Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Banyak Hari Libur Turunkan Efektivitas Kerja?

Bisnis.com, JAKARTA - Libur 1-2 hari merupakan hal biasa dan merupakan bayaran kerja 5 hari sebelumnya. Namun, berbeda dengan konsep holiday, yang merupakan libur lebih dari 2 hari di mana pekerja mampu menikmati sesuatu yang tidak dapat dinikmati sebelumnya dalam waktu senggangya.

Bisnis.com, JAKARTA - Libur 1-2 hari merupakan hal biasa dan merupakan bayaran kerja 5 hari sebelumnya. Namun, berbeda dengan konsep holiday, yang merupakan libur lebih dari 2 hari di mana pekerja mampu menikmati sesuatu yang tidak dapat dinikmati sebelumnya dalam waktu senggangya.

Para pekerja mampu berbagi waktu  dengan keluarga dan lingkungan sekitar dengan waktu yang lebih lama dan untuk sementara tidak memikirkan profit semata.

Namun banyak pekerja yang tak dapat bertanggung jawab dengan hari libur yang didapatkan. Mereka terbuai dengan kesenangan dan kesantaian yang mereka jalani sehingga pekerjaan kantor banyak yang terbengkalai.

Aditya Nanda Priyatama, pakar psikologi spesialis Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), mengatakan banyaknya hari libur atau day-off bukan merupakan faktor penentu penurunan efektitivitas kerja.

“Kita tidak bisa menyalahkan hari libur untuk penurunan efektivitas kerja, yang jadi masalah adalah kerakter orang dalam menyikapi hari libur,” katanya saat dihubungi Bisnis.

Karakter orang secara psikologis dapat dilihat dari sudut pandang pengisian air dalam gelas. Jika gelas diisi dengan setengah air, maka akan ada dua anggapan.

Pertama, orang memandang dengan 1/2 kosong. Orang dengan karakter seperti ini akan menganggap air tinggal separoh. Mereka akan berpikir untuk menyepelekan sebuah pekerjaan.

Kedua, orang memandang dengan 1/2 isi. Tipe orang seperti ini menganggap airnya masih separuh, yang artinya ia akan melakukan apa saja yang efektif dan cepat menyelesaikan pekerjaan dengan waktu yang masih ada.

Orang dengan tipikal santai akan menyambut liburan dengan sangat suka cita. Namun orang perfeksionis yang sudah terbiasa dengan rutinitas pekerjaan yang membludak akan menganggap liburan hanya buang-buang waktu untuk menyelesaikan pekerjaan.

Tak hanya karakteristik psikolgis saja, sudut pandang hari libur dan hubungannya dengan efektivitas kerja juga dipengaruhi oleh karakteristik jabatan seseorang.

Orang dengan load work atau beban kerja banyak dalam jabatannya akan menganggap libur panjang akan menjadi gangguan karena ia harusnya dapat menyelesaikan pekerjaan hari itu juga tapi harus tertunda karena libur.

Jika jabatan pekerja tak membutuhkan beban tanggungan kerja yang banyak, misal Pegawai Negeri Sipil (PNS), mereka akan dengan tenang menyikapi liburan yang panjang.

Kerja dan hari libur memang harus seimbang pemanfaatannya. Pekerja harus tahu betul bagaimana bersikap ketika kerja agar pekerjaanya efektif dan bagaimana ia menurunkan ketegangankerja ketika libur. Memang jika terlalu banyak libur, akan aada kemungkinan mempengaruhi pencapaian optimal kinerja.

Aditya menambahkan, libur panjang harus dibarengi dengan mental pekerja yang harus tahu bagaimana tugas pokok fungsi pekerjaanya, ia juga harus terikat dengan pekerjaanya dan tahu resiko akan pekerjaanya. Selama beberapa hal itu terpenuhi, libur berapa lama tak akan mengganggu efektivitas kerja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper