Bisnis.com, JAKARTA -- Masuk universitas nomor 1 di dunia sudah menjadi tantangan bahkan bagi orang dewasa. Namun, Joshua Beckford justru bisa masuk dan belajar di universitas tersebut sejak usia enam tahun.
Dilansir Vanguard, Beckford sebagai mahasiswa termuda di Oxford University, diterima pada 2010 saat usianya baru enam tahun.
Di sana dia mengambil bagian dalam kelas di platform pembelajaran daring untuk anak-anak berbakat. Dia juga memperoleh penghargaan dalam bidang Filsafat dan Sejarah.
Kisahnya bermula ketika ayah Beckford, Knox Daniel, menulis surat ke Oxford University untuk mengadvokasi penerimaan putranya. Langkah itu cukup berani lantaran bakal menantang batasan usia konvensional untuk program khusus anak-anak berusia delapan hingga 13 tahun.
Rekornya tetap tak tertandingi, dengan mahasiswa Oxford termuda sebelumnya umumnya berusia dua tahun lebih tua pada saat diterima.
Pada usia 10 bulan, Beckford sudah bisa mengenali huruf dan angka. Pada usia dua setengah tahun, dia sudah bisa membaca dengan lancar menggunakan fonik dan mulai belajar bahasa Jepang dan sedikit bahasa Mandarin.
Baca Juga
Bercita-cita menjadi ahli bedah saraf, Beckford juga telah menunjukkan pengetahuan medis yang luar biasa. Dengan menggunakan Microsoft Surgery Simulator, dia telah menguasai prosedur bedah yang rumit, termasuk pengangkatan katarak, perbaikan hernia, dan perbaikan patah kaki.
Kemahirannya menggunakan instrumen bedah juga menunjukkan kemampuannya yang luar biasa melebihi usianya.
Di luar bidang kedokteran, Beckford memiliki banyak bakat, unggul dalam seni, Teknologi Informasi (TI), olahraga, dan bahasa asing.
Pada 2017, Beckford pernah dinobatkan sebagai Positive Role Model of the Year di National Diversity Awards di Inggris.
The Illumination Foundation of North Carolina juga memasukkannya ke dalam daftar 30 Orang Paling Luar Biasa di seluruh dunia yang telah memberikan dampak sosial.
Beckford juga ditunjuk menjabat sebagai duta besar untuk Boys Mentoring Advocacy Network (BMAN), sebuah organisasi nonpemerintah yang didedikasikan untuk membimbing anak laki-laki dan remaja di Afrika.
Di BMAN, dia memegang peran sebagai Duta Besar Dukungan Pendidikan Keluarga Berpenghasilan Rendah (Low Income Family Education/L.I.F.E) di enam negara: Nigeria, Ghana, Kenya, Uganda, Afrika Selatan, dan Inggris Raya tempat dia dilahirkan.
Joshua Beckford juga menjadi wajah kampanye Black and Minority (BME) dari National Autistic Society. Pasalnya, dia sendiri didiagnosis dengan autisme yang berfungsi tinggi dan membantu menyebarkan misi kampanye tersebut.
Pada 2019, Beckford dan ayahnya pergi ke Nigeria untuk meluncurkan sesi bimbingan langsung, menyampaikan pidato utama di Universitas Lagos di hadapan hampir 5.000 orang.
Kunjungan mereka adalah untuk mengumpulkan dana guna membangun sekolah menengah di Negara Bagian Kaduna, yang menyediakan pendidikan bagi anak-anak dari latar belakang ekonomi yang kurang mampu.
Menurut pernyataan di situs web UNILAG, sekolah yang diusulkan akan mencakup ruang kelas, blok administrasi, laboratorium, Pusat TIK, dan kebun hijau pertanian dan akan diberi nama Sekolah Komunitas Joshua Beckford.