Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Yudy Rizard Hakim Tak Betah Di Zona Nyaman

Perjalanan karir Yudy diawali ketika dia bekerja sebagai marketing officer di Bank Niaga, Surabaya dan sebagai finance management consultant di Van Pepperstraten Kantoor Administratie, Rotterdam, Belanda era 1990-an.
Yudy Rizard Hakim/Mitahul Khoer
Yudy Rizard Hakim/Mitahul Khoer

Yang fana adalah waktu. Kita abadi:
memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga
sampai pada suatu hari
kita lupa untuk apa

Bisnis.com, JAKARTA--Barangkali, potongan sajak milik penyair ternama, Sapardi Djoko Damono di atas cocok untuk menggambarkan sosok Yudy Rizard Hakim. Waktu, bagi Yudy adalah hal yang wajib dimanfaatkan oleh semua orang. Kehidupan duniawi hanyalah seperti sandiwara dan dongeng belaka. Ada baiknya saat menjalani hidup, katanya, seseorang memiliki ‘tabungan’ untuk bekal di masa depan—di akhirat yang kekal dan abadi.

Kali pertama mengenal Yudy, dia adalah sosok yang ramah, aktif, dan sopan. Dalam sebuah percakapan, dia tak pernah absen menyelipkan nasihat-nasihat positif tentang arti sebuah hidup. Dia tak ingin selama hidupnya sia-sia. Dia terus berusaha mendekatkan diri kepada sang khalik yang diyakininya telah memberikan segalanya. “Yang saya impikan selama ini adalah meninggal di Tanah Suci,” katanya lirih.

Yudi tidak sedang bercanda. Dia serius dengan apa yang diucapkan. Dalam setiap gerak dan langkah, dia tak pernah lupa berzikir. Setiap kali datang hari Jumat, dia selalu berpikir kematian akan menjemputnya. Inilah salah satu alasan kenapa dia begitu menyukai hari Jumat. Pada hari tersebut, dia selalu meluangkan waktu dan tenaganya untuk beribadah dan berbuat amal lebih.

Yudy Rizard Hakim dilahirkan di Surabaya 48 tahun silam. Dia dibesarkan dari keluarga yang penuh kedisiplinan. Maklum, sang ayah sempat bertugas di Angkatan Laut. Dia dididik sedari kecil di tengah keluarga yang tegas. Kedisiplinan membuat dia belajar akan sebuah kesempurnaan dalam segala aktifitas yang dilakoninya.

Karir
Perjalanan karir Yudy diawali ketika dia bekerja sebagai marketing officer di Bank Niaga, Surabaya dan sebagai finance management consultant di Van Pepperstraten Kantoor Administratie, Rotterdam, Belanda era 1990-an. Di situlah dia mulai mencintai dunia pekerjaan sebagai seorang komunikator. Dunia public relation membuatnya tertarik menekuni profesi bidang tersebut. Meskipun sebelumnya, dia telah bekerja sebagai freelance guide di PACTO Ltd Surabaya dan interpreter and marketing assistant di AUSTRADE, Jakarta.

Pada 1995-1998, dia mencoba mencari tantangan baru untuk bekerja di Hotel Majapahit, Mandarin Oriental, Surabaya. Lagi-lagi, dia masih berkutat di dunia kerja kegemarannya yang berhubungan dengan khalayak dari mulai sebagai public relations and marketing services manager, senior sales and government liaison manager hingga director of sales and marketing. “Tetapi saya lebih tertarik di dunia marketing dibandingkan sales. Dunia marketing bagi saya lebih leluasa menuangkan konsep untuk meningkatkan penjualan produk.”

Yudy adalah penyuka tantangan. Dia bukan tipe penganut ‘paham’ comfort zone yang selalu berleha-leha dan menikmati zona nyamannya dalam sebuah pekerjaan. Selepas mendapatkan pengalaman bekerja di Hotel Majapahit, dia kemudian mencoba tantangan baru bekerja di salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia. Pada Juni 1998, mantan anak band itu menginjakan kaki di PT HM Sampoerna Tbk. Hampir 10 tahun Yudy mengabdi di PT HM Sampoerna Tbk. Rupanya, dia kembali mencari tantangan baru yang lebih memcau adrenalinnya.

