Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Esthy Reko Astuti: Pariwisata, Quick Win Bagi Ekonomi Nasional

Kementerian Pariwisata kini tengah sibuk merevitalisasi destinasi wisata dan menyiapkan strategi pemasaran. Tanggung jawab itu kini diemban Esthy Reko Astuti, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Wisata Nusantara.
Esthy Reko Astuti, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Wisata Nusantara. /Bisnis.com
Esthy Reko Astuti, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Wisata Nusantara. /Bisnis.com

Bisnis,com, JAKARTA — Kementerian Pariwisata kini tengah sibuk merevitalisasi destinasi wisata dan menyiapkan strategi pemasaran. Tanggung jawab itu kini diemban Esthy Reko Astuti, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Wisata Nusantara.

Apa saja siasat dan perbaikan yang ditempuh agar sektor pariwisata mampu menjadi quick win bagi ekonomi nasional? Bisnis mewawancarainya belum lama ini. Berikut petikannya.

Apa strategi yang dipasang Kementerian Pariwisata untuk meningkatkan kunjungan wisatawan?

Di internal Kementerian Pariwisata, kami memecah Deputi Pengembangan Pemasaran Wisata menjadi Deputi Pengembangan Pemasaran Wisata Mancanegara dan Deputi Pengembangan Pemasaran Wisata Nusantara, agar fokus mencapai target yang telah ditetapkan.

Deputi Pengembangan Pemasaran Wisata Mancanegara fokus untuk wisatawan mancanegara yang ditargetkan mencapai 20 juta kunjungan pada 2019, sedangkan Deputi Pengembangan Pariwisata Nusantara fokus kepada wisatawan domestik, baik dari asosiasi, usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), biro perjalanan, maupun individu dengan target 275 juta kunjungan pada tahun yang sama.

Kebijakan yang dibuat oleh Kementerian Pariwisata melihat dan mempertimbangkan apa yang selama ini menjadi kendala, baik dari sisi regulasi maupun sinergi dengan kementerian dan lembaga lainnya, karena untuk mencapai target tersebut perlu dukungan dari pihak lain dengan regulasi bebas visa atau pengaturan kapal pesiar, misalnya.

Untuk mencapai target yang telah ditetapkan, kami harus memiliki semangat Indonesia Incorporated, dengan bekerja sama dengan kementerian dan lembaga lain. Kami biasa menyebutnya dengan Pentahelix, yakni keterlibatan dari akademisi, pengusaha, industri,
komunitas, dan pemerintah.

Untuk strategi pemasaran pariwisata Indonesia, kami memiliki rumus DOT, yaitu destination atau objek wisata, origins atau daerah asal, dan time atau waktu.

Kemudian, kami menggunakan BAS untuk strategi promosi, yakni branding, advertising, dan selling. Untuk branding ke wisatawan mancanegara, kami menggunakan ‘Wonderful Indonesia’.

Advertising-nya pun disesuaikan dengan target pasar dengan mempertimbangkan aktivitas di objek wisatanya, dan selling-nya berupa paket perjalanan wisata yang ditawarkan.

Sementara itu, untuk setiap kegiatan pariwisata kami lakukan strategi promosi secara POP, yaitu pre atau sebelum kegiatan dilaksanakan, on atau pada saat kegiatan berlangsung, dan post atau sesudah kegiatan dilaksanakan.

Untuk menarik wisatawan nusantara pun strateginya sama, hanya saja karakteristik wisatawan domestik hanya bepergian ke destinasi yang dekat dengan daerah asalnya. Padahal, kami juga ingin orang melancong dari satu daerah ke destinasi daerah lain.

Apakah anggaran untuk mempromosikan destinasi wisata sudah ideal?

Berdasarkan perhitungan dari the World Tourism Organization (UNWTO), untuk promosi per kepala itu membutuhkan US$10 untuk wisatawan mancanegara, dan Rp10.000 per kepala untuk wisatawan nusantara. Kemudian, kami bekerja sama dengan daerah agar menjadikannya Rp5.000 per kepala, karena ada share dengan mereka.

