--- Creating shared value merupakan praktik bisnis untuk menunjang keberlanjutan dunia usaha yang sifatnya memberikan penguatan dan kemandirian lingkungan sekitar.
Penerapan keberlanjutan dunia usaha sebenarnya sudah diinisiasi oleh Brundtland Report pada 1989 bahwa usaha bisnis yang dilakukan diupayakan untuk tidak mengorbankan generasi mendatang dengan memperhatikan tiga elemen utama, yaitu people, profit, dan planet.
Hal ini dilanjutkan dengan sejumlah konferensi yang diinisiasi oleh PBB untuk mencari solusi mengenai setiap aktivitas bisnis yang memberikan dampak bagi kehidupan bersama. Konsep keberlanjutan ini bisa dicapai dengan baik apabila melibatkan dunia usaha untuk bekerja sama dan mengaplikasikan dalam praktik kerja.
Sumber daya yang luar biasa dari perusahaan dapat merealisasikan konsep keberlanjutan ini dengan memperhatikan seluruh implikasinya.
Perusahaan juga dituntut memperhatikan isu-isu yang tidak hanya terbatas pada hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan bisnis. Sesuai dengan kesepakatan konferensi sustainability di Rio De Janeiro (2012), isu-isu meliputi antara lain memberikan perhatian pada reduksi bencana, perubahan iklim, biodiversitas, energi, keuangan, lapangan pekerjaan, ketahanan pangan, kesehatan, laut, kemiskinan, teknologi, air dan sanitasi, bahkan perhatian pada isu demografi, perkembangan pedesaan, dan daerah-daerah terpencil.
Keberlanjutan dunia usaha sudah diupayakan dengan perhatian terhadap sejumlah tuntutan dan isu tersebut untuk diterapkan dalam praktik bisnis. Sejumlah praktik bisnis antara lain melakukan perubahan struktur kerja, menerapkan outsourcing, menetapkan indeks kinerja sebagai acuan kerja, melakukan merger, memberikan kesempatan kepada karyawan untuk melakukan inisiatif kerja secara mandiri, mendekatkan diri kepada konsumen, dan bekerja sama secara baik dengan pemasok.
Selain perubahan tersebut, perusahaan juga dituntut untuk memiliki kesadaran penuh untuk menerapkan sejumlah praktik bisnis yang berorientasi sosial. Kotler dan Lee (2004) mengemukakan sejumlah praktik bisnis berorientasi sosial tersebut, yaitu corporate social responsibility, cause marketing, cause related marketing, corporate philantrophy, corporate community involvement, socially business practices dan social marketing.
Dari sejumlah tuntutan praktik bisnis tersebut, ada praktik bisnis yang sifatnya memiliki aspek menyeluruh yang tidak hanya menerapkan pada implikasi lingkungan, tetapi sifatnya holistik yaitu dengan melakukan pendekatan stakeholder.
Pendekatan ini mengutamakan bahwa kegiatan bisnis diharapkan memiliki orientasi perhatian tidak hanya pada lingkungan, tetapi bisa pada karyawan, pelanggan, masyarakat, pemerintah, pemasok, dan lembaga sosial.
Selain itu, praktik bisnis berorientasi sosial dengan hanya corporate social responsibility tidak cukup, karena ini hanya memberikan bentuk donasi kepada masyarakat atau lingkungan sekitar.
Untuk bisa mengoptimalkan semuanya, perlu diterapkan praktik bisnis berorientasi sosial dengan lebih mengutamakan kepentingan kedua belah pihak, baik dari perusahaan maupun dari lingkungan di luar perusahaan.
Porter dan Kramer (2011) telah mendefinisikan creating shared value bahwa praktik bisnis diharapkan dapat meningkatkan nilai kompetitif perusahaan yang sekaligus meningkatkan kondisi ekonomi dan sosial dari masyarakat tempat di mana perusahaan beroperasi.
MANFAAT LINGKUNGAN
Dengan demikian, perusahaan bisa mendapatkan manfaat utama dari lingkungan sekitar misalnya pasokan tertentu; dan di satu sisi lain, perusahaan juga dapat memberikan kembali kepada masyarakat. Lingkungan sekitar dijadikan sebagai bagian dari proses bisnis yang secara aktif ikut berperan serta.
Creating shared value merupakan praktik bisnis untuk menunjang keberlanjutan dunia usaha yang sifat memberikan penguatan dan kemandirian lingkungan sekitar yang sifatnya saling menguntungkan sama lain.
Perusahaan tidak lagi berorientasi pada citra positif, tetapi lebih berorientasi secara strategis mengenai isu utama yang menjamin keberlangsungan dunia usaha. Perusahaan Nestle merupakan contoh perusahaan yang telah menerapkan konsep ini dalam sejumlah kegiatan yang terpadu dalam proses bisnis.
Penerapan konsep ini bisa diterapkan untuk semua jenis perusahaan tanpa terkecuali baik produk maupun jasa. Terlebih untuk perusahaan yang cenderung sensitif misalnya industri rokok dan sejenisnya bisa memulai untuk menerapkan strategi bisnis dan pemasarannya dengan mengedepankan creating shared values, dan bukan hanya corporate social responsibility.
Hal ini merupakan cara untuk bersama-sama memberikan manfaat bagi masyarakat. Perlu dipertimbangkan terobosan kreatif agar memberikan nilai tambah bagi semua pihak yang terlibat tanpa terkecuali.
Isu-isu keberlanjutan ini diharapkan bisa menjadi bagian dari perencanaan strategis perusahaan yang dilekatkan dalam strategi operasionalisasinya. Tanpa bantuan dari perusahaan sebagai sektor swasta, konsep keberlanjutan tidak bisa dicapai secara optimal.
Di sisi lain, eksistensi dunia usaha juga ditentukan sejauh mana praktik bisnis bisa mengakomodasi untuk memperhatikan dan melaksanakan solusi dari isu-isu terkini. Selain itu, kemitraan dengan perusahaan swasta, pemerintah, lembaga sosial, dan tentu saja akademisi perlu dikuatkan untuk mencapai solusi isu tersebut.
Edukasi kepada masyarakat juga perlu diperhatikan karena masyarakat yang terdiri atas individu langsung berhubungan dengan imbas isu. Hal ini bisa dilakukan sosialisasi secara terus menerus mengenai pentingnya mencapai isu tersebut, dan yang terpenting adalah dimulai dari diri kita sendiri untuk memberikan perhatian pada lingkungan di sekitar kita.