Tepat pada Januari 2010, pria yang gemar membaca buku ini resmi bergabung dengan PT Bakrieland Development Tbk sebagai chief corporate affairs officer. Di perusahaan properti tersebut, Yudy juga bertanggung jawab sebagai internal PR and internal relations, marketing and corporate PR, community development and contribution dan sponsorship, serta government relations and regulatory affairs.

Bagi Yudy, bekerja bukan perkara isi perut dan menghasilkan uang semata. Dia memposisikan pekerjaan sebagai tempat belajar dan menggali pengalaman. Tak heran jika Yudy menilai sendiri tempat kerja yang pernah dia geluti. Menurutnya, masing-masing tempat kerja menghasilkan pelajaran berharga baginya.

Ketika bekerja di Hotel Majapahit, dia ibaratkan laiknya sedang mengenyam studi S1. Tanggung jawabnya sebagai public relation cukup mendapatkan pengalaman yang menarik. Yudy mengisahkan bagaimana kelimpungannya menghadapi kasus kematian tamu yang terjadi di hotel tersebut. Dia harus mengembalikan citra hotel agar tidak meninggalkan jejak negatif di mata publik.

Sementara, pengalamannya bergabung di PT HM Sampoerna Tbk., dinilainya sebagai studi S2. Di mana, permasalahan dan tanggung jawab mulai berat sebagai public relation. Dia masih ingat betul ketika harus menghadapi puluhan ribu karyawan yang berdemonstrasi. Yudy memutar otak bagaimana cara meredakan emosi pengunjuk rasa agar tidak terjadi chaos dan brutal.

Begitu pun kini ketika dia bertanggung jawab di PT Bakrieland Development Tbk., dia menganggap apa yang sedang dikerjakannya sebagai studi S3. Dia menilai permasalahan yang terjadi di perusahaannya tersebut sebagai tantangan dan tugas yang harus dibereskan sekuat tenaga. Tetapi, dia yakin dengan apa yang dilakukannya akan mendapatkan dukungan dari sang Maha Kuasa. Yudy mengakui pandangan orang terhadap salah satu perusahaan milik keluarga Bakrie tidak semuanya positif. Di situlah peran Yudy mengangkat citra perusahaan agar lebih baik lagi.

“Apa yang saya kerjakan berangkat dari hati dan berusaha terbuka. Sebagai seorang yang bertanggung jawab terhadap publik, saya tidak menutup-nutupi apa yang sedang terjadi di perusahaan. Semuanya saya informasikan sejujur mungkin,” paparnya.

Tentu saja, dalam setiap tugas yang dilakukan, Yudy tidak sendirian. Dukungan tim sangat berarti dalam setiap pekerjaan. Inilah yang menjadi poin lebih yang dimiliki Yudy sebagai seorang yang kerap menjadi pemimpin public relation di perusahaan. Sifatnya yang hangat dan terbuka kepada bawahan, menjadikannya banyak dicintai para anak buah.

Yudy punya trik sendiri bagaimana merangkul anak buah. Salah satunya dia tidak memposisikan diri sebagai atasan. Dia lebih senang menganggap anak buah sebagai rekan dan sahabat dalam menjalankan tugas. Bahkan tak jarang, anak buahnya kerap dijadikan tempat untuk mencurahkan hati, begitupun sebaliknya.

Menjadi wajar selama karir yang digelutinya, Yudy kerap diganjar penghargaan. Namun, penghargaan yang diterimanya bukanlah fokus utama yang diincarnya. Menurutnya, pencapaian kerja tersebut merupakan akses atas hasil kerja tim yang dihargai oleh pihak lain, terutama pihak eksternal. Dia mengatakan pengharagaan bisa dijadikan sebagai alat ukur seberapa berhasil atas apa yang sudah dikerjakan.

Dalam bekerja, lanjutnya, setiap orang sering dihadapi oleh tantangan baru. Dia punya jurus jitu untuk menghadapi problem dan tantangan tersebut. Sikap menyerah adalah hal yang paling dihindarinya. “Karena setiap tantangan baru merupakan ilmu baru yang merupakan bagian dari pada belajar di pekerjaan kita,” paparnya.

