Bisnis.com, JAKARTA – Dunia otomotif masih berduka. Belum genap sepekan, salah satu legendanya, mantan Bos Fiat Chrysler Sergio Marchionne tutup usia. Tak bakal ada lagi 'aksi kebut' sosok yang dikenal brilian ini.
Marchionne menjadi otak kebangkitan Fiat dari ambang kehancuran pada tahun 2004. Lewat berbagai keputusan beraninya, ia berhasil membalik kerugian yang dialami pabrikan mobil asal Italia tersebut menjadi laba.
Tangan dingin Marchionne mengangkat Fiat dari keterpurukan diganjar kepercayaan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama untuk menyelamatkan produsen otomotif asal AS, Chrysler LLC., yang kala itu hampir bangkrut.
Sejarah industri otomotif mencatatkan aksi gemilang lain Marchionne ketika ia mengambil keputusan merger atas Fiat dan Chrysler, sekaligus menjadikannya sebagai salah satu raksasa pabrikan otomotif mendunia.
Tak hanya berlaku untuk Fiat Chrysler Automobiles (FCA), pria nyentrik yang tak suka mengenakan jas dan dasi ini juga pernah bertindak sebagai pemimpin Ferrari, CNH Industrial, dan sederet perusahaan lain di masa hidupnya.
Kegemarannya menyesap espresso serta mengepulkan asap rokok dikabarkan belum lama berhenti ketika ia diumumkan lengser dari posisinya di sejumlah perusahaan karena sakit pada bahunya. Ia dipastikan tak lagi mampu bekerja seperti sediakala.
Kondisi Marchionne memburuk. Akhirnya ia bertekuk lutut pada sang pencipta akibat komplikasi yang dialaminya selepas operasi. Bendera korporasi FCA dikibarkan setengah tiang, hiruk pikuk produksi berhenti sejenak untuk mengenangnya.
Isak tangis dunia otomotif masih terdengar karena kehilangan sosok pekerja keras yang begitu dikagumi sekaligus disegani. Berikut adalah persembahan bagi 'sang juru selamat' Fiat dan Chrysler.
Keluarga Militer
Sergio Marchionne dilahirkan pada 17 Juni 1952 di kota Chieti, Italia. Ayahnya bertugas di kepolisian militer Italia yang dikenal dengan sebutan carabinieri, salah satu tim pengamanan yang populer di Negeri Spaghetti.
Apresiasi Marchionne terhadap militer tetap besar hingga menjelang akhir hayatnya. Diketahui, salah satu tugas resmi terakhir Marchionne adalah menyerahkan sebuah Jeep kepada pasukan keamanan tersebut di Roma.
“[Carabinieri] memiliki nilai-nilai sama sesuai dasar pendidikan saya sendiri yakni keseriusan, kejujuran, rasa tanggung jawab, disiplin, dan semangat memberikan layanan,” ucap Marchionne dalam pidatonya pada Juni 2018, dikutip ABC News.
Ketika ia berusia 14 tahun, keluarganya berimigrasi ke Toronto, Kanada, yang menggunakan bahasa Inggris dan Prancis sebagai bahasa resminya. Alhasil, Marchionne mampu fasih berbicara dalam tiga bahasa sekaligus yakni bahasa Italia, Prancis, dan Inggris.
Pria ini memang telah terbukti berotak encer sedari dulu. Sederet gelar pendidikan diraihnya, mulai dari sarjana filsafat (1978) dari University of Toronto, sarjana bidang perdagangan (1979) dan master bidang bisnis (1985) dari University of Windsor, hingga sarjana hukum (1983) dari Osgoode Hall Law School of York University di Toronto.
Menjelajah Banyak Perusahaan
Setelah menuntaskan studi di bidang hukum, Marchionne mengawali catatan kariernya sebagai spesialis pajak dan akuntan terdaftar untuk firma Deloitte & Touche LLP di Toronto.
Dilansir Britannica, terhitung sejak tahun 1985 hingga 1988, ia bertindak sebagai pengawas dan kemudian direktur pengembangan untuk perusahaan kemasan berskala global Lawson Mardon Group Ltd. di Toronto.
Pada tahun berikutnya Marchionne menjadi wakil presiden eksekutif Glenex Industries Inc. Ia kemudian menjabat sebagai wakil presiden keuangan dan chief financial officer (CFO) untuk firma akuntansi Acklands Ltd. dari tahun 1990 hingga 1992.
Setelah menimba pengalaman di beberapa perusahaan, ia kembali ke pangkuan Lawson Mardon. Berturut-turut ia bertindak sebagai wakil presiden untuk urusan legal dan pengembangan perusahaan serta CFO, sampai perusahaan ini diakuisisi oleh perusahaan kemasan dan aluminium Swiss Alusuisse Lonza Group Ltd. (Algroup) pada 1994.
Karir Marchionne semakin melejit di perusahaan baru. Hanya terhitung tiga tahun sejak akuisisi tersebut, ia menjadi CEO dan managing director Algroup.
Menyusul merger perusahaan dengan perusahaan produksi yang berbasis di Montreal, Alcan Inc., pada tahun 2000, ia ditunjuk sebagai CEO dan Chairman Lonza Group Ltd.
Jejak catatan karirnya tak tertahankan. Sepanjang tahun 2002-2006, Marchionne diangkat sebagai CEO serta Chairman perusahaan pengujian, verifikasi, dan sertifikasi asal Swiss, Société Genéralé de Surveillance (SGS) Group.
Fiat dan Chrysler
Sentuhan pertama Marchionne di Fiat SpA dimulai pada 2003 dengan ambil bagian dalam dewan direksi produsen mobil ini. Pada tahun berikutnya, ia pun dipercaya menjadi CEO perusahaan.
Terlepas dari minimnya pengalaman di bidang teknik, secara tak terduga dua tahun kemudian ia ditunjuk sebagai CEO divisi otomotif Fiat Group Automobiles SpA.
Dengan cepat ia membalik kondisi perusahaan yang sedang sarat akan masalah ke arah profitabilitas, melalui perampingan dan restrukturisasi manajemen serta mempercepat peluncuran model-model baru, terutama mobil mini bergaya retro Fiat 500.
Didukung pemerintah AS dan Kanada, Fiat Group memasuki aliansi yang strategis dengan Chrysler. Lewat tangan dingin Marchionne, Fiat mengambil alih kendali perusahaan asal AS ini dan menyelamatkannya dari kebangkrutan.
Pada tahun 2009, Marchionne pun menggantikan Robert Nardelli sebagai CEO Chrysler Group LLC. Hanya berselang dua tahun kemudian, Chrysler sukses melaporkan raihan laba pertamanya dalam lima tahun.
“Sangat kecil kemungkinan bagi Chrysler untuk bertahan hingga hari ini jika dia [Marchionne] tidak menerima pertaruhan itu,” ujar analis Autotrader.com, Michelle Krebs.
Pada 2014, kedua perusahaan bergabung menjadi Fiat Chrysler Automobiles (FCA). Pada tahun yang sama, Marchionne mengumumkan bahwa tumpukan utang perusahaan gabungan itu yang mencapai hampir US$13 miliar telah dihapuskan.
Hampir seluruh waktunya sehari-hari ia dedikasikan untuk pekerjaannya. Tak jarang ia tidur hanya beberapa jam di dalam pesawat jet milik perusahaan dalam lawatannya ke berbagai tempat. Etos kerjanya yang keras ini juga ia tuntut pada semua bawahannya.
Tunduk pada Sang Pencipta
Namun, kegarangan Marchionne di dunia otomotif tak terlihat di meja operasi. Beberapa pekan setelah menderita sakit pada bahunya dan menjalani operasi di Zurich, Marchionne menghembuskan nafas terakhirnya pada Rabu, 25 Juli 2018.
Induk perusahaan Fiat yang dimiliki klan Agnelli mengumumkan bahwa Marchionne wafat setelah mengalami komplikasi tak terduga dari operasinya. Pengumuman ini dibuat hanya beberapa hari setelah kesehatan Marchionne dinyatakan memburuk serta mendorong perusahaan-perusahaan yang dipimpinnya buru-buru mencari penggantinya.
“Apa yang mengejutkan saya tentang Sergio sejak awal, ketika kami bertemu dan berbicara tentang kemungkinannya bekerja untuk [Fiat] Group, adalah kualitasnya sebagai manusia, kemurahan hatinya, dan cara dia memahami orang,” tulis Chairman FCA John Elkann, mewakili klan Agnelli, dalam suatu pernyataan menyentuh, dikutip Newsweek.
“Untuk banyak orang, Sergio telah menjadi pemimpin yang mencerahkan dan referensi yang tak tertandingi. Bagi saya, dia adalah seseorang untuk berbagi pikiran dan dipercaya, seorang mentor, dan yang terutama seorang teman sejati.”
Bos Formula 1 Chase Carey juga mengungkapkan kesedihan terdalam. Baginya, Marchionne adalah seorang pemimpin yang tidak hanya hebat dalam Formula 1 dan otomotif, tetapi juga dunia bisnis secara keseluruhan.
“Dia memimpin dengan penuh semangat, energi dan wawasan, serta menginspirasi semua orang di sekitarnya. Kontribusinya untuk Formula 1 tidak dapat diukur. Dia juga teman sejati bagi kita semua dan akan sangat dirindukan,” tutur Carey, dikutip motorsport.com.
Dengan karismanya, Marchionne didaulat menjadi Chairman Ferrari pada September 2014, menggantikan Luca di Montezemolo. Terlepas dari komitmennya yang lain, ia memiliki keterlibatan erat dengan program F1.
Trump Ikut Berduka
Marchionne pergi di usia 66 tahun dengan meninggalkan dua putra dari pernikahannya terdahulu. Bermacam bentuk penghormatan mengalir deras pada hari wafatnya Marchionne.
“[Marchionne] adalah salah satu pemimpin paling dihormati dalam industri ini. Kreativitas dan tekadnya yang berani membantu memulihkan kesehatan keuangan Chrysler serta menumbuhkan Fiat Chrysler menjadi produsen mobil global yang menguntungkan,” ujar Chairman Ford Motor Company, Bill Ford, dikutip Bloomberg.
Mary Barra, Chairman dan CEO General Motors, menyebut Marchionne telah menciptakan warisan yang luar biasa dalam industri otomotif.
Dalam cuitannya di Twitter, Presiden AS Donald Trump bahkan mengakui nama besar Marchionne serta mengungkapkan penghormatan pribadi kepadanya.
“Sergio Marchionne, yang berpulang hari ini, adalah salah satu petinggi otomotif paling cemerlang & sukses sejak zaman Henry Ford yang legendaris. Suatu kehormatan bagi saya untuk mengenal Sergio sebagai POTUS [President of the United States], dia mencintai industri mobil, dan berjuang keras untuk itu. Dia akan benar-benar dirindukan!”
Marchionne selalu menekankan bahwa penggantinya akan datang dari internal perusahaan. Jadi tidak mengherankan ketika manajer asal Inggris Mike Manley, yang membantu mengangkat Jeep sukses secara global serta memberi Fiat tempat di Asia, ditunjuk sebagai CEO baru FCA.
Kita tunggu saja kiprah Manley mengemudikan Fiat Chrysler Automobiles. Akankah menyamai Marchionne?