Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sabila Nurul Afifi, Berbisnis Busana Muslim Sambil Edukasi

Keinginan Fifi menjadi seorang entrepreneur bisa dikatakan bermodal nekat. Dia hanya mengeluarkan modal awal sebesar Rp5 juta. Itu pun hasil tabungannya selama dia mengenyam di bangku kuliah. Namun, bukan berarti modal kecil tersebut tidak menghasilkan apa-apa. Buktinya, nama Savine kini mulai dilirik pasar Indonesia. Maklum, setiap kali ada pameran baik di Bandung atau Jakarta, Savine selalu mejeng mempromosikan produknya.

Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia sebetulnya banyak memiliki desainer muda andal yang berpotensi mengharumkan nama bangsa. Di luar dugaan, lembat laun para desainer ini semakin tumbuh dan berkembang memadati pasar. Apalagi industri fesyen kini mudah dijumpai di berbagai kota di Indonesia.

Kita patut bersyukur kehadiran mereka setidaknya memberikan sumbangsih dalam mendongkrak ekonomi negara. Seperti halnya kerap disampaikan pengusaha papan atas Ciputra bahwa jika Indonesia ingin maju, maka sedikitnya butuh 2% entrepreneur.

Gaung entrepreneur kini semakin menjelma sejak industri fesyen mulai bergairah. Kultur masyarakat Indonesia yang didominasi kalangan Muslim menjadi identitas tersendiri pesatnya industri hijaber atau pakaian khusus untuk Muslim.

Peluang tersebut tampaknya dimanfaatkan oleh Sabila N Afifi, mahasiswi jebolan Institut Teknologi Bandung (ITB). Fifi, sapaan akrabnya mencoba mencari peruntungan dengan mengandalkan kemampuan desainnya dalam berbisnis di bidang fesyen.

Fifi mengakui pada 2012 produk busana muslim tengah naik daun dan menjadi tren di kalangan wanita Muslim Indonesia. Insting bisnisnya mulai terbuka dan segera menunjukan keahliannya di bidang desain. Dia berependapat, maraknya busana Muslim saat itu tidak diimbangi dengan kualitas yang memadai. Atau boleh dibilang pelaku industri hanya mengandalkan masifikasi produksi semata.

Untuk itu, hatinya terketuk untuk meramaikan pasar busana muslim dengan kualitas yang ‘yahud’ dibandingkan dengan brand lain. Tepat pada April 2012, dia me-launching produk dalam sebuah ajang di Bandung atas nama brand Savine. “Jika Saya perhatikan, kok busana Muslim yang lagi marak hanya didominasi warna-warna pastel dan feminim banget. Justru saya saat itu melihat ceruk pasar yang simple, casual dan effortless,” paparnya kepada Bisnis.

Keinginan Fifi menjadi seorang entrepreneur bisa dikatakan bermodal nekat. Dia hanya mengeluarkan modal awal sebesar Rp5 juta. Itu pun hasil tabungannya selama dia mengenyam di bangku kuliah. Namun, bukan berarti modal kecil tersebut tidak menghasilkan apa-apa. Buktinya, nama Savine kini mulai dilirik pasar Indonesia. Maklum, setiap kali ada pameran baik di Bandung atau Jakarta, Savine selalu mejeng mempromosikan produknya.

Dengan membanjirnya produk busana Muslim, Fifi mulai memutar otak untuk memiliki trademark sendiri. Dia ingin produk yang dihasilkannya berbeda degan brand lain. Terbesitlah bahwa Savine fokus memproduksi atasan seperti kaos, kemeja, dan blazer. Produk Savine lebih menawarkan warna-warna netral antara lain krem, abu, hitam dan warna-warna dingin semacam toska dan biru. “Sebetulnya semua warna bisa digunakan, tergantung pada tema yang diproduksi setiap edisinya.”

Gadis berkacamata kelahiran Majalengka 23 tahun silam itu menuturkan kelebihan produk yang dibuatnya tersebut terinspirasi dari motif Islamic pattern yang jarang digunakan brand lain. Motif-motif itu kemudian dia aplikasikan dengan teknik sablon dan hand printing. Sehingga identitas Savine terlihat kuat pada setiap produk yang dikeluarkannya.

Misi Savine dalam meramaikan pasar busana muslim bukan hanya bisnis semata. Fifi ingin menyelipkan unsur edukasi bagi kalangan wanita Muslim untuk menutup aurat. Wanita Muslim, katanya, berhak untuk tampil cantik dengan balutan busana elegan tetapi tetap sopan.

Fifi tahu betul, keberadaan busana Muslim saat ini tak sedikit dijadikan lahan bisnis. Beberapa produk pakaian wanita bernuansa Muslim malah terlihat menonjolkan beberapa lekuk tubuh pemakainya. Dia tidak ingin produknya dicap hanya mengikuti tren yang tidak mematuhi norma agama.

Kelebihan dari produk Savine sendiri adalah pada produksi yang terbatas. Fifi belum terlalu ingin ekspansi pasar dengan memproduksi secara besar-besaran. Dalam sebulan, Savine hanya membatasi produksi sekitar 100 pcs yang dipasarkan melalui kalangan anak muda berusia 18-25 tahun. “Untuk masalah harga cukup terjangkau kok, di kisaran Rp180.000-Rp350.000 per masing-masing desain,” paparnya.

Melihat usaha yang terus berkembang, Fifi mencoba merekrut tim guna memudahkan pengelolaan bisnis. Dia membagi tugas dengan rekannya sebagai marketing. Keberadaan teknologi memudahkan Savine mempromosikan produk. Melalui situs resminya www.yoursavine.com, pelanggan akan mudah memilih produk yang diinginkan. Savine juga tak lupa mempromosikan produknya di jejaring sosial semacam twitter di alamat @yoursavine serta facebook di www.facebook.com/savineapparel.

Fifi membeberkan selama melakoni usaha, pengalaman suka dan duka kerap dia rasakan di berbagai kesempatan. Setiap kali mengikuti pameran, wawasannya bertambah dengan banyak bertemu desainer papan atas lainnya. Dia bisa mengambil pelajaran bagaimana berinteraksi dengan konsumen. Tak jarang, dia terbuka menerima masukan dari konsumen hingga berbagi tips mengembangkan usaha dengan desainer lain.

Namun, dia tidak mengelak jika menjadi entrepreneur tidak selamanya bukan urusan meraup untung semata. Dalam beberapa kali mengikuti pameran, terkadang target penjualan Savine tidak tercapai. Apalagi, jika ikut pameran di luar kota, macam Jakarta. Selain dihantam macetnya Ibu Kota, Fifi mengaku cukup direpotkan dengan lokasi dan juga saat loading barang. “Tetapi itu justru yang bikin saya ketagihan ikut pameran di luar kota.”

Sebagai seorang entrepreneur muda, gadis penyuka Harry Potter itu berambisi besar mengembangkan Savine menjadi brand ternama. Salah satu yang diinginkannya adalah memiliki butik sendiri. Selama ini, dia masih menyewa tempat di kawasan Bandung dengan mengaet lima orang tim yang andal di bidang pola, cutting, sablon dan jahit.

Meskipun demikian, dia terus menyebarluaskan produknya ke sejumlah toko dengan sistem konsinyasi. Agar produk Savine tersebar di seluruh Indonesia, dia mulai memperbanyak agen di daerah luar pulau jawa. Terkadang dia mengendorse tokoh-tokoh ternama menggunakan produk Savine. “Kuncinya terus berdoa dan bekerja keras agar semua yang diinginkan dapat terwujud,” ungkapnya.

Berdakwah Melalui Fesyen

“Ciri khas produk kami adalah trendi tetapi dalam batas-batas syar’i dengan tagline responsibility stylish.” Demikian diungkapkan Sabila N Afifi seorang desainer muda pemilik brand Savine.

Kata Savine diambil dari bahasa Rusia yang berarti cantik. Kecantikan yang tertera pada kata Savine ditafsirkan Fifi untuk pengguna produknya. Fifi berharap pelanggan Savine bisa tampil cantik dan percaya diri.

Berawal dari orangtua yang memiliki usaha konveksi, keinginan gadis penggemar sosok BJ Habibie itu membuka bisnis fesyen bagi wanita Muslim. Mimpi tersebut didorong oleh latar belakang pendidikannya di jurusan Kriya Tekstil Institut Teknologi Bandung (ITB).

Kekagumannya terhadap desainer Irna Mutiara, seorang desainer dan pengusaha yang sudah go internasional membuat gadis pelahap rendang ini semakin kuat berambisi jadi entreprenenur. “Selain membuka lapangan kerja, busana Muslim juga bisa jadi sarana menyampaikan syiar Islam.”

Fifi masih ingat ketika duduk di bangku kuliah, tugas yang diberikan dosen mengharuskannya bertemu dengan seorang pengrajin batik, tenun dan tukan jahit. Di situlah dia sadar keahliannya akan ditumpahkan untuk menjadi seorang pebisnis. Namun, dia ingin bisnis yang digelutinya masih bernafaskan Islam agar lebih bermanfaat dan bagi orang banyak.

Dengan background keluarga yang kental dengan paham agama Islam, Fifi fokus mendesain produk bernuansa Islami. Dia memberi contoh, pada setiap desain yang diproduksi, Savine membubuhkan motif salah satu masjid di Turki dalam kemeja yang didesainnya, Hagia Shirt.

Menyampaikan ajaran Islam, kata Fifi tidak melulu melalui ceramah atau pengajian semata. Tetapi, cara lain juga bisa ditempuh dengan cara membubuhkan pesan dan kesan pada produk pakaian.

Dia yakin, bahwa busana yang dikenakan seseorang menggambarkan sikap dan perilaku si pemakai. Untuk itu, dia bangga, selain mencoba menjadi entrepreneur, dia berkesempatan untuk berdakwah. “Yang lebih ditonjolkan dari Savine ada grafis-grafis Islami untuk menyampaikan pesan,” ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Miftahul Khoer
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper