan Co-Founder sekaligus Chief Marketing Officer (CMO) dari Social Bella.
Dirinya masuk ke dalam jajaran "Top 100 Women-Powered, High-Growth Businesses in Asia Pacific" yang dirilis oleh J.P. Morgan Private Bank dan Ernst and Young (EY).
Sebagai salah satu pendiri Social Bella, Chrisanti Indiana telah memimpin Social Bella untuk menjadi salah satu bisnis dengan pertumbuhan tinggi di Asia Pasifik.
Perannya sebagai CMO juga menunjukkan kemampuannya dalam mengarahkan strategi pemasaran perusahaan dan membangun merek yang kuat hingga memberikan kontribusi yang signifikan.
Menggabungkan latar belakang pendidikan desain dan komunikasi dengan keahlian keuangan dan IT dari dua rekannya, John Rasjid dan Christopher Madiam menjadi pintu pembuka untuk membangun startup e-commerce yang fokus pada kecantikan.
Social Bella sendiri adalah perusahaan yang mengoperasikan Sociolla, platform ritel omnichannel produk kecantikan dan perawatan pribadi terkemuka di Indonesia dan memiliki pertumbuhan yang pesat dalam e-commerce di seluruh Asia Tenggara.
Baca Juga
Awal Mula Dirikan Sociolla
Motivasi Chrisanti dalam mendirikan Social Bella adalah masalah pribadi yang dia alami. Dia menceritakan pada 2014, saat tinggal di Australia dan bekerja di perusahaan branding, Chrisanti dengan mudah dapat membeli produk kecantikan dan perawatan pribadi yang aman dan asli melalui platform online dan offline di sana.
Namun, ketika kembali ke Indonesia, dia menemukan tantangan untuk melakukan hal yang sama karena rendahnya kesadaran tentang produk kecantikan yang otentik dan aman di Indonesia.
“Saya bilang ke dua rekan saya, John Rasjid dan Christopher Madiam bahwa meski permintaan produk kecantikan dan perawatan pribadi di Indonesia tiinggi. Namun, hal ini tidak diimbangi dengan pasokan produk yang otentik dan platform yang terpercaya,” ungkapnya.
Keresahannya pun membawa dia pada keyakian, di mana tantangan tersebut, dapat diatasi.
Bagi mereka, dengan melihat potensi dalam perkembangan e-commerce dan penetrasi digital yang sedang berkembang pesat di Indonesia, mereka memiliki kesempatan dalam mengisi kekosongan pasar dengan menyediakan produk kecantikan yang otentik dan membangun platform yang dipercaya oleh konsumen.
Memiliki usaha yang besar dan sukses tentu menjadi impian semua orang. Namun kenyataannya, membangun bisnis bukanlah perkara yang mudah, terutama pada seseorang yang baru memulainya dari nol.
Bahkan, meski mengalami pertumbuhan pesat, Chrisanti mengungkapkan sejumlah tantangan di alami selama selama empat tahun terakhir, termasuk menghadapi dampak pandemi Covid-19.
Meski dirinya tidak menyebutkan secara gamblang soal sejumlah kendala yang dia hadapi. Namun, pascapandemi, dia merasa ada sisi positif yang bisa dirinya ambil.
“Ada dua tren yang mendukung bisnis selama pandemi. Pertama, penetrasi digital meningkat karena pembatasan mobilitas masyarakat, dan kedua, pengeluaran secara keseluruhan untuk produk kecantikan meningkat,” ungkapnya.
Bahkan, menurut Chrisanti kehadiran offline Social Bella tumbuh 30 kali lipat dibandingkan dengan level sebelum pandemi, dengan 50 toko omnichannel di 30 kota di Indonesia pada Februari 2023.
Mereka juga berhasil membuka 12 toko di 4 kota di Vietnam dan meluncurkan merek ibu dan bayi mereka sendiri, yaitu Lilla, platform e-commerce produk kecantikan dan perawatan tubuh yang dikhususkan untuk para ibu di Indonesia pada 2020.
Peran Wanita dalam Bisnis Digital
Dalam pandangannya, saat ini wanita makin mendapatkan kesempatan untuk mengambil posisi penting dan memajukan karir mereka di berbagai industri.
Dia membuktikan wanita dapat memainkan peran penting dalam industri teknologi yang secara tradisional didominasi oleh pria.
“Saya selalu kagum dan terinspirasi oleh para wanita di sekitar saya yang memiliki keberanian untuk mengambil risiko. Mereka percaya diri dengan kemampuan mereka dan sangat antusias dengan apa yang mereka lakukan,” ujar lulusan Design and Visual Communication di Billy Blue College of Design
Saat ini, startup bidang kecantikan ini memang terus membuktikan bahwa bisnisnya punya potensi besar di Indonesia.
Terbukti, Social Bella berhasil mengumpulkan US$58 juta dalam putaran pendanaan seri E dari sejumlah investor termasuk diantaranya Temasek, Jungle Ventures dan Pavillion Capital pada 2020.
Perusahaan ini mendapatkan tambahan Rp818 miliar atau setara US$57 juta dari L Catterton dan investor pendukung lainnya.