Bisnis.com -- Dengan berkembangnya isu diversitas, utamanya terkait gender, membuat proses perumusan manajemen risiko menjadi lebih menantang.
Isu diversitas di level koroporasi telah menciptakan kesempatan yang lebar bagi kaum hawa untuk menapaki karir di jenjang sekelas chief executive. Momen ini muncul bersamaan dengan kondisi ketidakpastian bisnis yang begitu terasa sejak tahun lalu.
Chief People and Culture Officer Grant Thornton US Pamela Harless mengungkapkan beberapa kiat kepemimpinan untuk menunjang manajemen risiko yang tepat, di antaranya pertama, membangun tim yang mencampur personel laki-laki dan perempuan. Tanpa diversitas, sebuah tim tidak akan menemukan banyak opsi solusi masalah .
“Perusahaan yang terlalu lama mengambil keputusan akan kehilangan kesempatan penting. Namun perusahaan yang dinamis dan fleksibel akan menjadikan perusahaan lebih tenang dan mencapai keseimbangan,” ujarnya.
Kedua, ciptakan kesempatan bagi kepemimpinan wanita agar mereka familiar dengan risiko. Kendati pengalaman dan cara kepemimpinan seseorang menjadi ukuran keberhasilan karir seseorang, indikator kepercayaan diri juga turut berpengaruh.
Tidak cukup dengan pelatihan teoritis, tetapi melibatkan para perempuan untuk menghadapi manajemen risiko bisa menjadi jalan untuk membangun kepercayaan diri mereka.
Ketiga, budayakan bahwa pengambilan risiko yang terkalkulasi adalah suatu strategi bisnis, bukan sesuatu yang mesti dihindari. Hindari stereotipe yang berbau gender. Penggunaan bahasa juga perlu diperhatikan agar sikap pengambilan risiko tidak menjadi bias. Menghindari risiko lebih berkonotasi negatif dibanding menyadari kehadiran risiko.
Keempat, hadirkan kesempatan di setiap risiko. Kesempatan dan risiko bak dua sisi pada koin. Lakukan observasi terkait kesempatan dan risiko yang kemungkinan akan dihadapi. Agar efektif, berikan kesempatan semua personel untuk berpendapat secara anonim agar mereka tidak terjebak dalam stereotipe gender. Dengan demikian, partisipasi setiap personel tim akan lebih maksimal.