Arti Hidup
Yudy memiliki keturunan berdarah Indonesia, India, Arab dan Belanda. Dia adalah sosok seorang pencari. Apapun nilai hidup yang menurutnya baik, dia akan terus kejar sampai dia dapat. Ihwal kehidupan duniawi yang dianggap orang seimbang dengan dunia akhirat, dia mentah-mentah menolaknya. “Hidup di dunia hanyalah sementara. Saya teringat sebuah hadis yang mengajarkan kita untuk mengejar kehidupan akhirat,” ujarnya.

Keyakinan tersebut dia peroleh dari sabda Rosululloh yang menerangkan usia umatnya hanya berkisar antara 60-70 tahun. Sementara usianya sendiri kini sudah berkepala empat. Dia tidak mau menjadi seorang manusia yang menyesal dan meminta sang khalik dihidupkan kembali untuk bisa berbuat baik.

Dia menegaskan keinginannya meninggalkan dunia dalam keadaan khusnul khotimah. Meninggalkan kesaksian yang baik atas dirinya selama hidup di dunia. Dia ingin masuk sorga yang diyakininya merupakan sebuah tempat yang paling layak dihuni manusia.

Tak heran, jika saat ini dia sudah membuat surat wasiat yang diperuntukan bagi orang-orang yang berhak menerimanya. “Tapi sebelum meninggal, saya ingin membangun masjid terlebih dahulu. Sudah empat nama yang sudah saya tulis untuk masjid impian saya ini,” paparnya.

Hobi
Jika berkunjung ke kediaman Yudy Rizard Hakim, jangan kaget apabila menemukan sederet barang antik dan kuno. Di sebuah apartemen yang terletak di kawasan Mas Mansyur, Jakarta Pusat, Yudy kerap menghabiskan waktu luangnya menikmati dan merawat koleksianya tersebut.

Hampir di setiap sudut apartemennya, terdapat hiasan mulai dari poster film, keramik Cina, surat kabar zaman dulu, hang clocks hingga setrika kuno. Kegemaran mengoleksi barang kuno tersebut menjadi hobi yang sudah lama dia lakukan. “Saya senang barang antik dan bersejarah. Semuanya saya dapatkan baik langsung ketika berada di Belanda maupun saya beli via online,” katanya.

Apartemen yang dihuninya merupakan sebuah tempat untuk istirahat dan berkontemplasi. Kebiasaan Yudy jika hari libur adalah menutup semua pintu, jendela dan ruang terbuka lainnya untuk menyendiri. Dia tidak ingin ada seorang pun mengganggu waktu istirahatnya. Terkadang, seharian dia habiskan untuk membaca dan menonton televisi.

Jika berkontemplasi sudah terasa sumpek, terkadang Yudy keluar apartemen dan berjalan kaki mencari udara segar di sekitar apartemen. Maklum, jalan kaki merupakan salah satu hal yang kerap dilakukan ketika dia terjebak macet saat berangkat ngantor. “Kalau merasa cukup, saya kembali lagi ke apartemen,” paparnya.

Pria penyuka desain interior ini juga sangat mencintai olahraga, khususnya renang. Fasilitas kolam renang yang terdapat di apartemennya selalu dia manfaatkan. Hari Sabtu, katanya, adalah waktu yang tepat untuk berenang. Ketika berenang, Yudy tidak suka berlama-lama, dia hanya bolak-balik sesuai gaya yang dia bisa.

Yudy memang pria single. Dia sempat gagal dalam membina rumah tangganya beberapa tahun silam. Kegemaran mengoleksi barang antik dan kuno menjadi teman tersendiri. Apartemennya, yang dihiasi oleh barang berseni tersebut cukup berhasil mengusir rasa sepinya. Dia kini bahkan tengah memperbanyak koleksi barang kuno yang belum dimilikinya.

Yudy menuturkan, beberapa koleganya menyukai apartemen yang tengah dihuninya. Bahkan, sempat beberapa rekan kerja yang menawar agar apartemennya dilepas. Tetapi Yudy masih menahannya. “Banyak yang ingin apartemen ini, tetapi sampai saat ini belum ada harga yang cocok,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Miftahul Khoer
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper