Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jack Dorsey, Miliarder Teknologi Pendahulu Elon Musk, Si Pendiri Twitter

Mengenal Jack Dorsey, pendiri awal Twitter, aplikasi perpesanan yang kini dibeli Elon Musk
CEO Twitter Jack Dorsey. /Bloomberg
CEO Twitter Jack Dorsey. /Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Di tengah ramainya respon negatif atas kebijakan kontroversi yang dilakukan Elon Musk. Muncul salah satu nama, Jack Dorsey yang terus teguh membela orang nomor satu di dunia itu. 

Melalui akun Twitternya, Dorsey mengungkapkan mengelola Twitter memang merupakan tugas yang sulit.

Sebelumnya, Elon Musk  yang telah membeli Twitter senilai US$44 miliar itu memang kerap menerapkan kebijakan baru yang penuh kontroversi. 

Mulai dari melonggarkan kebijakan moderasi konten yang menyebabkan tantangan teknis bagi pengguna dan pengiklan hingga pembatasan jumlah postingan atau tweet yang bisa dibaca pengguna Twitter pada Sabtu (1/7/2023).

Lantas, siapa Jack Dorsey, seorang miliarder yang memiliki harga US$4,3 miliar atau setara dengan Rp65,1 triliun?

Jack Dorsey merupakan pendiri Twitter. Dia lahir pada 1976 di St. Louis, Missouri. 

Ayahnya bekerja mengembangkan spektrometer. Dorsey mulai mengembangkan minat dalam perangkat lunak sejak usia muda.

Ketika berusia 14 tahun, Dorsey mulai tertarik pada perangkat lunak yang dapat mengirim taksi. Minat ini mempengaruhi jalur karirnya di masa depan.

Dorsey masuk Universitas Missouri-Rolla pada usia 19 tahun dan kemudian pindah ke Universitas New York. Namun, dia tidak menyelesaikan gelar sarjana dan keluar sebelum lulus.

Setelah meninggalkan universitas, Dorsey pindah ke California dan mendirikan perusahaannya sendiri yang berfokus pada pengiriman taksi, kurir, dan kendaraan layanan darurat melalui internet.

Mengawali Karier Sebagai Programmer

Dorsey kemudian bekerja sebagai programmer untuk sebuah perusahaan pengiriman pada 2000. 

Selama bekerja di sana, dia memiliki ide untuk membuat layanan perpesanan. 

Dia mendekati perusahaan podcasting bernama Odeo dan bergabung dengan tim yang terdiri dari Christopher 'Biz' Stone, Evan Williams, dan Noah Glass.

Perjalanan Mendirikan Twitter

Dorsey dan Biz Stone bekerja sama untuk mengembangkan ide layanan perpesanan tersebut. 

Mereka memutuskan untuk menciptakan layanan berbasis teks yang memungkinkan pengguna membagikan pembaruan status pendek. Dalam waktu dua minggu, mereka menciptakan prototipe Twitter.

Pada Maret 2006, Dorsey secara resmi meluncurkan Twitter dengan nama aslinya, "Twittr." Dorsey menjadi CEO perusahaan tersebut.

Seiring perkembangan Twitter, Dorsey berkontribusi pada pengembangan produk dan strategi perusahaan. Namun, pada 2008, dia dipecat dari posisinya sebagai CEO Twitter karena ketidakcocokan dengan tim manajemen.

Setelah meninggalkan Twitter, Dorsey terlibat dalam beberapa proyek teknologi lainnya. Dia mendirikan perusahaan pembayaran mobile Square pada 2009, yang sukses besar. 

Dorsey juga kembali ke Twitter sebagai Ketua Dewan Direksi pada 2015 dan kembali menjadi CEO perusahaan pada 2015.

Pengambilalihan Twitter oleh Elon Musk

Elon Musk, pendiri Tesla dan SpaceX, telah mengambil alih Twitter setelah serangkaian peristiwa dan hubungan yang terjadi antara Jack Dorsey, pendiri Twitter, dan Musk. 

Pada 2020, ketika investor Twitter Elliott Management mencoba menggantikan Dorsey sebagai CEO, Musk nyatanya memberikan dukungan pada diriny melalui cuitan di Twitter.

Dorsey juga menyatakan Musk adalah salah satu pengguna Twitter favoritnya.

Keduanya juga memiliki minat yang sama terhadap cryptocurrency, terutama Bitcoin. 

Pada awal 2022, Musk mulai membeli saham di Twitter dan pada bulan April, dia menjadi pemegang saham terbesar dengan 9,1 persen. 

Musk kemudian membuat tawaran untuk membeli seluruh perusahaan seharga $44 miliar, sayangnya momen ini bertepatan dengan mundurnya Jack, lantaran berdasarkan rapat pemegang saham,  jabatannya berakhir pada 2022.

Mendirikan Bluesky Social

Pada tahun-tahun terakhir, Dorsey meninggalkan jabatan CEO Twitter dan meluncurkan Bluesky Social, sebuah platform yang dia sebut sebagai alternatif "terdesentralisasi" yang mirip dengan Twitter. 

Kala itu, Dorsey melihat pertumbuhan yang pesat dari Twitter. Sampai akhirnya, Bluesky baru diluncurkan dalam versi beta pada akhir 2022. 

Meskipun Dorsey fokus pada pengembangan Bluesky, dia masih mempertahankan 2,4 persen saham di Twitter. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Arlina Laras
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper