Bisnis.com, JAKARTA - Tentara bayaran Wagner Group menjadi sorotan dunia setelah melakukan kudeta terhadap pemerintahan Rusia.
Bos Wagner, Yevgeny Prigozhin sendiri diklaim menerima bayaran fantastis untuk membelot dari kuasa Vladimir Putin.
Namun hal ini seakan berbalik arah, di mana Presiden Rusia, Vladimir Putin dikabarkan telah mengambil alih kerajaan bisnis bos Wagner Yevgeny Prigozhin di St Petersburg.
Salah satunya, Patriot yang merupakan media yang memegang jantung kerajaan informasi Prigozhin yang selama bertahun-tahun mempromosikan panglima perang di dalam negeri.
Terlepas dari itu, melansir dari Forbes, Grup Wagner memang memanfaatkan situasi ketidakstabilan tersebut untuk menawarkan layanan mereka kepada negara-negara yang tidak memiliki kekuatan militer yang memadai.
Layanan keamanan ini umumnya melibatkan partisipasi Wagner Group dalam konflik atau membantu menjaga keamanan infrastruktur dan aset pemerintah.
Baca Juga
Perusahaan ini dilaporkan menghasilkan US$250 juta atau Rp3,7 triliun dalam empat tahun sebelum adanya invasi Rusia ke Ukraina.
Lantas, dari mana saja sumber kekayaannya yang dirinya keruk selama bertahun-tahun? Berikut ulasan Bisnis selengkapnya.
1. Minyak dan gas di Suriah
Grup Wagner dilaporkan telah membantu Presiden Bashar al-Assad, sekutu Rusia di Suriah, dalam pertempuran melawan kelompok pemberontak dan Negara Islam (ISIS).
Kelompok tersebut telah terlibat dalam operasi militer untuk mendukung rezim Assad dalam menghadapi pemberontak dan memerangi ISIS di Suriah.
Selain itu, ada laporan perusahaan minyak yang terhubung dengan Yevgeny Prigozhin, seperti Evro Polis yang menawari Wagner potongan 25 persen dari setiap pendapatan ladang minyak dan gas yang dibebaskan dari cengkeraman ISIS.
Menurut Financial Times, Evro Polis menghasilkan US$134 juta dalam penjualan kotor dan laba sebesar US$90 juta atau Rp1,3 triliun pada 2020 sebagai hasil dari merebut kembali ladang minyak dari ISIS selama Perang Saudara Suriah.
2. Tambang emas di Republik Afrika Tengah
Sementara itu, di Republik Afrika Tengah, kelompok tentara bayaran Wagner dilaporkan telah menyediakan pasukan untuk mendukung pemerintah dan mencegah upaya kudeta terhadap pemimpin otoriter negara tersebut.
Sebagai imbalannya, perusahaan yang terkait dengan Wagner Group dikabarkan mempertahankan kendali yang signifikan atas pertambangan emas dan berlian di negara tersebut, serta hak kehutanan.
Perkiraan mengenai pendapatan yang dihasilkan dari kegiatan tersebut bervariasi.
Sebuah telegram diplomatik yang diperoleh oleh Politico pada awal 2023 menunjukkan keuntungan dari sektor pertambangan yang terkait dengan Wagner dapat mencapai hampir US$1 miliar atau Rp15,1 triliun
Selain itu, CBS memperkirakan bisnis kehutanan yang terafiliasi dengan Wagner menghasilkan pendapatan hampir US$1 miliar, sementara satu tambang emas dapat menghasilkan hingga US$2,7 miliar atau Rp40,9 triliun.
3. Tambang emas di Sudan
Bos Wagner juga diduga terlibat dalam upaya untuk menguasai hak penambangan emas di Sudan melalui perusahaan yang diduga dia kendalikan, yaitu M Invest.
Menurut Organized Crime and Corruption Reporting Project, pada masa pemerintahan mantan diktator Omar al-Bashir, pemerintah Sudan melepaskan haknya untuk memiliki 30 persen dari anak perusahaan M Invest.
Meskipun al-Bashir tidak lagi berkuasa, anak perusahaan M Invest yang terkait dengan Prigozhin dilaporkan masih menjalankan pabrik pemrosesan emas di Sudan, seperti yang dilaporkan oleh New York Times.
4. Bisnis katering di Rusia
Yevgeny Prigozhin memulai kariernya di industri katering di negara asalnya, Rusia.
Menurut Current Time, sebuah outlet berita yang didukung oleh pemerintah Amerika Serikat, perusahaan-perusahaan yang dijalankan oleh Prigozhin diberikan setidaknya US$3 miliar atau Rp45,4 triliun dalam kontrak pemerintah Rusia antara 2011 hingga 2019 yang diklaim sebagai kontrak katering.
Namun, menurut laporan pemerintah Inggris, ada dugaan kontrak tersebut adalah kontrak yang dibesar-besarkan. Sayangnya, pernyataan ini belum terbukti.
Berawal dari Juru Masak
Bos Wagner, Yevgeny Prigozhin memulai karirnya di Rusia setelah diperkenalkan kepada Vladimir Putin pada 1990-an.
Sebagai mantan narapidana yang kemudian menjadi pemilik restoran, Prigozhin terkenal sebagai "koki Putin" karena bisnis kateringnya yang berhasil mendapatkan kontrak dengan pemerintah, yang membangun hubungan dekat dengan Putin.
Pada 2014, Prigozhin mendirikan perusahaan tentara bayaran bernama Grup Wagner, meskipun dia secara berulang kali membantah memiliki keterlibatan dengan grup tersebut hingga tahun lalu dan sering menyangkal hubungannya dengan bisnis pertambangan di Afrika.
Grup Wagner, yang terdiri dari lebih dari 25.000 tentara, dilaporkan membantu Moskow selama aneksasi Krimea pada tahun 2014 dan mencari kontrak dengan pemerintah di Afrika karena alasan komersial dan geopolitik.
Kelompok ini juga terlibat secara signifikan dalam invasi Rusia ke Ukraina, termasuk merekrut narapidana dari penjara Rusia untuk berperang.