--- Orang yang terus belajar biasanya orang yang haus ilmu, karena itu dia tak akan sombong, rendah hati, tapi luas wawasan. Faktor-faktor inilah biasanya yang melahirkan aura wibawa.
Bisnis.com, JAKARTA - Wibawa melekat pada seorang pemimpin, atau pemimpin pasti orang yang punya wibawa dalam sistem merit organisasi. Wibawa, karena itu, syarat tak tertulis bagi seseorang bisa memimpin orang lain. Sulit mengukurnya karena dia terasa dalam menggerakkan organisasi.Wibawa tidak bisa diukur karena tak ada satuannya.
Jika sikap diam, tindakan, dan ucapan seorang mampu menggerakkan orang lain, dia layak disebut pemimpin berwibawa. Jika pendekatan dan gaya memimpin seseorang mempengaruhi cara orang lain bertindak dalam menyelesaikan problem bersama, dia pantas disebut pemimpin yang punya wibawa.
Pendeknya, wibawa seorang pemimpin sanggup dan mampu mengendap dalam bawah sadar orang banyak, sehingga apapun keputusan yang dia buat akan "digugu" dan ditiru orang-orang di bawah dan di sekitarnya. Sebab semua orang sudah menganggap keputusan itu baik untuk semua.
Tak semua orang, bahkan tak semua pemimpin, punya wibawa seperti ini.Barangkali ada bakat juga.Sebab kita sering bertemu orang yang punya aura wibawa yang tinggi sehingga kita menaruh hormat kepadanya, ada juga orang yang sok berwibawa hanya karena ayahnya orang terkenal, tapi kita muak melihatnya.
Namun, di dunia modern, wibawa juga bisa diciptakan dengan cara latihan dan belajar secara terus menerus. Orang yang terus belajar biasanya orang yang haus ilmu, karena itu dia tak akan sombong, rendah hati, tapi luas wawasan. Faktor-faktor inilah biasanya yang melahirkan aura wibawa.
Dalam buku Influencer: The New Science of Leading Change ada banyak cerita bagaimana keberhasilan para pemimpin menjalankan wibawa untuk mencapai tujuannya. Muhammad Yunus di Bangladesh, misalnya, berhasil mengembangkan perbankan mikro untuk menolong orang miskin berdaya.
Ide dan program Yunus ini kemudian menular dan ditiru sedikitnya di 100 negara dan terbukti sukses. Artinya, apa yang dilakukan Yunus tidak hanya berlaku di negaranya, tapi bersifat universal. Inilah ciri kepemimpinan yang berwibawa: dia bersifat dan siapa saja bisa melakukannya tanpa terbatas oleh negara atau budaya.
Atau cerita 14.000 narapidana di Amerika Serikat yang tidak kembali ke dunia hitam, penurunan jumlah penderita HIV/AIDS di Afrika di tengah budaya dan meruyaknya wabah narkotika dan seks bebas. Buku yang dikarang Ron McMillan dan kawan-kawanitu telah menjadi model dalam pengembangan kewibawaan pemimpin dalam mempengaruhi dan menggerakkan orang lain mencapai tujuan bersama yakni kesuksesan dan kebahagiaan.
Buku itu menjadi rumusan VitalSmart dalam membuat terapi organisasi agar tak melenceng dari tujuannya. Di Indonesia, VitalSmart menggandeng Dunamis Organization Services untuk menjalankan misi itu.
Influencer menggariskan tiga hal agar kewibawaan seseorang atau kelompok menjadi kepemimpinan yang efektif.
1. Menentapkan hasil akhir.
Hasil yang dapat diukur dengan jelas dan terikat waktu, bukan utopia. Kegagalan mencapai tujuan seringkali bukan disebabkan oleh cara mencapainya, tetapi karena tujuan itu sendiri terlalu kabur dan tak fokus. Misalnya, sebuah yayasan menetapkan kuantitas orang miskin yang bisa dibantu dengan program-programnya, tapi cara yayasan itu mencapainya adalah dengan menghitung berapa orang yang datang mengikuti penyuluhan mereka.
Orang-orang di yayasan itu menganggap kesuksesan program mereka adalah banyaknya jumlah pengunjung. Kuncinya adalah tujuan yang bisa diukur: semakin mudah tujuan semakin besar peluang perubahan bisa diwujudkan.
