Bisnis.com, JAKARTA -- Bloomberg kembali merilis daftar terbaru keluarga terkaya di Asia. Keluarga pemilik Grup Djarum, duo Hartono masuk ke lima besar dan menyalip keluarga chaebol pemilik raksasa teknologi Samsung asal Korea Selatan.
Berdasarkan Bloomberg Asia 20's Richest Families of 2024, kekayaan kolektif di antara klan terkaya di kawasan ini tembus US$$534 miliar, naik US$55 miliar sejak Maret 2023.
Kekayaan klan Hartono ditaksir mencapai sekitar US$44,8 miliar atau setara dengan Rp709,05 triliun (kurs Rp15.827 per dolar AS).
Bahkan, kekayaannya ini menyalip keluarga pemilik Samsung yang berada di peringkat 12 dengan kekayaan senilai US$18,2 miliar.
Konglomerasi bisnis Hartono telah diwarisi oleh kakak-adik Michael Bambang Hartono dan Robert Budi Hartono yang berawal dari bisnis rokok sang ayah, Oei Wie Gwan.
Usai Oei Wie Gwan meninggal, Hartono bersaudara melakukan diversifikasi usahanya, salah satunya dengan berinvestasi di PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), yang kini menjadi sebagian besar sumber kekayaan Hartono.
BCA tercatat sebagai bank swasta terbesar di Indonesia dengan aset senilai Rp1.408 triliun per akhir Desember 2023 dan mencatatkan laba senilai Rp48,6 triliun pada periode yang sama.
Saat ini kendali bisnis sudah berada di generasi ke-3, Armand Wahyudi Hartono, putra dari Robert Budi yang juga telah menduduki posisi sebagai Wakil Direktur BCA.
Adapun, meski daftar orang terkaya di Asia terus berubah seiring dengan perubahan pasar dan keadaan ekonomi, tetapi beberapa keluarga tetap menjadi titik fokus pada puluhan tahun terakhir.
Sesuai metodologi yang digunakan, peringkat ini tidak memasukkan kekayaan generasi pertama dan kekayaan yang dikendalikan oleh satu pewaris tunggal.
Berikut daftar 20 keluarga terkaya di Asia versi Bloomberg. Simak ulasannya di bawah ini:
1. Nama: Ambani
Perusahaan: Reliance Industries
Kekayaan: US$102.7 Miliar
Industri: Konglomerat
Lokasi: India
Generasi: 3
Dhirubhai Ambani, ayah dari Mukesh dan Anil, memulai pembangunan perusahaan pendahulu Reliance Industries pada akhir 1950-an.
Reliance Industries, berbasis di Mumbai yang kini dikendalikan oleh sang anak, Mukesh Ambani telah berkembang ke sektor teknologi, ritel, dan energi hijau. Tak hanya itu, Jio juga menjadi layanan ponsel milik keluarga Ambani, kini menjadi operator terbesar di India.
2. Nama: Hartono
Perusahaan: Djarum, Bank Central Asia
Kekayaan: US$44,8 Miliar
Industri: Tembakau, Keuangan
Lokasi: Indonesia
Generasi: 3
Oei Wie Gwan membeli merek rokok pada 1950 dan menggantinya menjadi Djarum, salah satu produsen rokok terbesar di Indonesia.
Setelah Oei meninggal pada 1963, anak-anaknya memperluas bisnis dengan berinvestasi di Bank Central Asia, yang sekarang menjadi sebagian besar kekayaan keluarga.
Teranyar, saat ini BBCA mengantongi laba sepanjang 2023, naik 19,4% menjadi Rp48,6 triliun secara tahunan (year-on-year/yoy)
Jika ditilik lebih dalam, sepanjang 2018, BCA meraih laba bersih Rp25,85 triliun. Angka ini tumbuh 10,47% menjadi Rp28,56 triliun sepanjang 2019. Lalu, pada 2020, BCA membukukan laba sebesar Rp27,13 triliun
Kemudian, pada akhir 2022 BCA kembali mencatatkan laba bersih yang menyentuh Rp40,74 triliun, alias tumbuh 29,66% dibanding periode sebelumnya, di mana BCA meraih laba bersih Rp31,42 triliun sepanjang 2021.
Seiring dengan rilisnya laporan kinerja BCA sepanjang 2023, Mirae Asset Sekuritas Indonesia memprediksi kinerja BBCA terus moncer, sesuai dengan perkiraan mengingat tingginya prediktabilitas pendapatannya karena bank tersebut memiliki pertumbuhan pendapatan paling tangguh sejauh ini.
“Bank ini memiliki peluang tertinggi untuk meningkatkan pinjamannya secara agresif pada tahun 2024 mengingat likuiditasnya yang melimpah,” tulis Analis Handiman Soetoyo dan Abyan H. Yuntoharjo dalam risetnya yang dikutip Bisnis, Kamis (25/1/2024).
3. Nama: Mistry
Perusahaan: Shapoorji Pallonji Group
Kekayaan: US$36.2 Miliar
Industri: Konglomerat
Lokasi: India
Generasi: 5
Bisnis keluarga ini dimulai pada 1865 ketika kakek Pallonji Mistry mendirikan perusahaan konstruksi dengan seorang Inggris. Kini, Shapoorji Pallonji Group mencakup berbagai bidang bisnis, termasuk teknik dan konstruksi.
Sebagian besar kekayaan keluarga dipegang dalam Tata Sons, perusahaan induk utama di balik Tata Group yang mengendalikan Jaguar Land Rover.
4. Nama: Kwok
Perusahaan: Sun Hung Kai Properties
Kekayaan: US$32.3 Miliar
Industri: Properti
Lokasi: Hong Kong
Generasi: 3
Kwok Tak-seng mencatatkan Sun Hung Kai Properties pada 1972, yang kemudian menjadi salah satu pengembang properti terbesar di Hong Kong. Anak-anaknya, Walter, Thomas, dan Raymond, mengambil alih setelah kematian Kwok pada 1990.
5. Nama: Chearavanont
Perusahaan: Charoen Pokphand Group
Kekayaan: US$31,2 Miliar
Industri: Konglomerat
Lokasi: Thailand
Generasi: 4
Charoen Pokphand Group merupakan sebuah konglomerat dengan unit makanan, ritel, dan telekomunikasi. Keluarga Chearavanont mendirikan dana US$2 miliar dengan LDA Capital untuk berinvestasi di perusahaan pertumbuhan di Asia Tenggara.
6. Nama: Yoovidhya
Perusahaan: TCP Group
Kekayaan: US$30,2 Miliar
Industri: Makanan & Minuman
Lokasi: Thailand
Generasi: 2
Chaleo Yoovidhya mendirikan T.C. Pharmaceutical pada tahun 1956 untuk menjual obat-obatan. Kemudian, bisnisnya berkembang ke produk konsumen. Pada tahun 1975, Chaleo menciptakan minuman energi yang disebut Krating Daeng.
Dietrich Mateschitz, pemasar Austria, menemukan minuman tersebut selama perjalanan bisnis ke Asia dan bersama Chaleo mengubah resepnya untuk memasarkan Red Bull secara global.
7. Nama: Jindal
Perusahaan: OP Jindal Group
Kekayaan: US$27,6 Miliar
Industri: Industri
Lokasi: India
Generasi: 3
Om Prakash Jindal memulai pabrik baja satu unit pada tahun 1952 dan mengembangkannya menjadi OP Jindal Group, konglomerat yang mencakup sektor-sektor mulai dari baja hingga energi, semen, dan olahraga.
Saat Om Prakash meninggal pada 2005, istrinya Savitri mengambil alih sebagai ketua grup, dengan empat putra mereka mengelola bisnis-bisnis tersebut.
8. Nama: Tsai
Perusahaan: Cathay Financial, Fubon Financial
Kekayaan: US$24 Miliar
Industri: Keuangan
Lokasi: Taiwan
Generasi: 3
Bersaudara Tsai mendirikan Cathay Life Insurance pada tahun 1962. Pada tahun 1979, keluarga memutuskan untuk membagi bisnis tersebut. Tsai Wan-lin mengambil alih Cathay Life Insurance, sementara Tsai Wan-tsai mengendalikan Cathay Insurance yang kemudian berganti nama menjadi Fubon Insurance.
Keluarga sekarang memiliki saham di dua perusahaan induk keuangan besar di Taiwan dan telah diversifikasi ke sektor-sektor termasuk properti dan telekomunikasi.
9. Nama: Cheng
Perusahaan: New World, Chow Tai Fook
Kekayaan: US$23,6 Miliar
Industri: Properti, Perhiasan
Lokasi: Hong Kong
Generasi: 4
Kekayaan keluarga Cheng dimulai dengan Chow Tai Fook Jewellery, perhiasan berbasis di Hong Kong, yang didirikan pada tahun 1929.
Keluarga juga mengendalikan New World Development, salah satu perusahaan properti dan infrastruktur terbesar di kota tersebut.
10. Nama: Birla
Perusahaan: Aditya Birla Group
Kekayaan: US$21,8 Miliar
Industri: Konglomerat
Lokasi: India
Generasi: 7
Aditya Birla Group adalah salah satu bisnis keluarga tertua di India, dengan kepentingan di berbagai industri termasuk logam, layanan keuangan, dan ritel.
Dimulai sebagai perusahaan perdagangan kapas pada abad ke-19, Ghanshyam Das Birla kemudian menciptakan salah satu produsen aluminium terbesar di India. Kumar Mangalam Birla, cicitnya, sekarang menjabat sebagai ketua bisnis tersebut.