BISNIS.COM, JAKARTA--Frank H. Ksatria (1921) dan Peter Drucker (1970) mengungkap kewirausahaan adalah tentang mengambil risiko. Perilaku pengusaha mencerminkan jenis orang yang bersedia untuk menempatkan karirnya dan keamanan finansial pada baris dan mengambil risiko atas nama ide.
Tindakan kewirausahaan sering dikaitkan dengan ketidakpastian yang benar, terutama ketika melibatkan sesuatu yang benar-benar baru bagi dunia, yang pasarnya tidak pernah ada. Namun, bahkan jika pasar sudah ada, tidak ada jaminan bahwa pasar ada untuk pemain baru khususnya.
Pengusaha memiliki banyak karakter yang sama sebagai pemimpin, mirip dengan teori orang besar di awal kepemimpinan, tetapi teori berbasis sifat kewirausahaan semakin sering dipertanyakan. Pengusaha sering dikontraskan dengan manajer dan administrator yang dikatakan lebih metodis dan kurang rentan terhadap pengambilan risiko. Model orang-centric seperti kewirausahaan telah terbukti validitasnya, dipertanyakan, tidak sedikit karena banyak pengusaha di kehidupan nyata beroperasi di tim bukan sebagai individu tunggal.
Ada juga yang mengatakan entrepreneur adalah orang yang melakukan aktivitas wirausaha dicirikan dengan pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia entrepreneur didefinisikan "Sebagai orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru, menyusun cara baru dalam berproduksi, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, mengatur permodalan operasinya, serta memasarkannya."
Jadi seorang entrepreneur harus memiliki kemampuan untuk berfikir kreatif serta imajinatif ketika ada sebuah peluang usaha dan bisnis baru.
Namun, dalam orasi ilmiah pada acara penganugrahan gelar Perekayasa Utama Kehormatan kepada Dr.Ir.Ciputra di BPPT Jl Thamrin Jkt belum lama ini, beliau mendifinisikan seorang entrepreneur adalah seseorang dengan “kecakapan mengubah kotoran dan rongsokan menjadi emas”. Orang dengan kecakapan mengubah kotoran dan rongsokan jadi emas tidak harus berada di dunia bisnis saja.
Seseorang yang memiliki jiwa dan kecakapan entrepreneurship dapat berada di pemerintah, dunia akademik, atau dalam pelayanan sosial. Mereka memiliki pola pikir (mindset) yang sama, jiwa (spirit) dan kecapakan yang sama yaitu mengubah kotoran dan rongsokan menjadi emas, tetapi yang membedakan adalah tujuan yang ingin dicapai.
Contoh entrepreneur di pemerintahan menurut beliau adalah Ali Sadikin, yang telah mendukung Ciputra mengembangkan wisata Ancol, dan Lee Kuan Yew yang mengembangkan Singapura. Entrepreneur di pelayanan social seperti Muhammad Yunus peraih Nobel dari Bangladesh.