Dengan banyaknya potensi pariwisata yang ada di Indonesia, menyebabkan banyak yang harus dipromosikan, dan kami melihat seharusnya lebih dari Rp10.000 per kepala untuk wisatawan nusantara, karena memang destinasi yang cukup banyak dan sangat variatif.

Saat ini memang belum sepenuhnya seperti perhitungan UNWTO, tetapi sudah mencapai sekitar 70% dari yang kami harapkan. Akan tetapi, untuk pengembangan infrastruktur pendukung kan menjadi tugas pokok dan fungsi dari kementerian terkait.

Memang selama ini, menurut World Economic Forum, permasalahan pengembangan pariwisata di Indonesia ada pada infrastruktur, persoalan higienitas, dan sanitasi, sedangkan nilai tambahnya adalah natural resources, kebijakan pemerintah yang mendukung pengembangan pariwisata, dan harga paket wisata yang terjangkau.

Objek pariwisata apa saja yang menjadi andalan untuk meningkatkan kunjungan tahun ini?

Ada beberapa, mulai dari fenomena alam yang hanya terjadi tahun ini, yaitu gerhana matahari total yang dapat dirasakan di 12 provinsi, sampai kegiatan rutin tahunan seperti perayaan Imlek, Waisak Idulfitri, 1 Muharram, Maulid, Natal, dan tahun baru.

Menjelang kegiatan itu biasanya teman-teman dari industri pariwisata dan pemerintah daerah melakukan festival, meskipun perayaan dilakukan untuk hal yang sama seperti 1 Muharram dan Maulid. Akulturasi budaya membuat setiap kegiatan di daerah memiliki daya tarik tersendiri. Misalnya, ada Tabuik di Sumatra Barat dan Tabot di Jambi.

Kami akan membantu mempromosikan kegiatan di daerah tersebut dan kebijakan Menteri Pariwisata adalah meminta tiga kegiatan pariwisata utama yang akan dimasukkan ke agenda nasional dan ditawarkan kepada wisatawan mancanegara, serta wisatawan nusantara.

Untuk gerhana matahari total, sebenarnya kami sudah melakukan sosialisasi sejak tahun lalu, karena ada 12 provinsi yang dapat merasakan fenomena alam itu sekitar 1,5 sampai 3,5 menit.

Kami juga menyurati daerah agar mereka melakukan persiapan dan memanfaatkan momentum itu dengan mengadakan berbagai festival, sehingga menarik bagi ilmuwan, dan wisatawan.

Apalagi, menurut Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) fenomena gerhana matahari total itu baru akan terulang sekitar 250 tahun lagi di titik yang sama.

Di mana lokasi terbaik untuk menikmati Gerhana Matahari total?

Semakin ke timur gerhana matahari total yang dirasakan akan semakin lama, seperti di Ternate dan Palu itu bisa sampai 3,5 menit, di Bangka Belitung dan Sumatra Barat sekitar 1,5 menit. Selain itu, gerhana matahari total di indonesia Timur akan terjadi sekitar jam 09.00 WIT, sehingga tidak perlu khawatir akan kabut, sedangkan di Indonesia Barat sekitar jam 07.00 WIB.

Saat ini sudah banyak peneliti dan komunitas masyarakat yang memesan tempat untuk mengamati gerhana matahari total itu. Bahkan di beberapa daerah pun tingkat hunian hotel sudah penuh, sehingga banyak yang akan mengamati dari tanah lapang dan kapal laut, seperti paket yang ditawarkan PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) atau Pelni.

Apakah promosi dan pengembangan pariwisata di Indonesia bagian timur membutuhkan strategi khusus?

Kami tetap menggunakan skema BAS, dan selain melakukan online campaign kami juga melakukan offline campaign. Kami juga meminta daerah untuk mengajukan kegiatan wisata apa saja yang menjadi andalan mereka untuk dipromosikan dalam skala nasional dan internasional, agar pemerintah daerah juga memiliki komitmen untuk melaksanakan kegiatan itu.