2. Mendeteksi perilaku vital.
Dari sekian aktivitas untuk mencapai tujuan itu, biasanya hanya beberapa yang betul-betul berpengaruh terhadap hasil.Untuk memastikan proyek tepat waktu dan sesuai anggaran, perilaku vital adalah menentukan tenggat yang realistis (sesuai dengan kemampuan, jumlah personil, tingkat kesulitan).Karena itu semua orang harus disiplin pada tata waktu setiap tahap yang ditentukan bersama. Semakin banyak orang yang tak taat asas, makin keras mereka bekerja makin sia-sia apa yang dilakukannya.
3. Enam sumber pengaruh.
Ada banyak faktor yang menyebabkan kebiasaan buruk lama-lama diterima menjadi sesuatu yang wajar.Lingkungan dan sistem salah satu yang paling berpengaruh.Banyak pemimpin yang gagal karena mereka berfokus pada satu faktor.Komisi Pemberantasan Korupsi harus bekerja lebih keras agar budaya antikorupsi menjalar di tengah hedonisme dan permisivitas para pemimpin di banyak lembaga.Kita muak mendengar berita begitu kayanya seorang Jenderal karena menghasilkan uang dari korupsi.Tapi pengadilan menghukumnya hanya 10 tahun dan denda cuma Rp500 juta.
Sebab, ada enam faktor yang mempengaruhi perilaku manusia: 1) motivasi pribadi, 2) kemampuan pribadi, 3) motivasi sosial, 4) kemampuan sosial, 5) motivasi struktural, dan 6) kemampuan struktural. Setiap orang tak ingin korupsi karena itu merugikan orang lain, tapi lingkungan mengharuskannya korupsi.
Di kantordia akan dikucilkan karena menolak "uang terima kasih" dari cukong. Seorang calon anggota legislatif tak bisa masuk ke partai dan DPR karena punya ideologi dan kemauan membereskan keadaan.Karena itu setelah menghamburkan uang banyak saat kampanye saatnya mengumpulkan kembali uang itu setelah menjadi anggota dewan.Motivasi dan kemampuan struktural tak ada.
Secara konvensional struktur perubahan perilaku mengikuti gambar di bawah ini:
Ini tak hanya berlaku untuk organisasi atau orang banyak tapi juga bisa berlaku untuk individu.Anda berniat berhenti merokok karena itu tak baik buat kesehatan dan memboroskan keuangan.Niat Anda sudah bulat tapi lingkungan anda perokok berat.
Anda tak memperoleh lagi informasi tambahan dalam pekerjaan Anda karena info penting diobrolkan sambil merokok.Pekerjaan Anda menuntut kerja spartan sehingga gampang memicu stres.Keinginan merokok pun timbul di saat seperti ini.Jika Anda tak bisa mengatur ritmenya, niat berhenti pun menjadi berantakan.
Anda gagal menggerakkan anda sendiri berhenti merokok karena tak tahan dibujuk terus oleh teman-teman, Anda melihat orang lain begitu nikmat merokok, Anda tak fokus pada pekerjaan karena itu gelisah sehingga jadi memikirkan rokok seraya berpikir tak apa merokok, toh, hanya sebatang.
Semua faktor itu bergabung menjadi satu yang membuat pikiran Anda tergoda merokok lalu menggerakkan kaki melangkah ke ruang merokok dan menghisap nikotin.Betapapun Anda menyesal setelah itu, Anda telah gagal memimpin diri sendiri berubah.
Karena itu, seorang pemimpin yang berwibawa bisa mempelopori gerakan struktural dan sosial untuk menciptakan perubahan sesuai tujuan bersama, sebab dia paham proses dan cara mencapainya.
Dia fokus pada setiap proses sehingga gerakan perubahan itu simultan, terukur, dan terarah. Sebagai orang yang dipimpin kita pun tenang dan percaya kepada para pemimpin seperti ini.Pada tingkatan puncak leadership, seseorang disebut pemimpin sejati jika dia sudah menjadi panutan bagi orang banyak.
Segala tindak tanduk bahkan apa yang dipakainya menjadi role model bagi banyak orang. Pemmpin seperti ini, jangankan tindakan dan keputusannya, sikap diamnya saja mengandung banyak makna yang segera ditafsirkan macam-macam oleh orang lain. Dalam konteks kepemimpinan di Indonesia ini tak hanya wujud pemimpin formal tapi juga pemipin secara kultural.