Bisnis.com, JAKARTA - Pernahkah Anda menyadari atau mengalami resolusi tahun baru Anda kandas hingga tahun baru lainnya berganti?
Anda tidak sendirian. Karena menurut World Report, diperkirakan 80% orang gagal menepati resolusi Tahun Baru mereka, dan sebagian besar menyerah beberapa minggu kemudian pada pertengahan bulan Februari.
Dengan mendalami ilmu tentang modifikasi perilaku, dilansir dari timesofindia, kegagalan tujuan ini paling utama disebabkan kurangnya kekhususan
Tidak adanya kejelasan menjadikan sulit untuk mengukur kemajuan dan tetap berkomitmen pada tujuan keseluruhan.
Untuk mengatasi rintangan ini, resolusi harus ditetapkan secara spesifik, menguraikan langkah-langkah nyata dan pencapaian yang dapat diukur.
Berikut menurut sains beberapa alasan resolusi tahun baru Anda gagal di tengah jalan
1. Ambisi yang luar biasa
Resolusi dengan tujuan ambisius seperti "belajar bahasa baru" atau "menurunkan berat badan" sering kali menjadi bumerang. Meskipun mengagumkan, tujuan-tujuan ini terkadang tampak berlebihan dan tidak mungkin tercapai.
Baca Juga
Tujuan-tujuan besar tersebut dapat dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih mudah dikelola, yang tidak hanya membuat perjalanan tidak terlalu menakutkan namun juga memungkinkan perayaan kemenangan-kemenangan kecil di sepanjang perjalanan.
Mengakui dan menghargai pencapaian di setiap tingkat meningkatkan kemungkinan bahwa orang akan tetap berdedikasi dan termotivasi.
2. Ketidakselarasan dengan nilai-nilai
Resolusi seperti "berhenti merokok" atau "lebih sering bepergian", yang didasarkan pada tekanan teman sebaya atau ekspektasi budaya, biasanya menjadi bumerang. Kesuksesan jangka panjang bergantung pada kesadaran akan pentingnya tujuan-tujuan ini dan memastikan bahwa tujuan-tujuan tersebut konsisten dengan keyakinan dasar kita.
Resolusi menjadi lebih dari sekedar tugas sosial jika sejalan dengan dorongan batin kita; itu menjadi upaya yang bermanfaat dan kita mempunyai kepentingan yang tulus.
3. Lingkungan yang tidak mendukung
Lingkungan sekitar kita memiliki kekuatan untuk mendukung atau melemahkan resolusi kita. Sasaran seperti "mengurangi makan junk food" atau "menghabiskan lebih sedikit waktu online" sering kali gagal karena hambatan di sekitar kita.
Mengubah latar belakang ini menjadi latar belakang yang menggembirakan dapat meningkatkan kemungkinan keberhasilan secara signifikan. Orang-orang akan lebih mampu menemukan jalan keluarnya ketika mereka menghilangkan pemicunya dan menciptakan lingkungan yang mendukung perilaku positif.
4. Tidak adanya imbalan
Resolusi yang kurang menyenangkan atau memuaskan, seperti "lebih banyak berolahraga" atau "menabung lebih banyak uang", sering kali menjadi tugas yang membosankan. Memperkenalkan unsur kesenangan dan menyertakan penghargaan atas pencapaian dapat menambah rasa senang dalam perjalanan.
Dengan mengakui dan merayakan pencapaian, individu menciptakan asosiasi positif dengan resolusi mereka, memperkuat komitmen terhadap perubahan yang diinginkan.
5. Tidak fleksibel dalam beradaptasi terhadap perubahan
Setiap kali Anda membuat resolusi untuk "membaca satu buku setiap minggu" atau "bermeditasi setiap pagi", akan mudah untuk menjadi berantakan ketika kesulitan yang tidak terduga muncul.
Penyesuaian yang diperlukan dapat dilakukan ketika kemunduran sudah diantisipasi dan diterima sebagai hal yang tidak bisa dihindari. Untuk memastikan bahwa perubahan dari rencana awal tidak menandakan akhir dari penyelesaian, ketahanan dan fleksibilitas sangat penting untuk mengatasi hambatan yang tidak terduga.