Saat ini sudah ada Festival Raja Ampat di Papua Barat dan Festival Sentani di Papua, dan beberapa daerah lain seperti di Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Maluku, dan Maluku Utara. Kegiatan pariwisata mereka harus dikemas dengan baik agar dapat dipromosikan dan menarik bagi wisatawan.

Persoalan biaya memang menjadi salah satu masalah, karena jarak ke Papua saja membutuhkan waktu 4--6 jam, seperti perjalanan ke Jepang.

Hanya saja, nanti kalau sudah ada infrastruktur yang memadai, di mana pesawat bisa mengisi bahan bakar di sana, dan pesawat berbadan lebar dapat mendarat, itu tentu akan membantu.

Dalam waktu dekat akan diselenggarakan Tour de Flores, apa yang diharapkan dari event tersebut?

Ini merupakan kegiatan yang bagus, karena masyarakat belakangan ini menginginkan back to nature dan itu ada di Indonesia Timur.

Tour de Flores ini kan terbagi menjadi lima etape dengan jarak lebih dari 700 kilometer dan melewati beberapa kabupaten/kota yang memiliki daya tarik berbeda. Ini dapat menjadi momentum bagi kami untuk mempromosikan destinasi wisata baru yang ada di daerah itu, selain tentu saja penyelenggaraan balap sepedanya tetap dikelola secara profesional.

Kami menginginkan di sela-sela perlombaan sepeda itu ada semacam fun bike yang dapat dimanfaatkan untuk menikmati destinasi wisata yang ada. Dengan begitu mereka juga dapat mengeksposnya.

Untuk permasalahan akses, seharusnya penyelenggara dan semua pihak sudah mengantisipasinya, karena kami sudah melakukan promosi. Kami juga berharap dapat berkoordinasi dengan industri maskapai penerbangan untuk menambah frekuensi penerbangan ke daerah itu.

Seberapa efektif kegiatan Tour de Flores dapat meningkatkan dan mempertahankan kunjungan wisatawan ke daerah itu?

Euro Sport pernah memaparkan, sejak 2000, tren promosi destinasi dengan menggunakan olah raga cukup signifikan. Sebelumnya juga ada Tour de France Rally Dakar, Moto GP, dan Formula 1.

Memang itu adalah kegiatan olah raga, tetapi kedatangan orang-orang yang ingin menyaksikan itu kan tergolong wisatawan. Ini kemudian terus berkembang dan menjadi sport tourism, di mana kami mempromosikan destinasi wisata dengan menggunakan olah raga yang dikelola secara profesional.

Sebelumnya juga ada Jakarta Marathon yang kami manfaatkan untuk mempromosikan destinasi wisata, budaya, dan seluruh potensi yang ada di Jakarta agar dapat menarik wisatawan. Jadi memang cukup efektif.

Bagaimana mendorong sektor pariwisata menjadi quick win untuk meningkatkan perekonomian nasional?

Dengan harga komoditas yang terus anjlok, seharusnya sektor pariwisata dengan kelestarian lingkungan yang terus dijaga akan menjadi satu kekuatan untuk meningkatkan devisa negara dan pendapatan asli daerah.

Keterlibatan masyarakat memang diperlukan agar pariwisata di suatu daerah dapat berkelanjutan, sehingga akan memunculkan multiplier effect yang dirasakan langsung. Selain itu, perlu juga inovasi terutama dalam pengemasan paket wisata.

Lingkungan yang masih alami saja sebenarnya sudah dapat ditawarkan kepada wisatawan, selama hal tersebut didukung oleh infrastruktur yang memadai dan kegiatan promosi yang juga inovatif, karena sebagian besar orang saat ini mencari informasi melalui Internet, sehingga diperlukan inovasi dalam mempromosikan sebuah destinasi.

Pewawancara: Lili Sunardi/Thomas Mola/Surya Mahendra Saputra


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Lili Sunardi
Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bisnis Indonesia, Senin (15/2/2016)
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper