Bisnis.com, JAKARTA - Ciputra, pria yang akrab dipanggil Pak Ci itu, pernah menegaskan bahwa para mahasiswa harus tahu cara mengimplementasikan ilmu mereka dan membuat bisnis. Sebab, sejatinya tujuan utama mereka kuliah bukanlah untuk mencari gelar, melainkan ilmu pengetahuan dan pengalaman.
Namun, katanya, bahwa untuk menjadi seorang pengusaha sukses, seseorang harus memiliki kunci sukses. Di antaranya, semangat dan kepercayaan diri. Menurut dia, lebih baik bekerja dengan rasa memiliki, bukan dimiliki. Memiliki berarti memiliki usaha sendiri, bukan bekerja kepada orang lain.
Entrepreneur yang paling berbakata pun tetap manusia biasa. “Dan Anda tidak harus menjadi orang jenius dalam semua bidang untuk menjadi entrepreneur sukses…” tutur Pak Ci.
“Setahu saya, Li Kha Sing juga bukan orang jenius di segala bidang. Namun, ia berhasil menjadi entrepreneur sukses, baik di negerinya maupun di mancanegara. Kita hanya perlu jenius dalam bidang yang sesuai dengan bakat dan pilihan hidup kita. Dan untuk itu kita harus terus belajar…”
Ciputra, seperti dalam the Ciputra’s Way, tetap sepakat bahwa pada akhirnya mengandalkan bakat saja tidak cukup. Bakat harus ditopang oleh ilmu dan pengalaman. Apalagi bila seseorang ingin menjadi entrepreneur yang sukses sehingga mencapai prestasi puncak.
“Mengandalkan bakat? Anda bisa sukses. Namun, dugaan saya hanya sampai tingkat menengah saja. Tidak akan berhasil secara optimal…”
Kisah Scott Simgler, yang dmuat di majalah Entrepreneur, salah satu contoh tentang pentingnya pendidikan bagi seorang entrepreneur. Dia seorang mahasiswa asal AS, yang pada usia 22 tahun dengan IP 3,7, tanpa meninggalkan bangku kuliah, dia berhasil membangun bisnis beromzet setara dengan Rp2,4 miliar per tahun.
Pertanyaannya?” Bagaimana Anda bisa jadi entreperenur kalau tidak ada pengalaman? Dan bagaimana Anda mendapat pengalaman tanpa mencarinya? Itu seperti Anda menembak orang tanpa peluru…” ujar Pak Ci.
Baca juga: