Bisnis.com, DENPASAR — Digitalisasi tidak hanya membantu UMKM di Bali menjadi inovatif dan lebih kreatif dalam hal pemasaran. Namun, sistem digital juga membantu membuka peluang baru di pasar domestik dan internasional.
Hal ini dialami oleh Made Roni, owner Made Tea yang berlokasi di Ubud, Kabupaten. Dengan memanfaatkan jalur digital, kini produknya banyak diminati pasar ritel dari sebelumnya dominan business to business (BtB). Meningkatnya minat pembeli segmen ritel seperti perorangan mendorong lahirnya produk usahanya lebih variatif.
“Untuk menarik pembeli ritel, kami membuat jenis produk yang lebih beragam dan memperkuat kehadirannya dengan sebuah website,” tuturnya kepada Bisnis, Jumat (26/5/2023).
Made Tea merupakan produsen botanical infusion tea yang menggunakan bahan dasar tanaman herbal dan bunga lokal. Produk mereka memiliki berbagai rasa seperti Blue Calming Tea, dan Cacao Husk Pandan Tea. Harga sebatang Made Tea berkisar antara Rp10.000 hingga Rp85.000.
Usaha ini sudah dirintis Made Roni sejak 2015. sebelum pandemi Covid-19, dia bercerita menjual sebagian besar produk Made Tea lokal dan di luar negeri. Sayangnya, permintaan turun secara drastis selama pandemi karena toko dan supermarket di Indonesia dan luar negeri tidak beroperasi.
Situasi ini mendorong Made Roni, pemilik Made Tea, untuk beralih ke segmen ritel dengan memanfaatkan jalur digital, terutama melalui perdagangan elektronik.
Meskipun awalnya tidak begitu paham tentang digitalisasi, Roni berusaha belajar melalui berbagai saluran seperti YouTube, dan dengan bertanya kepada generasi milenial. Dia juga merekrut seorang tenaga khusus untuk menangani konten media sosial demi memperkuat penetrasi di dunia digital. Keputusan itu membuahkan hasil berupa meningkatnya penjualan secara digital.
Melihat hasil tersebut, tahun ini Made berani menargetkan penjualan daring (online) akan memberikan kontribusi hingga 30 persen dari total pendapatan. Meskipun belum mencapai target tersebut, dia yakin bahwa digitalisasi merupakan keharusan di era saat ini.
Meskipun menggunakan jalur distribusi digital memiliki tantangan tersendiri, Roni tetap berupaya untuk menghadapinya. Dia merasa bersyukur karena ada banyak saluran untuk belajar tentang digitalisasi, termasuk pelatihan yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan BUMN.
Keikutsertaannya sebagai finalis UMKM EXPO (RT) Brilianpeneur 2022 yang diadakan oleh BRI di KTT G20 di Nusa Dua juga membantu promosi gratis kepada masyarakat di seluruh Indonesia.
“Digitalisasi telah memungkinkan Made Tea untuk mendekati konsumen tanpa perlu datang langsung ke lokasi produksi. Konsumen sekarang dapat membeli produk secara online baik melalui market place and website kami sendiri,” ungkapnya.
Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengatakan pihaknya mengerahkan berbagai upaya untuk menjadikan UMKM sebagai inti bisnis agar semakin tangguh dan solid. Di antaranya, mencanangkan peningkatan kapabilitas pemberdayaan (empowerment) secara konsisten dan berkesinambungan terhadap para pelaku UMKM.
“Tentunya, kalau kami mau terus mengangkat UMKM ini betul-betul jadi kontributor perekonomian kita, maka kita harus membangun kapabilitas di sektor tersebut. Kapabilitas empowerment, pemberdayaan,” ujarnya dikutip dari keterangan tertulis.